Sabtu, 28 Mei 2011

MATERI DAN LATIHAN SOAL ULANGAN UMUM SEMESTER II TH. PEL. 2010-2011

KALIMAT FAKTA DAN KALIMAT OPINI

Tentukan kalimat berikut ini tergolong kalimat fakta atau opini!

No.

Kalimat

Fakta/Opini

1

Motion Picture Associated (MPA), mewakili sejumlah perusahaan film asing, sudah resmi menarik semua film asing yang beredar di bioskop-bioskop Indonesia.


2

Noorca Masardi, juru bicara 21 Cineplex, menyesalkan adanya aksi penarikan tersebut.


3

Noorca berharap pemerintah bisa mempertimbangkan kembali ketentuan baru tersebut sehingga bisa terus memberikan ruang kepada publik untuk mendapatkan hak hiburan seluas-luasnya.


4

Produser film nasional harus menyiapkan 10 persen lebih untuk pajak.


5

Keberanian pemerintah menaikkan pajak untuk film impor ini pasti akan didukung sekali oleh para pekerja film.


6

Humas Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) Dr.Ari Fahrial Syam, SpPD, mengatakan dampak kesehatan formalin pada seseorang dapat menyebabkan napas sesak, mata merah, atau iritasi kulit. Jika tertelan akan menyebabkan luka hebat di bagian pencernaan.


7

Formalin dalam makanan yang sering dikonsumsi pada jangka panjang akan menyebabkan perubahan struktur jaringan dan mutasi gen sehingga fungsi sel-sel berubah dan pada akhirnya dapat memicu kanker.


8

Selain itu formalin juga menyebabkan gangguan pada syaraf, manifestasinya berupa kemampuan daya pikir menurun, sulit tidur, mudah lupa, dan gangguan konsentrasi. Pada kaum perempuan formalin diduga juga menyebabkan kemandulan (infertilitas).


9

Kemarin, BPOM juga melakukan penyegelan tujuh produk makanan berformalin itu di Surabaya, Semarang,Yogyakarta, dan Denpasar.


10

Anggota Komisi IX DPR (Kesehatan) Hakim Sorimuda Pohan mendesak BPOM bisa memberikan sanksi tegas terhadap produsen produk ilegal tersebut. Karena selama ini produsen “nakal” hanya diberikan hukuman percobaan yang tidak memberikan efek jera.


11

Selain itu, jenis produk yang juga dilarang diedarkan karena mengandung bahan berbahaya dehylin glycol yaitu pasta gigi merek Maxam buatan China.


12

Nantinya, makanan yang disita ini akan dimusnahkan dan dihentikan distribusinya.


13

Sang Pemimpi sekuel Laskar Pelangi karya sutradara Riri Riza merebut juara ketiga Audience Awards di ajang Udine Far East Film Festival, Italia.


14

Menurut Riri, perkembangan sejumlah film Indonesia sudah dapat menyamai film-film Asia lain, termasuk Jepang dan China seperti terbukti dengan unggulnya film-film Indonesia di berbagai festival film Asia dan bahkan festival film internasional.


15

Film Laskar Pelangi, dan Sang Pemimpi serta film drama Indonesia yang berkisah tentang semangat tinggi anak-anak sekolah di daerah terbelakang dalam mengejar mimpi untuk kemajuan sangat menarik perhatian penonton.


16

Film Sang Pemimpi yang diambil dari novel tetralogi karya Andrea Hirata diharapkan dapat menginspirasi kaum muda pada umumnya, terlebih kaum muda Kota Madiun, dalam menjalani hidup dan mengejar cita-cita untuk masa depannya.


17

Kegiatan ini digelar atas kerja sama Pertamina sebagai sponsor film tersebut dengan Miles Films dan Mizan Production serta Pemerintah Kota Madiun.


18

Wakil Wali Kota Madiun Sugeng Rismianto, Minggu, mengatakan, film tersebut sangat mendidik.


19

Adalah pilihan yang tepat jika film tersebut diputar di Kota Madiun yang kaum mudanya juga dinilai memiliki sikap yang dinamis dan kreatif.


20

Kota Madiun menjadi salah satu lokasi terpilih untuk pemutaran film Sang Pemimpi karena keterbatasan fasilitas bioskop yang dimiliki kota tersebut.


MEMAHAMI PUISI

Bacalah kutipan puisi berikut ini dengan seksama!

