Kamis, 27 Maret 2014


DESKRIPSI TEKNIS ACADEMIC PROMPT BAHASA INDONESIA
LAPORAN EDU-TRIP

  1. PRODUK : TEKS SOFT COPY (FILE)
  2. JENIS PENUGASAN : INDIVIDUAL
  3. BATAS WAKTU PENGUMPULAN : PALING LAMBAT 10 APRIL 2014
  4. PROSEDUR PENGUMPULAN : 
·            DIKUMPULKAN VIA E-MAIL (padma_sriwilis@yahoo.com)
·            SUBJECT E-MAIL : AP BAHASA INDONESIA - EDUTRIP 
·            JUDUL FILE : NAMA SISWA _KELAS_NO.ABSEN_APBI_TUJUAN EDUTRIP (BEIJING/SINGAPURA/JOGYA
·            CONTOH : MICHAEL F_8G_22_APBI_JOGYA 
·            SELURUH TEKS DISATUKAN DALAM SATU FILE (FORMAT MS WORD 2003/2007 dan PDF

1.     REPORTASE/ BERITA AKTUAL /   HEADLINES
A.    SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·       Judul menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·       Panjang karangan 4-6 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat mencakup minimal 5 kata.
·       Pola pengembangan paragraf secara deduktif (umum – khusus)
·       Gagasan dikembangkan  secara lancar, tertata, urut, dan  kohesif
·       Setiap gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.
·       Bagian-bagiannya terdiri dari :
-     Pendahuluan/fokus berita
-     Rincian atau uraian
-     Penutup

B.    ISI
·       Topik berita relevan dengan peristiwa yang terjadi selama Edu-Trip.
·       Gagasan tidak menyimpang dari substansi masalah / topik
·       Faktual dan objektif, informasi  tidak direkayasa atau dimanipulasi
·       Peristiwa yang disajikan penting (berdampak pada orang lain)
·       Memuat elemen 5 W + 1 H

C.    KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·       Kalimat    efektif dan komunikatif
·       Struktur kalimat benar  sesuai kaidah tatabahasa baku bahasa Indonesia
·       Diksi variatif, mencerminkan kekayaan  perbendaharaan kata.
·       Diksi tepat  dan baku sesuai konteks 
·       Tidak ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital.
·       Tidak terjadi kesalahan ketik.
·       Margin, spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan.

D.    CONTOH
KLOTER I BERANGKAT JUM’AT
Sidoarjo. Calon Jemaah Haji (CJH) Sidoarjo dijadwalkan berangkat jumat (15/10). Total CJH Sidoarjo sebanyak 2.450. Jumlah terebut terbagi menjadi enam kloter. Yakni, kloter 10, 11,15, 16, 17, dan 18. Mereka akan berangkat pada Jum’at (15/10), Minggu (17/10), dan senin (18/10)
Kepala seksi penyelenggara Haji dan Umrah Depag Kabupaten Sidoarjo Misbakhul Munir menerangkan, jemaah haji akan diberangkatkan dari pendopo Surabaya. Setelah dikarantina semalam, keesokan harinya mereka terbang ke Arab Saudi.
Untuk mengurangi kepadatan, Misbakhul menuturkan bahwa pihaknya akan membatasi jumlah pengantar. “Hanya mobil berstiker yang boleh mengantar. Tapi pengantar dilarang masuk pendopo,” ujarnya.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada saat keberangkatan jemaah haji, lalu lintas di sekitar Alun-alun Sidoarjo akan padat. Karena itu, dia mengimbau para pengendara untuk melewati jalur alternatif (Jawa Pos, Sabtu, 9/10/10)

2.     FEATURE  (KISAH DI BALIK BERITA /PERISTIWA)
A.    SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·       Judul menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·       Di bawah judul dituliskan nama pengarang
·       Panjang karangan 5-6 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat mencakup minimal 5 kata.
·       Gagasan dikembangkan  secara lancar, tertata, urut, dan  kohesif.
·       Setiap gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.
·       Bagian-bagiannya terdiri dari :
-    Identifikasi
-    Dekripsi

B.    ISI
·       Menyajikan fakta-fakta dari suatu peristiwa, dan jalan pikiran penulisnya secara padu dan dijabarkan dengan gambaran yang jelas dan utuh dan mempengaruhi  bertindak atau percaya.
·       Peristiwa yang disajikan menarik dan tetap aktual.
·       Kreatif dalam mencari objek tulisan yang khas.
·       gaya penulisan variatif dan membangkitkan imajinasi pembaca.
·       Diksi, komposisi kata-kata, kalimat dan paragrafnya tidak monoton, hidup dan variatif.
·       Bersifat subjektif (tergantung sudut pandang, wawasan, intelektual, ketrampilan, dan karakter penulis).
·       Meliputi feature Sejarah (Historical), feature Perjalanan (Travel), feature keahlian/Tuntunan Ketrampilan (How-to-do-it), feature Ilmiah/Ilmu pengetahuan Populer (Sciene Report).