DARI SEORANG GURU KEP ADA MURID-MURlDNYA

Adakah yang kupunya ariak-anakku

selain buku-buku dan sedikit ilmu

sumber pengabdianku kepadamu

Kalau hari Minggu engkau datang ke rumahku

aku takut anak-anakku

kursi-kursi tua yang di sana

dan meja tulis sederhana

dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya

semua kepadamu akan becerita

tentang hidupku di rumah tangga

Ah, tentang ini tak pernah aku bercerita

depan kelas, sedang menatap wajah-wajahmu remaja

horison yang selalu bim bagiku

karena kutahu anak-anakku

engkau terlalu muda

engkau telalu bersih dari dosa

untuk mengenal ini semua

(Hartoyo Andangjaya, 1982)

1.. Tema puisi di atas adalah __________________________________________

2.. Majas yang terkandung pada baris yang digaris bawahi adalah ____________

3. Amanat yang dapat dipetik dari puisi di atas adalah _____________________


DOA

Kepada Pemeluk Teguh

Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh

mengingat kau penuh seluruh

Caya-Mu panas suci

tinggal kerdip lilin ke kelam sunyi

Tuhanku

Aku hilang bentuk remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku

Di pintu-Mu aku mengetuk

Aku tidak bisa berpaling

(Chairil Anwar, Deru Campur Debu, 1960)

4. Amanat yang dapat kita petik dari puisi di atas adalah ...

5. Tema puisi di atas adalah _________________________________________

6. Arti baris Tuhanku / Dalam termangu / Aku masih menyebut namaMu // adalah ...


GADIS PEMINTA-MINTA

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil

Senyummu terlalu kekal untuk kenaI duka

Tengadah padaku, pada bulan merah jambu

Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil

Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok

Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan

Gembira dan kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral

Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal

Jiwa begitu mumi, terlalu murni.

Untuk bisa membagi dukaku

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil

Bulan di atas itu, tak ada yang punya

Dan kotaku, ah kotaku

Hidupnya tak lagi punya tanda

Toto Sudarto Bachtiar, Suara

7. Tema puisi di atas adalah __________________________________________

8.. Majas yang terkandung pada baris yang digaris bawahi adalah ____________

9. Amanat yang dapat dipetik dari puisi di atas adalah _____________________

10. Siapakah yang dimaksud dengan gadis kecil berkaleng kecil?


SLOGAN

Buatlah slogan berdasarkan topik di bawah ini dengan kriteria penilaian :

a. orisinalitas gagasan

b. permainan bunyi kata

c. efektivitas kata atau kalimat

No.

Tema

Slogan

1.

Himbauan tertib mengikuti doa pagi di kapel


2

Gerakan sadar disiplin di sekolah


3

Gerakan mencintai tanaman di sekolah


4.

Gerakan gemar membaca di perpustakaan


5

Gerakan siswa jujur dan berprestasi


6

Gerakan penghijauan sekolah


7

Gerakan gemar menabung


8

Menghargai orang lain


9

Gerakan gemar membaca


10

Gerakan siswa jujur dan berprestasi


CERPEN

Cerpen I

Bacalah cerpen di bawah ini dengan seksama!

AYAH

By : Tika

“Kak…Ayah sakit keras”, sejenak aku kembali termangu setelah membaca sms tersebut. Kabar tentang ayah sakit memang bukan pertama kali ini aku terima. Memang sudah setahun belakangan ini ayah mengalami komplikasi hipertensi dan asma. Ditambah lagi, usianya yang lanjut.

Sudah setahun ini pula, aku tidak pernah pulang ke kampung halaman untuk sekedar menengok keadaan ayah. Aku, kak Ida, dan keenam kakak-kakakku yang lainnya seolah tidak mempedulikan keadaan ayah. Aku selama ini memendam kemarahan yang dalam kepada ayahku.

Sebenarnya aku berbeda Ibu dengan kakak-kakakku. Ibuku sering disebut-sebut sebagai perebut ayah sekaligus suami ibu mereka. Aku dan kedua adikku bahkan pernah menjadi bagian yang tidak diterima oleh keluarga besar ayahku. Kami merasa tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari ayahku. Terlebih, saat ayahku mulai tidak mampu mencari nafkah, kehidupan kami makin tidak harmonis, sangat jauh dari kedamaian dan rasa nyaman. Pertengkaran dan kekerasan hampir selalu mewarnai rumah kami. Begitulah, hingga kami sangat membenci sosok ayah yang menurut kami arogan, tidak bertanggung jawab, bahkan tidak berguna.

“Liz..liz…!!!” Suara Kak Ida tiba-tiba memanggilku. Buru-buru aku usap air mataku lalu bergegas menemui Kak Ida. Dengan wajah heran, Kak Ida bertanya mengapa aku menangis. Aku lalu mengatakan perihal kabar tentang ayah yang aku terima dari adikku. Kak Ida hanya mendengarkan dan lantas berlalu begitu saja dari hadapanku seraya mengajak makan malam bersama. Aku kecewa dengan sikapnya.

“Liz..!” Seru Kak Ida padaku. Aku tetap diam sambil meminum seteguk air putih yang ada di hadapanku. Kak Ida mencoba menenangkanku dan mengatakan bahwa aku seharusnya tidak perlu sesedih atau selarut itu karena kabar ini bukan pertama kali diterima. Aku tahu dan aku juga ingat kabar itu bukan kali pertamanya aku dengar. Tapi aku juga tidak tahu, mengapa dalam hatiku sangat kuat rasa ingin pulang ke kampung halamanku untuk melihat ayah. Aku bersikeras dan memutuskan bahwa aku akan pulang. Kak Ida sejenak berpikir tentang keputusanku. Keputusanku ternyata akhirnya diamini oleh Kak Ida.