C.    KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·         Kalimat    efektif dan komunikatif
·         Struktur kalimat benar  sesuai kaidah tatabahasa baku bahasa Indonesia
·         Diksi variatif, mencerminkan kekayaan  perbendaharaan kata
·         Diksi tepat  dan baku sesuai konteks 
·         Tidak ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·         Tidak terjadi kesalahan ketik
·         Margin, spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan

D.    CONTOH
CANDI BOROBUDUR
Borobudur adalah candi Hindu-Budha. Candi ini dibangun pada abad ke-19 oleh dinasti Sailendra yang berasal dari kerajaan Mataram kuno. Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah Indonesia.
Borobudur terkenal ke seluruh penjuru dunia. Konstruksinya mendapat pengauh oleh arsitektur Gupta India. Candi ini dibangun di atas sebuah bukit setinggi 46 meter dan delapan tangga yang berbentuk undakan batu. Lima tangga yang pertama berbentuk kotak, dikelilingi oleh tembok yang penuh pahatan yang membentuk gambar Budha. Tiga tangga di atasnya berbentuk melingkar. Pada tiap tangga melingkar tersebut terdapat stupa berbentuk lonceng. Keseluruhan gedung ditutupi oleh stupa besar yang terletak di tengah-tengah lingkaran teratas. Jalan menuju puncak borobudur yang berbentuk gang terbentang sejauh 4,8 kilometer. Desain Borobudur yang menyimbolkan struktur alam semesta mempengaruhi gaya pembuatan candi Angkor di Kamboja.

3.     OPINI/ SOROTAN MASALAH
A.    SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·           Judul menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·           Di bawah judul dituliskan nama pengarang
·           Panjang karangan 4-5 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat mencakup minimal 5 kata.
·           Gagasan dikembangkan  secara lancar, tertata, urut, dan  kohesif.
·           Setiap gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.
·           Bagian-bagiannya terdiri dari :
-          Tesis (pernyataan topik yang akan dibahas)
-          Argumen (-argumen)
-          Rekomendasi (saran penulis sebagai solusi permasalahan tersebut)

B.    ISI
·            Meyakinkan pembaca bahwa sesuatu harus atau tidak harus dilakukan.
·            Menyajikan opini yang logis, tajam, dan relevan dengan topik pembahasan.
·            Setiap opini disertai dengan bukti-bukti berupa fakta-fakta atau kutipan seseorang.
·            Topik yang diangkat berupa permasalahan yang terkait dengan kegiatan Edu-Trip.

C.    KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·           Kalimat    efektif dan komunikatif
·           Struktur kalimat benar  sesuai kaidah tatabahasa baku bahasa Indonesia
·           Diksi variatif, mencerminkan kekayaan  perbendaharaan kata
·           Diksi tepat  dan baku sesuai konteks 
·           Tidak ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·           Tidak terjadi kesalahan ketik
·           Margin, spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan

D.    CONTOH
TEMPAT SAMPAH BANYAK, SEKOLAH SEHAT
Sebagai seorang guru, saya meyakini bahwa kesehatan lingkungan sekolah kita dapat mendukung prestasi anak didik kita. Untuk mewujudkan kesehatan sekolah ini, kita dapat melakukan banyak hal, salah satunya yaitu dengan cara meningkatkan jumlah tempat sampah di sekolah
Biasanya, ketika kita menengok kondisi kelas kita, koridor sekolah, halaman depan dan halaman belakang sekolah, kita sering menjumpai kertas-kertas, gelas atau botol air mineral, sedotan, plastik-plastik makanan ringan, berserakan di tempat tersebut. Benda-benda tersebut sebagian besar berasal dari anak didik kita. Kondisi ini jelas dapat merusak pemandangan dan mengganggu kesehatan sekolah. Kertas-kertas dan plastik-plastik yang berserakan dapat menyumbat selokan sekolah ketika hujan tiba. Gelas dan botol minuman bekas yang berceceran dapat menjadi sarang tempat berkembangnya nyamuk.
Saya melihat sebagian besar anak-anak kita telah memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi untuk menjaga kebersihan sekolah. Mereka seringkali saya jumpai membuang sampah di tempat sampah. Meskipun demikian, ada juga sebagian dari mereka yang saya jumpai malas untuk membuang sampah di tempat sampah. Mereka lebih memilih membuang tempat sampah di pojok kelas, atau bahkan di depan kelas. Ketika saya tanya mengapa mereka melakukan hal tersebut, sebagian besar dari mereka menjawab bahwa mereka melakukan hal tersebut karena tempat sampah yang ada, sangat jauh dari kelas mereka. Mendengar jawaban ini saya menjadi sadar betapa sedikitnya jumlah tempat sampah di sekolah kita.
Sekolah seharusnya menyediakan tempat sampah yang cukup untuk sampah-sampah yang dihasilkan anak didik kita. Sebuah tempat sampah seharusnya diletakkan tiap 10 meter di sekolah kita. Dengan demikian, ketika anak-anak bermaksud membuang sampah mereka, mereka dapat menemukan tempat sampah tersebut dengan mudah. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk membuang sampah sembarangan.
Ketika sekolah telah dilengkapi dengan tempat sampah yang cukup, murid-murid tidak akan malas lagi membuang sampah di tempat yang semestinya. Dengan demikian, kebersihan sekolah kita menjadi terjaga. Oleh sebab itu saya menyarankan marilah kita tambah jumlah tempat sampah di sekolah kita sehingga sekolah kita menjadi tempat yang bersih dan sehat bagi anak didik kita.

4.     NARASI PROFIL TOKOH
(siswa, guru, tour guide, wisatawan, dll)
A.    SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·         Judul menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·         Di bawah judul dituliskan nama pengarang
·         Panjang karangan 4-5 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat mencakup minimal 5 kata.
·         Gagasan dikembangkan  secara lancar, tertata, urut, dan  kohesif.
·         Setiap gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.
·         Urutan penyajian :
-      Identitas
-      Prestasi/keunggulan
-      Pandangan/sifat-sifat positif/penilaian positif

B.    ISI
·            Menyajikan gambaran singkat atau riwayat hidup singkat dari seseorang, lembaga, organisasi, benda ataupun wilayah.
·            Ditulis dengan singkat namun jelas dan dapat menggambarkan seseorang atau lembaga secara umum.
·            Contoh profil
-           profil pribadi/diri sendiri
-           profil perusahaan
-           profil band     
-           profil organisasi
-           profil seseorang
-           profil sekolah