Kembali bayangan ayahku melintas dalam anganku. Tiba-tiba rasa bersalah melintas merasuki pikiranku. Ketika aku coba ingat kembali kenangan bersama ayahku, aku kembali menitikkan air mata. Masih teringat jelas ketika ayahku mengantar dan menjemputku dengan setia ketika aku tengah mengikuti kursus bahasa Inggris 6 tahun lalu. Masih lekat dalam anganku ketika ayahku begitu perhatian menanyakan hasil ujianku saat aku duduk di bangku SMP. Rasa bersalah itu makin menyelimutiku saat kusadari betapa aku adalah anak yang sangat tidak berbakti kepada ayah. Bahkan, hingga kini aku belum juga kunjung bisa membahagiakan ayahku.

Keesokan harinya aku bangun dan bergegas mandi lalu berkemas. Beberapa helai baju dan perlengkapan sudah aku siapkan dalam tasku. Usai sarapan, Kak Ida mengatakan bahwa ia dan keenam kakak yang lain juga ikut pulang ke kampung halaman. Tentu saja kabar ini menggembirakan buatku.

Ibuku menyambut kedatanganku dan Kak Ida beserta suaminya. Kami lalu bergegas masuk ke dalam rumah. Di sebuah kamar berukuran 2 x 2 meter, terlihat ayah tengah terbaring lemah. Sekilas dari raut wajahnya, ayahku tidak tampak mengalami sakit keras.

Kemudian aku dan Kak Ida mendekati ayah. Aku duduk persis di tepian ranjang tidur ayah. Tak berapa lama kemudian, ayah membuka matanya perlahan lalu ia pandangi wajahku lalu Kak Ida dan Suaminya. Aku dan Kak Ida kemudian berusaha mengingatkan kepada ayah bahwa kami adalah anak-anaknya. Aku sodorkan beberapa potong kue kesukaan ayah, bika ambon. Ayah memakannya dengan lahap.

Keesokan harinya kami berangkat membawa ayah ke rumah sakit. Menurut dokter, ayah mengalami komplikasi jantung, hipertensi, asma bronchitis. Selama sehari ayah dirawat dan kesehatannya pun tampak mulai membaik. Aku pun berpikir bahwa ayah pasti akan baik-baik saja.

Malam harinya hanya aku dan adik laki-lakiku yang menjaga ayah. Kak Ida dan suaminya pulang ke rumah. Keesokan harinya, aku meminta Kak Ida untuk menjaga ayah karena aku dan juga adikku ingin menjemput Ibu di rumah. Namun sesampainya di rumah, telepon selularku berdering. Panggilan dari Kak Ida. Betapa aku sangat terkejut dan terpukul karena ternyata ayah telah pergi untuk selama-lamanya. Tuhan, kembali rasa bersalah merasuki diriku. Air mataku mengalir tak henti-hentinya. Aku benar-benar tidak terima dengan semua ini. Mengapa ayah pergi saat aku tidak berada di dekatnya. Aku belum sempat mengucapkan permohonan maaf dan salam terakhir untuk ayah. Rasa bersalah dan penyesalan yang teramat dalam bercampur jadi satu. Tapi aku tahu..karena ayah sayang padaku. Ayah pasti tidak ingin aku terlalu sedih saat menyaksikan kepergian ayah. Ya…aku tahu ayah memang sayang padaku. Aku benar-benar kehilangan ayah.

****

Jawablah pertanyaan berikut ini berdasarkan cerpen di atas!

No.

Pertanyaan

Jawaban

1

Jelaskan karakteristik tokoh-tokoh berikut ini!

Aku (Liz):

Ayah

2

Sebutkan setting tempat, waktu, dan suasananya!

Tempat :

Waktu :

Suasana :

3

Uraikan susunan plot yang terdapat pada cerpen!

Introduksi :

Konflik :

Klimaks :

Antiklimaks :

Resolusi :

4. Buatlah dialog antara tokoh Aku dan Ayah pada saat adegan tokoh Aku bertemu dengan Ayah di rumah sakit!

Cerpen II

Bacalah cerpen di bawah ini dengan seksama!

Menunggu Saat Bintang Jatuh

Oleh : Kalina Maryadi

LANGIT indah bertabur temaram bintang malam ini. Sang dewi malam dengan anggun menebar senyumnya yang merekah. Seperti bibir bidadari surga. Lama rasanya aku melupakan atap dunia itu. Aku terlalu sibuk berada di bumi hingga tak sempat menengok langit. Bintang, benda langit itu berkerlap-kerlip seakan menggodaku. Bagai tangan malaikat yang melambai agar aku menghampirinya. Ia mengingatkanku pada mitos bintang jatuh.