C.    KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·         Kalimat    efektif dan komunikatif
·         Struktur kalimat benar  sesuai kaidah tatabahasa baku bahasa Indonesia
·         Diksi variatif, mencerminkan kekayaan  perbendaharaan kata
·         Diksi tepat  dan baku sesuai konteks 
·         Tidak ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·         Tidak terjadi kesalahan ketik
·         Margin, spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan

D.    CONTOH
Kardinal Mgr. Julius Riyadi Darmaatmadja, S.J.
Kardinal Mgr. Julius Riyadi Darmaatmadja, S.J. (lahir di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, 20 Desember 1934; umur 79 tahun) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma dari Indonesia sejak tahun 1994. Ia menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta dari 11 Januari 1996 sampai dengan 28 Juni 2010. Sebagai kardinal, ia juga turut serta dalam pemilihan Paus baru pada tahun 2005, yang akhirnya memilih Paus Benediktus XVI.
Ayahnya, Joachim Djasman Darmaatmadja, Dan ibunya, Maria Siti Sarpinah, adalah keluarga yang sederhana. Darmaatmadja masuk Seminari Menengah Yogyakarta dan Seminari Mertoyudan, lalu masuk Novisiat Serikat Yesus Girisonta tahun 1957.
Ia ditahbiskan sebagai imam pada tanggal 18 Desember 1969 oleh Yustinus Darmojuwono dan bertugas di Yogyakarta. Kemudian tahun 1978-1981 menjabat Rektor Seminari Menengah Mertoyudan.
Ditahbiskan sebagai Uskup Agung Semarang juga oleh Kardinal Yustinus Darmoyuwono pada tanggal 29 Juni 1983. Pada 28 April 1984 Julius Darmaatmaja juga diangkat oleh Vatikan Roma sebagai Uskup bagi ABRI menggantikan Kardinal Yustinus Darmojuwono.

5.     INTERVIEW DENGAN TOKOH
(siswa, guru, tour guide, wisatawan, dll)
A.    SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·            Panjang karangan berbentuk dialog minimal 10 percakapan.
·            Karangan diberi judul yang menarik dan relevan dengan topik.
·            Gagasan dikembangkan  secara lancar, tertata, urut, dan  kohesif.
·            Setiap gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.

B.    ISI
·            Hasil wawancara dengan narasumber
·            Topik wawancara membahas suatu permasalahan; pewawancara meminta pendapat narasumber menanggapi permasalahan tersebut dan sarannya untuk solusi permasalahannya.
·            Topik permasalahan yang diangkat berkaitan dengan Edu-Trip.

C.    KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·            Kalimat    efektif dan komunikatif
·            Struktur kalimat benar  sesuai kaidah tatabahasa baku bahasa Indonesia
·            Diksi variatif, mencerminkan kekayaan  perbendaharaan kata
·            Diksi tepat  dan baku sesuai konteks 
·            Tidak ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·            Tidak terjadi kesalahan ketik
·            Margin, spasi, dan format pengetikan

D.    CONTOH
Wawancara dengan Maestro/Tokoh Tari Sunda,
Ibu Indrawati Lukman

Menurut Ibu, adakah pihak-pihak (pewaris/ahli waris) yang berusaha untuk menjaga kelestarian tari-tarian karya Ibu?
Jawab : Sebenarnya, anak saya tidak seperti saya yang mempunyai minat yang kuat untuk menari, cuma dia punya keinginan untuk meneruskan usaha saya, dalam artian melalui Studio Tari Indra…mungkin saja ada penari yang loyal dan mempunyai niat untuk meneruskan keinginan saya…intinya pengorbanan, dedikasi dan loyalitas..tanpa itu nggak ada gunanya..Jadi kalau harus disebut langsung siapa orangnya, saya tidak bisa memastikan.
Bagaimana perhatian pemerintah terhadap tari-tarian yang dikelola STI?
Jawab : Ya secara material tidak ada, dana yang rutin sama sekali tidak ada…tetapi kalau mengenai kegiatan yang memerlukan bantuan seperti pengajuan proposal, biasanya mereka melihat keperluannya apa, apakah perlu didukung atau tidak, biasanya mereka harus melakukan pengamatan dan penelitian terlebih dahulu dan kadang-kadang sangat menyebalkan…

6.     RESENSI BUKU
A.    SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·         Judul menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·         Di bawah judul dituliskan nama pengarang
·         Urutan penyajian :
-     Judul
-      Identitas buku
-      Ringkasan
-      Kelebihan/keunggulan buku
-      Kelemahan buku
-      Saran

B.    ISI
·         Buku nonfiksi, disarankan yang berkaitan dengan objek tujuan edu-trip
·         Peresensi dapat menyebutkan jenis buku tersebut fiksi atau nonfiksi.
·         Dapat memastikan bahwa buku tersebut merupakan karya asli dari pengarangnya dan bukan jiplakan dari buku lain yang pernah terbit.
·         Dapat mendeskripsikan bentuk atau format dari buku itu. Apakah bentuknya, kertas, ilustrasi cover, jenis huruf yang dipakai, dan sebagainya.
·         Memperhatikan penggunaan bahasa dalam buku itu, ditinjau dari segi struktur kalimat, gaya bahasa/style, ungkapan dan lain-lain. Apakah bahasa yang digunakan memakai bahasa sehari-hari yang segar tidak menjemukan, mudah dimengerti oleh pembaca, dan sebagainya. Mudah dipahami atau sukar diterima pembaca. Pengujian materi mendapat perhatian juga dari resentator.
·         Pembahasan dalam resensi buku meliputi dapat dipandu dengan mengikuti pokok-pokok berikut ini :
-     Organisasi / kerangka penulisan
o  Bagaimanakah hubungan antar bagian satu dengan yang lain? (hubungan antar paragraf, antar subbab, dan antar paragraf).
o  Bagaimanakah sistematika penyusunan buku dan dinamikanya?
-     Isi pernyataan penulis
o  Bagaimanakah bobot ide penulis? (berkualitas atau tidak)
o  Seberapa kuatkah analisisnya?
o  Bagaimanakah kelengkapan penyajian datanya?
o  Bagaimanakah kreativitas pemikirannya?
-     Bahasa
o  Bagaimanakah ejaan yang disempurnakan diterapkan?
o  Bagaimanakah penggunaan kalimat dan ketepatan pilihan kata di dalamnya?
-     Aspek Teknis
o  Bagaimanakah tata letak (lay out)?
o  Bagaimanakah tata wajah?
o  Bagaimanakah kerapian, kebersihan, dan kualitas cetakan?