Kata orang, bintang jatuh dapat mengabulkan permintaan manusia. Benarkah? Jika iya, aku rela menunggu benda langit itu tertarik gravitasi bumi, meski harus menantinya tiap malam, hanya untuk satu permintaan. Ah, kenapa pula aku jadi seperti bocah. Mana mungkin benda langit yang tak mampu melawan takdir untuk dirinya sendiri tersebut mampu mengabulkan keinginan makhuk lain?

Seandainya bintang jatuh mampu mengabulkan keinginan, pasti dia akan meminta sendiri kepada Tuhan agar kontraknya di atap dunia diperpanjang. Buktinya, ia memilih menuruti kehendak alam.

Sayang, saat ini, aku yang sedang sentimentil merasa bintang yang menggoda itu seakan seperti pantulan cermin atas diriku sendiri. Awalnya begitu indah, tinggi di awang-awang namun tak terjamah, jauh, dan jika Tuhan menghendakinya jatuh, ia tak mampu melawan.

Aku terlahir sebagai bocah desa biasa, anak buruh tani. Kedua orang tuaku tak lulus SD, begitu juga kedua kakak perempuanku. Mereka menikah di usia yang masih sangat belia, menjadi ibu rumah tangga, mengurusi anak, suami, dan dapur.

Status yang menurutku benar-benar rendah dan aku tak mau seperti mereka. Adalah Pak Ahmad, kepala desaku yang menjadi kepanjangan tangan Tuhan mengubah seluruh duniaku. Beliau mengangkatku menjadi anak asuhnya sejak aku SD karena terkesan dengan prestasi belajarku saat aku menjadi juara 1 lomba cerdas cermat se-kecamatan.

Sejak saat itu, beliau menanggung semua biaya pendidikan, termasuk semua keperluanku. Aku tak pernah kekurangan apa pun. Semua yang aku mau, sekarang aku minta, esok pagi saat aku baru membuka mata, pasti aku telah mendapatkannya. Aku cantik, setidaknya aku primadona desa. Aku juga sudah memiliki belahan hati yang telah kuyakini adalah jodohku. Laki-laki tersebut bernama Awan. Itu yang dulu aku namai keberuntungan.

Aku menikmati semua anugerah Tuhan tersebut. Tapi, saat ini tidak demikian, aku berharap ada bintang jatuh, berharap mitos tentangnya benar. Satu keinginan yang ingin aku minta adalah aku tak ingin jadi diriku sekarang. Aku ingin menjadi Sekar, gadis desa anak Pak Kardi dan Ibu Karmi, buruh tani yang tak lulus SD. Aku ingin seperti Mbak Gendis dan Mbak Elok.

Semua masih biasa saja sampai kemarin, namun sebuah kejadian tadi siang benar-benar menjungkir balik duniaku. Seharusnya, siang ini menjadi saat paling indah dalam hidupku. Sebulan yang lalu, Awan mengungkapkan niat untuk melamarku dan aku setuju. Aku telah merangkai jutaan angan tentang masa depan kami, tentang rumah mungil yang hangat. Tentang bayi-bayi lucu yang kelak menjadi calon profesor.

Sebuah hal yang tak aku duga, ternyata, merusak segalanya. Kedatangan Awan hari ini tak kunyana tak mendapatkan sambutan baik dari bapak angkatku. Beliau menolak mentah-mentah niat Awan untuk meminangku. Bahkan, beliau bersumpah tidak akan menyetujui hubungan kami sampai kapan pun. Aku tak pernah melihat bapak semarah itu, tidak sama sekali sejak 11 tahun aku mengenal beliau.

Tapi, hari ini malaikat itu berubah menjadi monster paling menakutkan. Semua tak seperti kemarin lagi. Dunia tak lagi indah bagiku, meski langit sedang berpesta di atas sana. Hatiku terasa jauh lebih sakit saat tadi sore, setelah bencana itu, aku pulang ke rumah orang tua kandungku. Aku menceritakan semuanya, namun tak memperoleh pembelaan di sana. Di rumah orang tua yang telah melahirkanku.

"Kamu sudah dewasa, kamu sudah jadi wong pinter nduk, dan semua itu karena jasa Pak Ahmad, bapak angkatmu. Jangan jadi anak durhaka Sekar, mintalah maaf kepadanya dan turuti apa yang beliau minta." Hatiku sakit mendengar kalimat itu, ringan keluar dari bibir ibu, wanita yang mengandung dan melahirkanku. Meski tanpa melihat wajah beliau, aku tahu tak ada beban dari nada suaranya. Ah ibu, apa benar tak ada lagi cintamu untukku?

Langit masih bertabur bintang di atas sana, masih menyiratkan keindahan alam awang-awang nun tak terjamah. Angin malam mulai membuatku menggigil. Aku baru sadar, aku tidak sedang di rumah Pak Kepala Desa yang megah dan hangat. Namun, aku sedang meringkuk di sudut balai desa tak berdinding, tanpa alas, dan tanpa teman.

Aku tak tau apakah bapak angkatku saat ini sedang sibuk mencariku atau hanya diam di rumah menungguku pulang sendiri. Meminta maaf kepadanya, lalu dengan santun mengatakan bahwa aku akan ikhlas menerima apa pun yang beliau mau.

Baru kali ini aku tahu betapa berharga sebuah kemerdekaan dan kebebasan menentukan pilihan sendiri. Andai aku bisa, aku ingin kembali ke masa lalu, aku tak ingin mengenal seseorang yang pernah aku anggap malaikat itu. Tak apalah aku hanya menjadi gadis desa yang bodoh, seperti yang lain, hidup bersama Awan.

Awan, mengingatnya kembali membuat dadaku sesak. Aku bodoh, aku lemah, dan aku tak mampu melawan. Kuintip lagi langit yang tampak jelas dari tempatku menyudut, tetap semarak meski sangat sepi. Pasti sudah lewat dini hari, kelengangan meraja.

****
Silau mentari menerpa wajahku, aku menyipitkan mata karenanya. Hari sudah terang. Aku tersentak kaget saat menyadari ada seseorang di dekatku. Bapak? Bagaimana bisa orang yang kuhujat semalaman itu tiba-tiba duduk di dekatku. Sebuah sarung kotak-kotak warna hijau menyelimuti tubuhku.

Aku kenal betul benda itu, sarung yang sengaja aku beli untuk Bapak saat aku liburan ke Jogja dulu. Bapak selalu mengenakannya. Air mataku meleleh melihat malaikat itu tertidur dalam posisi duduk. Pastilah tulang-tulang tua tersebut memberinya rasa pegal dan sakit yang menyiksa. Tiba-tiba aku merasa sangat berdosa kepadanya. Bapak, maafkan aku.

"Jangan menangis cah ayu,...jangan cengeng.." Rupanya, isak tangisku mengusik tidur beliau. Tangan tuanya yang keriput mengusap air mata di pipiku. Aku makin tersedu."Bapak tahu kamu sangat marah sama Bapak karena kejadian kemarin...." Suara datar penuh wibawa itu terdengar sangat halus.

"Bapak tak akan melarangmu menikah dengan siapa pun. Kamu bebas memilih, kamu telah dewasa, bahkan sebentar lagi kamu akan sah jadi sarjana, yang pertama dan satu-satunya di desa ini. Tapi, jangan dengan anak bajingan itu, sampai mati pun bapak tak rela.." Aku memilih diam, aku hanya terisak dan semakin terisak. Aku pasrah saja saat bapak angkatku itu menuntunku pulang.

****
Seminggu sudah bencana itu berlalu, aku memilih patuh kepada Bapak. Sudah seminggu pula, aku menghabiskan malam tanpa menutup mata. Berdiam diri di balkon kamarku sambil menatap langit berharap dapat menemukan bintang jatuh. Malam ini, kupastikan tak ada bintang jatuh, hujan sudah mengguyur bumi mulai sore tadi. Tapi, aku tetap seperti hari-hari sebelumnya.

"Nduk Sekar, dipanggil Bapak," suara Mbok Jah terdengar dari balik pintu kamarku.

"Ya Mbok, terima kasih," jawabku acuh tanpa membuka pintu

"Nduk, dipanggil Bapak," Mbok jah mengulangi panggilannya.

"Iya..iya.., bentar!!!" sambil membuka pintu kubentak wanita sepuh itu.

"Maaf nduk, tapi Bapak sedang sakit. Beliau ingin bertemu dengan Nduk Sekar."

"Sakit? Sakit apa? Sejak kapan Mbok? Sepertinya, kemarin-kemarin aku melihat Bapak sehat-sehat saja?" aku menghujani pertanyaan kepada Mbok Jah sambil melangkah menuju kamar Bapak. Pintu kamar itu terbuka sebagian, dari luar aku sudah dapat melihat wajah Bapak. Pucat dan lemah.

"Bapak kenapa?? Bapak...." aku menjerit histeris sambil memegangi tangan Bapak.

"Jangan menikah dengan anak Surya, Sekar. Berjanjilah pada Bapakmu ini,....berjanjilah," suara itu samar, hampir tak terdengar tapi sangat menghujam jantungku. Refleks aku mengangguk.

"Aku berjajni Bapak, aku berjanji,...."

****

Hari ini aku terpaku menatap gundukan tanah yang masih basah. Semerbak bau kembang terbawa angin bersama debu dan daun kering. Di bawah sana, malaikat sekaligus monster itu terbaring untuk selamanya meninggalkan janji yang sangat berat di pundakku.