C.    KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·         Kalimat    efektif dan komunikatif
·         Struktur kalimat benar  sesuai kaidah tatabahasa baku bahasa Indonesia
·         Diksi variatif, mencerminkan kekayaan  perbendaharaan kata
·         Diksi tepat  dan baku sesuai konteks 
·         Tidak ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·         Tidak terjadi kesalahan ketik
·         Margin, spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan

D.    CONTOH
Membentuk Remaja yang Berkepribadian
(sebuah Resensi)

Judul buku                              :    Remaja Membangun Kepribadian
Penulis                                   :    Anna Windyartini S
Tahun terbit                             :    2008
Penerbit                                  :    Penerbit Nobel Edumedia, Jl. Rawagelam III No. 4 Kawasan Industri Pulogading, Jakarta Timur.
Tebal buku                              : ix + 79 halaman
Harga                                     :    -

ISI POKOK BUKU
Pada bab  pertama (Berbagai Jenis Keceradasan dalam Diri Manusia), menjelaskan tentang berbagai jenis kecerdasan dalam diri manusia, dan cara-cara yang dapat ditempuh untuk mengembangkan intelegesi tersebut. Dalam pembahasan ini diambil dari beberapa sumber yang cukup terpercaya, yaitu ahli-ahli Internasional yang professional di bidang intelegensi,  diantaranya Howard Gardner yang merupakan psikolog dari Amerika Serikat yang mengemukakan sepuluh macam intelgensi berdasarkan penelitiannya yaitu Linguistic Intelligence/ Kecerdasan Linguistik, Logical-Mathematical Intelligence/ kecerdasan logis-Matematis, Musical Intelligence/ Kecerdasan Musikal, Bodily-Kinesthetic Intelligence/ Kecerdasan tubuh-kinestetik, spatial Intelligence/kecerdasan spasial, Interpersonal Intelligence/kecerdasan Interpersonal, Intrapersonal Intelligence/kecerdasan  Intrapersonal, Naturalist Intelligence/ Kecerdasan Naturalis, Spiritual Intelligence/ Kecerdasan spiritual, dan Existencial Intelligence/Intelegensi eksistensial. Tidak hanya itu, pada bab pertama juga dijelaskan cara-cara ampuh untuk mengembangkan potensi/tingkat intelegensi seorang manusia yang didukung dari hasil pengamatan dan penelitan ahli..

KARAKTER ISI BUKU
buku ini menarik dan memiliki ciri khas dibandingkan buku psikologi remaja lainnya karena gaya bahasa yang digunakan mampu dicerna dengan baik, tidak hanya itu pembahasan buku ini singkat tapi dapat membuat pembaca memahami maksudnya, tidak seperti kebanyakan buku yang terlalu berbelit-belit dalam menyampaikan gagasan. Selain itu penulisan buku ini didasarkan kepada sumber yang universal karena sumbernya dimulai dari ahli internasional hingga dari pengalaman masyarakat biasa.

KELEBIHAN BUKU
1.     Buku ini memiliki pembahasan yang singkat namun mudah dipahami.
2.     Buku ini ditulis berdasar pada gagasan yang dapat dipercaya seperti ahli psikolog dunia, nasional dan bahkan pengalaman langsung dari masyarakat Indonesia sehingga tetap menggambarkan karakter belajar orang Indonesia.
3.     Contoh-contoh yang digunakan menarik dan menggugah untuk memotivasi remaja agar lebih semangat untuk belajar dan meningkatkan potensi diri

KEKURANGAN BUKU
1.   Masih ada sejumlah kata-kata yang kemungkinan sulit dicerna oleh pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) padahal seharusnya buku semacam ini sudah dapat dibaca oleh siswa SMP yang pada saat itu mulai menginjak masa remaja
2.   Gambar ilustrasi yang digunakan masih kurang sehingga memungkinkan terjadi kepenatan saat membaca.
3.   Motivasi dalam buku ini harus dianalisis karena minimnya pemaparan langsung penulis atau sejumlah ahli, seharusnya buku psikologi remaja semacam ini mengangkat kata-kata bijak ahli tentang materi yang berkaitan dengan bahasan setiap sub bab.

7.     PUISI BEBAS
A.    SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·         Tema berkaitan dengan objek tujuan Edu-trip.
·         Judul menarik dan sesuai dengan tema
·         Di bawah judul dituliskan nama pengarang
·         Puisi terdiri dari 3 – 5 bait

B.    ISI
·         Orisinalitas karya terjaga dan dapat dipertanggungjawabkan.
·         Menggunakan majas personifikasi dan hiperbola (ditandai dan dinamai)
·         Menggunakan rima sejajar dan rima berpeluk

C.    KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·         Kalimat efektif dan komunikatif
·         Diksi variatif, mencerminkan kekayaan  perbendaharaan kata
·         Diksi sesuai konteks 

D.    CONTOH
Kalau Kamu Aku
Karya : Padma Sriwilis
Kalau kamu aku pasti tidak akan menganggap biasa
Kalau kamu aku pasti akan merasa tersiksa
Kalau kamu aku pasti akan seperti tersengat bisa
Kalau kamu aku pasti apa artinya rasa

Tapi kamu bukanlah aku yang kini hanyut dalam luka (hiperbola)
Hembusan angin telah menyampaikan kabar sendu (personifikasi)
Fitnah itu kau sebarkan dengan suara merdu
Seolah kau tak tahu siksa di dalam neraka

...