Di seberang sana, aku melihat sosok yang sangat aku kenal. Awan terpaku di bawah pohon kamboja. Seakan memintaku untuk mendekatinya. Aku ingin berlari ke arahnya menumpahkan kerinduanku. Tapi, janji yang aku ucap semalam kepada jasad yang tertidur di bawah nisan ini merantai kakiku. Aku memilih untuk meninggalkan tempat itu, tanpa menegur atau sekadar membalas tatapannya.

Nyawaku tak utuh lagi. Mungkin pergi bersama Bapak atau tinggal bersama Awan yang masih terpaku di bawah pohon kamboja. Janji adalah utang. Kepada beliau, aku tak hanya utang janji, tapi juga utang budi. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk segala sesuatu, meski untuk sebutir pasir sekalipun. Jika itu harga yang harus aku bayar, akan aku lakukan. Aku memang tak yakin bisa hidup tanpa Awan.

Tapi, aku telah memilih untuk menepati janjiku kepada Bapak. Biarlah takdir sendiri yang menentukan jalan kami. Seperti bintang yang patuh untuk turun ke bumi saat Sang Mahakuasa menghendakinya demikian.

Dendamlah yang membuat Bapak sangat membenci Pak Surya, orang tua Awan. Bapak sangat meyakini bahwa kematian istri dan putri tunggalnya, Mbak Lastri, adalah karena teluh yang dikirim Pak Surya yang kala itu kalah pemilihan kepala desa.

Bapak sangat meyakini itu benar. Meski diagnosis dokter mengatakan bahwa mereka meninggal karena DBD. Saat itu, memang desa ini sedang diserang wabah DBD. Namun, karena kejadian tersebut hanya berselang satu hari setelah kemenangan Bapak, beliau meyakini ada kekuatan lain yang merenggut nyawa dua orang keluarganya itu hingga meninggal secara bersamaan.

__________________

Jawablah pertanyaan berikut ini berdasarkan cerpen di atas!

No.

Pertanyaan

Jawaban

1

Jelaskan karakteristik tokoh-tokoh berikut ini!

Sekar :

Pak Ahmad :

2

Sebutkan setting tempat, waktu, dan suasananya!

Tempat :

Waktu :

Suasana :

3

Uraikan susunan plot yang terdapat pada cerpen!

Introduksi :

Konflik :

Klimaks :

Antiklimaks :

Resolusi :

4. Buatlah dialog antara Sekar dan Pak Ahmad pada saat adegan Pak Ahmad sakit keras lalu meminta Sekar berjanji untuk tidak menikah dengan Awan, anak Pak Surya. Pak Ahmad pun menceritakan rahasia kebenciannya kepada Pak Surya!

Cerpen III

Bacalah cerpen di bawah ini dengan seksama!

Senja di Karimunjawa

KEMUNING, merah, indah, dan begitu damai. Senja adalah waktu termanis dalam satu hari. Ya, Senja bukan hanya sebuah waktu, tapi juga nama dan seorang gadis kecil berusia sembilan tahun di perkampungan Pantai Karimunjawa.

Langkah kakinya lincah di antara guliran pasir dan gelombang kecil Pantai Karimunjawa. Sesekali tubuh kecilnya berputar centil bak balerina di tepi pantai. Rambut panjangnya yang ikal kian bergolak dan bermain bersama desiran angin pantai sore itu.

Langkah kakinya terhenti dan bibirnya tersenyum manis pada sebuah batu besar di ujung pantai. Perlahan, kaki dan tangan kecilnya mulai beraksi memanjat batu itu. Maka, termangulah ia duduk di sana. Termangu menatap senja yang begitu berarti dan tiap waktu dalam harinya.

Bagi gadis kecil itu, waktu senja mempunyai ikatan yang erat dengan dirinya. Gambaran ikatan dan nama mereka yang sama dan penghibur hati dan ketidaktahuannya akan keluarga dan siapa dirinya.

Gambaran yang ia lukis sendiri dalam benaknya seolah memberikan ketenangan tersendiri dalam waktunya menikmati senja. Mata sayunya bersinar cerah bak menantang mentari yang kian tenggelam.

Wajahnya penuh berseri menatap senja, 5 menit, 10 menit, 15 menit. Akhirnya, hilanglah senja dan pandangannya. Wajah yang tadinya berseri itu mendadak hilang, mata yang tadinya bersinar seakan ikut redup bersama gelapnya hari.

***

"Senja, tunggulah Paman di geladak pantai seperti biasa. Sepertinya, Paman akan memperoleh ikan banyak," ujar seorang lelaki paro baya pada gadis kecil itu. Sang gadis kecil tersenyum dan mengangguk.

"Hati-hati, Paman," jawab gadis kecil itu. Dia tetap berdiri di geladak pantai sampai pandangannya kabur dan perahu serta lelaki paro baya yang ia panggil paman lenyap.

Pada 16.30 WIB, angin pantai bertiup cepat dengan gelombang yang tak biasa. Senja dan beberapa warga pantai tampak resah menanti beberapa nelayan yang tak kunjung datang. Rutinitas harian mereka, pukul 14.00 WIB adalah waktu paling lambat bagi para nelayan untuk kembali dan berlayar.