8.     LAPORAN PERJALANAN OBJEK PILIHAN
A.    SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·         Judul menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·         Di bawah judul dituliskan nama pengarang
·         Panjang karangan 5-6 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat mencakup minimal 5 kata.
·         Gagasan dikembangkan  secara lancar, tertata, urut, dan  kohesif.
·         Setiap gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.

B.    ISI
·         Penjelasan laporan perjalanan dapat berupa perjalanan wisata, perjalanan pengamatan suatu objek, atau perjalanan kunjungan ke suatu tempatLaporan ditulis secara lengkap.
·         Laporan perjalanan berisi fakta-fakta mengenai semua hal yang berhubungan dengan kegiatan.
·         Fakta-fakta yang dituliskan dalam laporan merupakan gambaran objektif dari semua hal yang telah dilakukan baik saat persiapan, saat perjalanan atau kunjungan objek, maupun saat perjalanan pulang. Dengan demikian, pembaca akan memperoleh gambaran yang jelas tentang perjalanan tersebut.
·         Menggunakan bahasa baku (Ejaan yang Disempurnakan), komunikatif, lugas, dan santun.
·         Disajikan secara sistematis berdasarkan :
-         urutan peristiwa (kronologis) :   Teknik pengembangan berdasarkan urutan waktu memuat kronologis atau urutan kegiatan dengan menggunakan adik simba (a = apa, di = di mana, k = kapan, si = siapa, m = mengapa, dan ba = bagaimana). Urutan waktu yang digunakan dapat berupa jam atau hari.
contoh :
 Pada saat liburan kami sekelas mengadakan acara di Pantai Senggigi Mataram. Kami berangkat dari sekolah pada hari Minggu pagi pukul 6.00 WITA. Cukup banyak jalan yang dilewati, salah satunya adalah jalan Ampenan. Sesampainya di Senggigi, waktu sudah menunjukkan pukul 7.00. Kami beristirahat sejenak untuk melepas lelah. Pada pukul 7.30 baru mengadakan aktivitas dengan berbagai kegiatan. Setelah puas, kami pulang pada pukul 16.00. Perjalanan cukup lancar sehingga kami tiba di sekolah sekitar pukul 17.00 WITA.
-         urutan tempat : Teknik pengembangan berdasarkan urutan tempat digunakan untuk  menggambarkan objek, orang, dan manusia. Melalui teknik ini, aspek yang dikembangkan akan lebih detail dan lengkap.
contoh :
Penggambaran lokasi/tempat pembibitan jagung pioner berikut ini. Tempat pembibitan jagung pioner tidak jauh dari kantor kecamatan.,kira-kira lima kilometer ke utara. Tempat pembibitan itu terletak di   sebelah  timur gedung SD Negeri Kahuripan dan sebelah selatan gedung pertemuan. Tempat itu  tepatnya di Desa Sumber Rejo.
·         Menyajikan fakta-fakta dari suatu peristiwa, dan jalan pikiran penulisnya secara padu dan dijabarkan dengan gambaran yang jelas dan utuh dan mempengaruhi  bertindak atau percaya
·         Peristiwa yang disajikan menarik dan tetap aktual.
·         Kreatif dalam mencari objek tulisan yang khas.
·         gaya penulisan variatif dan membangkitkan imajinasi pembaca.
·         Diksi, komposisi kata-kata, kalimat dan paragrafnya tidak monoton, hidup dan variatif.

C.    KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·            Kalimat    efektif dan komunikatif
·            Struktur kalimat benar  sesuai kaidah tatabahasa baku bahasa Indonesia
·            Diksi variatif, mencerminkan kekayaan  perbendaharaan kata
·            Diksi tepat  dan baku sesuai konteks 
·            Tidak ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·            Tidak terjadi kesalahan ketik
·            Margin, spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan

D.    CONTOH
Perjalanan Wisata ke Tangkuban Perahu

Beberapa hari yang lalu saya sempat berwisata ke Gunung Tangkuban Perahu. Sebelumnya, saya cari­-cari informasi tentang tempat wisata ini. Walaupun sewaktu di kelas VII dulu, saya bersama-­sama teman sekolah pernah mengunjungi tempat wisata ini, tetapi saya masih belum memahami lokasinya. Kemudian, saya mencari informasi melalui internet di  Google dan menemukan beberapa website  yang cukup membantu saya. Untuk menuju Gunung Tangkuban Perahu, saya melewati Bandung, saya pikir menuju ke Bandung dari Bekasi sudah sangat mudah dengan adanya Tol Cipularang. Dari Bekasi ke Bandung hanya membutuhkan waktusekitar 1,5 jam. Begitu kami keluar tol langsung disambut dengan kemacetan. Di sini juga banyak penjual Peta Bandung dengan ukuran yang cukup besar dan harga lima belas ribuan (setelah ditawar). Akan tapi, sayang peta ini tidak sampai ke objek wisata Tangkuban Perahu karena tempat tersebut berada di utara Bandung. Dari Bandung waktu sudah siang (kira­kira pukul 12.00), maka kami tidak sempat jalan-­jalan di Kota Bandung dan langsung menuju objek wisata Tangkuban Perahu. Kami ke arah Bandung Utara, Lembang dan naik terus menuju Gunung Tangkuban Perahu. Perjalanan cukup lancar karena jalannya cukup bagus. Kira­kira 30 menit kami sudah sampai di Lembang. Dari lembang ini perjalanan masih kira­-kira empat puluh menit untuk bisa sampai GunungTangkuban Perahu. Di sepanjang perjalanan banyak warung jagung bakar dan sate kelinci. Sayang kami tidak sempat mampir karena hampir sampai.
Ada dua pintu masuk. Kami naik dari pintu atas dengan membayar Rp34.000 untuk satu mobil dan dua penumpang. Setelah pintu gerbang ini,ternyata masih sekitar 4 Km untuk sampai puncak Tangkuban Perahu. Jalannya tidak terlalu bagus sehingga harus hati­-hati. Ada beberapa lubang kecil sepanjang jalan ini yang harus dihindari. Ada tempat perhentian bus parkir karena tidak diperkenankan sampai puncak. Setelahitu kami bertemu dengan perhentian mobil­-mobil. Arah tersebut ternyata tempat masuk ke Kawah Domas. Kami tidak mampir karena ingin segera sampai puncak gunung Tangkuban Perahu. Sesampainya di puncak Tangkuban Perahu, ternyata sudah cukup ramai dengan pengunjung. Parkiran mobil sudah hampir  penuh. Ada beberapa tukang foto, dan penjual souvenir-­souvenir khas Tangkuban Perahu. Ada juga kuda yang bisa disewa jika kita tidak ingin lelah jalan-­jalan. Beruntung sesampainya di puncak cuaca cerah dan tidak berkabut, sehingga kami bisa menyaksikan kawah Tangkuban Perahu dengan jelas (walaupun dalam jarak yang jauh, tidak boleh mendekat karena kawah masih aktif sehingga bisa mengeluarkan gas berbahaya. Setelah puas berkeliling dan melihat pamandangan yang indah tersebut, kami melihat ada jalan setapak yang dilalui oleh para pengunjung yang ternyata jalan menurun tersebut mengarah ke arah Kawah Domas dengan jalan kaki. Kami penasaran dan akhirnya kami ikut turun menyusuri jalan tersebut untuk melihat dari dekat Kawah Domas. Di sepanjang perjalanan kami ditawari telur mentah yang bisa direbus di Kawah Domas. Selain itu ada juga jasa pemandu perjalanan yang bisa mengantar kita ke Kawah Domas dengan biaya 25 ribu (setelah ditawar dari 50 ribu). Perjalanan ke Kawah Domas memang sangat melelahkan, jalan menurun dan agak licin. Jarak yang kira­kira 1,2 Km terasa sangat jauh dan melelahkan, untunglah ada pemandu yang tidak henti­-hentinya bercerita tentang kawah Domas atau cerita tentang kondisi hutan di situ. Sesampainya di Kawah Domas, kami melihat pemandangan yang menakjubkan. Meskipun terasa melelahkan, sungguh tidak sia-­sia perjalanan kami. Karena di situ kami bisa melihat dari dekat aktivitas kawah, bahkan bisa merasakan panasnya kawah. Terdapat banyak kawah di antara bebatuan. Bau belerang cukupmenyengat, tetapi setelah terbiasa tidak menjadi masalah. Ada banyak kawah di situ dengan air yang seperti air mendidih. Kami memilih kawah yang paling besar (diameter kurang lebih 2meter) dan mengeluarkan telur mentah yang tadi kami beli. Telur dimasukkan dalam plastik dan diikat agar tidak jatuh ke dasar kawah.Setelah itu telur tersebut dimasukkan kawah dan diikatkan di bebatuan. Sambil menunggu telur masak, kami melihat pemandangan di situ dan sesekali merendam kaki di air kawah (tentuyang tidak terlalu panas). Setelah puas menikmati indahnya Kawah Domas, kami segera kembali ke parkir mobil yang ada di puncak Tangkuban Perahu. Cuaca hujan rintik-­rintik, sehingga sepanjang perjalanan kembali ke parkiran mobil, kami kehujanan. Kami cukup panik karena berjalan di tengah hutan yang tidak ada tempat untuk  berteduh dan turun hujan sehingga jalan yang menanjak itu menjadi licin. Untung hujan tidak terlalu deras sehingga kami bisa sampai parkiran mobil. Setelah itu, kami kembali ke Jakarta. Akhirnya kami sampai di rumah pukul 22.00 dengan selamat.
Sumber : www.laporan perjalanan wisata.com

9.     APRESIASI KARYA SENI
(LUKISAN, PATUNG, KARYA SASTRA)
A.    SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·         Judul menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·         Di bawah judul dituliskan nama pengarang
·         Panjang karangan 4-5 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat mencakup minimal 5 kata.
·         Gagasan dikembangkan  secara lancar, tertata, urut, dan  kohesif.
·         Setiap gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.

B.    ISI
·         Apresiasi seni ialah suatu proses penghayatan karya seni yang diamati dan penghargaan pada karya seni itu sendiri serta penghargaan pada penciptanya. Dari sudut pandang bahasa, kata apresiasi (appreciation) dengan kata kerja to appreciate, artinya berarti menentukan atau menunjukkan nilai atau menilai, menilai bobot karya, menikmati dan akhirnya menghayati. Secara umum apresiasi dapat diartikan sebagai kesadaran menilai lewat penghayatan suatu karya.
·         Suatu cara / proses melihat, mendengar, menghayati dan membandingkan suatu karya seni untuk dinilai / dinikmati dari segi keindahanya.
·         PROSES APRESIASI SENI
Terdapat berbagai cadangan oleh beberapa pakar pendidikan seni mengenai proses
apresiasi. Feldman (1967) dan smith (1967) mencadangkan aktiviti-aktiviti apresiasi seni berasaskan kepada proses persepsi dan intelektual melalui empat tahap:
a) Menggambarkan
b) Menganalisa
c) Tafsiran
d) Penilaian
a)   MENGGAMBARKAN
Mengamati hasil seni dan menggambarkab sifat-sifat tampak seperti warna, garisan,
bentuk, rupa, jalinan dan elemen-elemen gubahan iaitu prinsip dan struktur

b)   MENGANALISIS
-     Menganalisa perhubungan sifat-sifat tampak seperti unsure-unsur seni, prinsip
dan stuktu
r
-     Menganalisa kualiti ekspresif seperti mood dan suasana
-     Menghauraikan stail sesuatu karya

c)   TAFSIRAN
-     Mencari makna-makna yang tedapat pada sifat-sifat tampak seperti subjek,
s
imbol, unsur-unsur seni, prinsip, strktur, corak dan bahan.
-     Mencari metafora-metafora (ibarat/kiasan) dan analogi-analogi (persamaan) untuk
menjelaskan makna tersebut.

d)   PENILAIAN
-     Membuat penilaian berdasarkan kepada criteria yang bersesuaian seperti
keaslian, gubahan, teknik dan fungsi
.
-     Menilai hasil seni berdasarkan kepada pengertiannya dari segi individu, social,
·         keaagamaan dan kepercayaan, sejarah serta keseniaannya.
·         Kreatif dalam mencari objek tulisan yang khas.
·         gaya penulisan variatif dan membangkitkan imajinasi pembaca.
·         Diksi, komposisi kata-kata, kalimat dan paragrafnya tidak monoton, hidup dan variatif.

C.    KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·            Kalimat    efektif dan komunikatif
·            Struktur kalimat benar  sesuai kaidah tatabahasa baku bahasa Indonesia
·            Diksi variatif, mencerminkan kekayaan  perbendaharaan kata
·            Diksi tepat  dan baku sesuai konteks 
·            Tidak ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·            Tidak terjadi kesalahan ketik
·            Margin, spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan

D.    CONTOH
Apresiasi Pementasan Sendratari Ramayana


 












Sendratari merupakan sebuah pertunjukan yang memadukan antara seni tari dan drama, yang mengisahkan sebuah cerita tanpa dialog di antara pemain-pemainnya, biasanya hanya dipandu oleh seorang dalang. Pertunjukan ini diiringi oleh musik gamelan dan melibatkan hingga ratusan pemain yang mengenakan kostum jawa dengan kain batik sebagai ciri khasnya.
Di kompleks Candi Prambanan, pertunjukan jenis ini secara reguler dipentaskan, namanya Sendratari Ramayana atau dikenal juga dengan istilah Ramayana Ballet. Sesuai dengan namanya, lakon yang dimainkan pun tentang kisah Ramayana yang memang sudah sangat terkenal di masyarakat Indonesia. Kisah Ramayana itu sendiri tergambar dalam bentuk relief di Candi Siwa, salah satu candi yang ada di kompleks Candi Prambanan. Panggung yang megah berlatar Candi Prambanan, semakin indah dengan sorot lampu yang menonjolkan warna-warna cerah kostum para pemainnya.
Sendratari Ramayana berkisah tentang usaha Rama dalam untuk menyelamatkan Shinta yang diculik oleh Rahwana, raja dari negeri Alengka. Jika dilihat pada relief Candi Siwa, jalan ceritanya memang lumayan panjang.
Tetapi dalam pertunjukan ini, cerita itu dirangkum dalam empat babak, yaitu: penculikan Shinta, perjalanan Hanoman ke Alengka, kematian Kumbakarna dan Rahwana, serta pertemuan kembali Rama dan Shinta. Narasi dalam pertunjukan ini disampaikan dalam bahasa Jawa, Indonesia, dan Inggris.
Pertunjukan Sendratari Ramayana digelar di teater terbuka Kompleks Candi Prambanan, Jl. Raya Yogya-Solo KM 16, Prambanan. Lokasinya yang berada di jalur bus antar-provinsi membuat tempat ini mudah dicapai, baik dari Surabaya, Solo, atau Klaten. Wisatawan yang berangkat dari Yogyakarta bisa menggunakan TransYogya, meski sebaiknya menggunakan taksi atau kendaraan umum karena angkutan umum di Yogyakarta beroperasi sampai pukul 18.00 WIB. Harga tiketnya berkisar antara Rp 50.000–Rp 200.000. [TimIndonesiaExploride/IndonesiaKaya]

10.  EDITORIAL / TAJUK UTAMA/CATATAN REDAKSI
A.    SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·         Judul menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·         Di bawah judul dituliskan nama pengarang
·         Panjang karangan 4-5 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat mencakup minimal 5 kata.
·         Gagasan dikembangkan  secara lancar, tertata, urut, dan  kohesif.
·         Setiap gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.