Pada 18.00 WIB, wajah gadis kecil itu pun pucat pasi terduduk di geladak pantai. Pandangannya kosong menatap laut lepas yang semakin ganas. Hari itu untuk kali pertama ia tak teringat untuk melewatkan waktu termanisnya di atas batu besar di ujung pantai.

***

Senja, di hari ketujuh sejak perahu paman angkatnya menghilang bersama dua orang nelayan lainnya. Langkah kakinya begitu lemah menapak pasir ke arah ujung pantai.

"Senja, tunggu. . .," sebuah suara lantang dan kejauhan menghentikan langkahnya.

"Perahu pamanmu sudah ditemukan," teriak seorang anak pantai sahabat gadis itu. Sang gadis kecil terkejut, langkahnya segera bergerak mendekati sahabatnya.

"Pamanku?" tanya Senja cemas. Sang sahabat hanya tertunduk dan menggeleng pelan. Terdengar sebuah suara lirih mengiringinya.

"Hanya perahunya yang ditemukan pecah," ujar sahabatnya lirih.

Tubuh gadis kecil itu semakin lemah. Langkahnya berbalik arah ke ujung pantai. Kakinya kembali menapak pasir di antara deburan ombak. Ia terduduk bisu di atas batu. Hatinya tak dapat membendung peluh dalam batinnya. Air mata mengucur deras dan mata sayunya semakin redup.

Awan kelabu perlahan menyelimuti penuh langit Karimunjawa. Gerimis turun di antara senja yang tertutup awan. Sang gadis kecil seakan tahu bahwa, Senjanya tak akan kuasa melihat kepedihan dalam hatinya.

__________________

No.

Pertanyaan

Jawaban

1

Jelaskan karakteristik tokoh-tokoh berikut ini!

Senja :

Paman:

2

Sebutkan setting tempat, waktu, dan suasananya!

Tempat :

Waktu :

Suasana :

3

Uraikan susunan plot yang terdapat pada cerpen!

Introduksi :

Konflik :

Klimaks :

Antiklimaks :

Resolusi :

4. Buatlah dialog antara Senja dan Paman pada saat adegan Paman akan pergi melaut!

WACANA ARGUMENTASI

Wacana I

BPOM Larang 7 Produk China

JAKARTA (SINDO) – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memutuskan melarang peredaran tujuh produk pangan impor dari China yang mengandung formalin. Ketujuh produk yang telah beredar di masyarakat tersebut adalah: White Rabbit Creamy Candy, permen Kiamboy, permen Classic Candy, permen Blackcurrant, permen White Rabbit (ada dua versi), dan manisan Plum.

Kemarin, BPOM juga melakukan penyegelan tujuh produk makanan berformalin itu di Surabaya, Semarang,Yogyakarta, dan Denpasar. Anggota Komisi IX DPR (Kesehatan) Hakim Sorimuda Pohan mendesak BPOM bisa memberikan sanksi tegas terhadap produsen produk ilegal tersebut. Karena selama ini produsen “nakal” hanya diberikan hukuman percobaan yang tidak memberikan efek jera.

Selain itu, jenis produk yang juga dilarang diedarkan karena mengandung bahan berbahaya dehylin glycol yaitu pasta gigi merek Maxam buatan China. Ada tiga jenis pasta gigi merek tersebut yang dilarang untuk dijual yakni Maxam biru, hijau, dan mint. Hanya saja, hasil sidak yang dilakukan BPOM Surabaya, produk pasta gigi tersebut tidak ditemukan. Nantinya, makanan yang disita ini akan dimusnahkan dan dihentikan distribusinya.

Sumber : Koran Sindo, Jum'at, 27 Juli 2007 dengan perubahan

Buatlah wacana argumentasi menanggapi teks wacana yang berjudul BPOM Larang 7 Produk China dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Terdiri dari 3 paragraf dengan urutan:

· paragraf I : kemukakan kembali fakta-fakta yang terdapat pada isi berita dan menjadi pokok permasalahan pada wacana tersebut.

· Paragraf II : kemukakan opini disertai alasan yang logis berdasarkan fakta-fakta..

· Paragraf III : kemukakan saran yang sesuai dengan opini yang dikemukakan..

b. Karangan menggunakan ejaan dan tanda baca yang baik.

c. Karangan diberi judul yang sesuai dengan isi opini.

Wacana II

Bahasa Indonesia Tergusur

Ketidakberdayaan penguasa mengatur rambu-rambu pemakaian bahasa di tempat umum dan ruang terbuka berakibat bahasa Inggris secara nyata mulai merebut berbagai aspek kehidupan yang semula diisi bahasa Indonesia. Hal ini diperburuk oleh kesalahkaprahan memaknai paham globalisasi dan internasionalisasi.

“Banyak pelaku bisnis yang tidak punya ikatan emosional yang kuat pada bahasa Indonesia. Bahasa apa pun akan menjadi sekadar sarana promosi jualan,” ujar ahli bahasa Anton M. Moeliono dalam seminar “Mencari jalan keluar dari kondisi bahasa Indonesia yang memprihatinkan”, di Jakarta (26/11).

Menurut Anton, saat ini ada identifikasi antara peradaban yang tinggi dan mutu produk yang unggul dengan bahasa Inggris yang mengantarnya. Masyarakat percaya bahwa bahasa Inggris itu jadi jaminan mutu. Ia mencontohkan maraknya nama bahasa Inggris pada hotel, mal, restoran, bank, dan hiburan.

Menurut Anton, dalam konteks kebahasaan, globalisasi membuka pintu bagi bahasa global masuk dengan bebas ke dalam masyarakat yang bahasa nasional atau bahasa resminya belum mantap. Yang kuat menang, yang lemah terpinggirkan.

Sumber: Kompas, Senin, 28 November 2005 dengan perubahan.

Buatlah wacana argumentasi menanggapi teks wacana yang berjudul Bahasa Indonesia Tergusur dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Terdiri dari 4 paragraf dengan urutan:

· paragraf I : kemukakan kembali fakta-fakta yang terdapat pada isi berita dan menjadi pokok permasalahan pada wacana tersebut.

· Paragraf II : kemukakan opini disertai alasan yang logis berdasarkan fakta-fakta..

· Paragraf III : kemukakan saran yang sesuai dengan opini yang dikemukakan..

b. Karangan menggunakan ejaan dan tanda baca yang baik.

c. Karangan diberi judul yang sesuai dengan isi opini.

Wacana III

Salut kepada Pemerintah Menaikkan Pajak Impor Film

JAKARTA, KOMPAS.com Trending topic di Twitter hari ini salah satunya adalah sinema Indonesia diboikot pengekspor film dari Amerika Serikat. Universal, Warner Bros, Paramount Pictures, dan lainnya tidak mau mengekspor lagi film barat ke Indonesia. Hal ini terjadi gara-gara pemerintah menaikkan pajak untuk film impor.

Kalau Anda mampir ke XXI atau bioskop-bioskop yang memakai angka 21, di sana akan terlihat film-film baru, seperti 127 Hours, akan diputar terakhir pada hari ini. Besok tidak ada Midnight Show dengan menampilkan film-film terbaru dari Hollywood.

Pajak film impor lebih murah daripada pajak film nasional. Pajak impor cuma dibebani per satu kopi film, yakni Rp 1 juta per kopi. Rata-rata film impor menyetor lebih kurang Rp 15 juta per judul untuk 15 kopi film. Dalam 12 tahun terakhir, film asing yang diimpor rata-rata 180 judul dengan total kopi sekitar 2.500 kopi sehingga rata-rata hanya 15 kopi per judul.

Sementara itu, film nasional harus membayar pajak untuk beberapa hal, mulai dari bahan baku, peralatan produksi, pajak atas artis, karyawan, pajak saat proses produksi, pajak pasca-produksi, dan untuk penggandaan kopi film. Jadi, jika dihitung, maka produser film nasional harus menyiapkan 10 persen lebih untuk pajak. Film seperti Laskar Pelangi atau Ayat-Ayat Cinta yang biaya produksinya Rp 5 miliar harus mengeluarkan pajak senilai Rp 500 juta.

Nah, keberanian pemerintah ini pasti akan didukung sekali oleh para pekerja film. Mereka memang sudah berteriak cukup lama. Meski saya bukan pekerja film, saya tetap mengucapkan salut kepada pemerintah yang berani menaikkan pajak impor film ini. Sebab, dulu kita takut sekali dan rela diatur oleh Hollywood.

KOMPAS.com, Jumat, 18 Februari 2011

Buatlah wacana argumentasi menanggapi teks wacana yang berjudul Salut kepada Pemerintah Menaikkan Pajak Impor Film dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Terdiri dari 4 paragraf dengan urutan:

· paragraf I : kemukakan kembali fakta-fakta yang terdapat pada isi berita dan menjadi pokok permasalahan pada wacana tersebut.

· Paragraf II : kemukakan opini disertai alasan yang logis berdasarkan fakta-fakta..

· Paragraf III : kemukakan saran yang sesuai dengan opini yang dikemukakan..

b. Karangan menggunakan ejaan dan tanda baca yang baik.

c. Karangan diberi judul yang sesuai dengan isi opini.

Ketentuan menulis karangan:

1. Karangan ditulis menggunakan pulpen bertinta hitam atau biru dengan rapi.

2. Kertas untuk mengarang diberi garis tepi kiri (1,5 cm), garis paragraf baru (2 cm), dan garis tepi kanan (1,5 cm) dengan pensil.

3. Karangan dalam keadaan rapi dan bersih.