B.    ISI
·         Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.
·         Isinya menyikapi situasi yang berkembang selama berlangsungnya kegiatan Edu-Trip.
·         Tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features.
·         Karakter dan kepribadian pers terdapat sekaligus tercermin dalam tajuk rencana. Tajuk rencana pers yang berkualitas memiliki ciri di antaranya :
-      Hati-hati; tidak gegabah memberikan opini tentang permasalahan yang belum pasti kebenarannya.
-      Normatif; menggunakan ragam bahasa baku
-      Cenderung konservatif (bersikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi yg berlaku)
-      Sedapat mungkin menghindari pendekatan kritis yang tajam
-      Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologis
·            Karakteristik Penulisan Editorial
Editorial adalah suatu artikel yang menyajikan pendapat atas isu-isu surat kabar. Editorial writer mengembangkan argumen dan berusaha untuk membujuk para pembaca untuk berpikir sebagaimana yang mereka lakukan. Editorial dimaksudkan untuk membujuk opini publik, mempromosikan pemikiran kritis, dan kadang-kadang menyebabkan orang-orang bertindak atas suatu isu. Intinya, editorial merupakan berita dogmatis.
·            Ciri-ciri Editorial
1.   Pengantar, body dan simpulan seperti berita yang lain.
2.   Penjelasan obyektif dari suatu isu, terutama isu-isu kompleks
3.   Suatu angle berita yang tepat waktu
4.   Opini dari sudut pandang yang berlawanan yang menyangkal secara langsung terhadap isu penulis
5.   Opini penulis dikirimkan dalam cara-cara profesional. Editorial yang baik tidak melibatkan isu-isu pribadi dan menghindari taktik persuasi yang picik.
6.   Alternatif solusi terhadap masalah atau isu yang sedang dikritik. Seseorang dapat mengomel mengenai suatu masalah, tetapi editorial yang baik harus menggunakan pendekatan pro-aktif untuk menciptakan situasi yang lebih baik dengan menggunakan kritik yang konstruktif dan memberi solusi.
7.   Simpulan yang ringkas dan padat yang meringkas opini penulis.
·            Empat Tipe Editorial
1.   Explain atau interprt (menjelaskan atau menginterpretasikan) : editor sering menggunakan editorial ini untuk menjelaskan cara surat kabar meliput subyek kontroverial atau sensitif. School newspaper dapat menjelaskan aturan sekolah baru atau usaha-usaha student-body tertentu.
2.   Kritis : editorial ini secara konstruktif mengkritik tindakan, keputusan atau siutasi dan menyediakan solusi terhadap masalah yang diidentifikasi. Dimaksudkan agar pembaca melihat permasalahannya bukan solusi.
3.   Persuasi (membujuk) : persuasi editorial ditujukan untuk melihat solusi, bukan masalah. Dari paragraf pertama, pembaca akan mendukung tindakan positif. Pengesahan politis merupakan contoh yang baik dari persuasi editorial.
4.   Pujian : editorial ini memuji orang atau organisasi untuk sesuatu yang baik.
·            Menulis Editorial
1.   Mengambil suatu topik penting yang memiliki angle berita terkini dan menarik perhatian pembaca.
2.   Mengumpulkan informasi dan fakta; meliputi laporan obyektif; melakukan riset.
3.   Nyatakan opini anda dengan singkat dalam pernyataan tesis
4.   Menjelaskan isu obyektif sebagai wartawan akan menceritakan mengapa situasi ini penting
5.   Berikan sudut pandang yang berlawanan dengan fakta dan kutipannya.
6.   Menyangkal (menolak) sisi lain dan kembangkan kasus anda menggunakan fakta, detail, gambar, kutipan. Ambil sisi logis yang lain.
7.   Ijinkan suatu point yang berlawanan – harus memiliki beberapa point bagus yang anda yakin akan membuatnya tampak rasional
8.   Ulangi kata kunci untuk menguatkan suatu gagasan dalam pikiran pembaca
9.   Berikan solusi yang realistis terhadap masalah di luar pengetahuan umum. Mendorong pemikiran kritis dan reaksi pro-aktif.
10. Ditutup dengan simpulan yang menyatakan kembali komentar pembuka anda (statemen tesis)
11. Kurang lebih 500 kata : gunakan kata kerja : jangan gunakan “Saya”.
·            Suatu Contoh Struktur
                               I.        Lead dengan penjelaskan obyektif dari suatu isu/kontroversi
-      Meliputi 5 W dan 1 H (Anggota kongres, usaha untuk mengurangi anggaran, mengurangi pendanaan televisi publik, tatap muka … )
-      Tarik fakta dan kutipan dari sumber yang relevan
-      Riset tambahan jika diperlukan

                              II.        Menyajikan Opini Pertama Anda
-      Ketika penulis tidak setuju dengan sudut pandang tsb. Identifikasi orang-orang (terutama orang-orang yang menentang anda). (Republicans merasa perlu menguranginya; stasiun kabel yang lain dapat mengambilnya, hanya pemirsa kaya televisi publik)
-      Gunakan fakta dan kutipan untuk menyatakan opini mereka secara obyektif
-      Berikan posisi yang kuat terhadap oposisi tsb. Anda tidak akan mendapatkan apapun dalam menyangkal posisi yang lemah.

                            III.        Menyangkal secara Langsung Keyakinan Oposisi
-      Anda dapat mengawali artikel anda dengan transisi (Republicans yakin televisi publik merupakan “bak pasir bagi orang kaya”. Statistik menunjukkan kebanyakan orang yang menonton televisi publik memiliki kurang dari $40.000 per tahun).
-      Tarik fakta dan kutipan lain dari orang-orang yang mendukung posisi anda
-      Ijinkan suatu point yang valid dari oposisi yang akan membuat anda tampak rasional, seseorang yang telah mempertimbangkan semua opsi (waktu fiskal adalah sulit, dan kita dapat mengurangi sebagian pembiayaan untuk seni, bagaimanapun… )
                            IV.        Memberi Analogi/Alasan Original yang lain
-      Untuk mempertahankan posisi Anda, berikan alasan dari yang kuat ke paling kuat (mengambil uang televisi publik berarti merampok anak-anak dari pendidikan …)
-      Gunakan sebuah literasi atau sindiran budaya yang meminjamkan kredibilitas dan intelegensi (Kita perlu memandang Kaisar yang memilikinya … )
                             V.        Membuat simpulan
-      Memberi solusi pada masalah atau tantangan agar pembaca tahu (Kongres harus melihat dimana pemborosan terjadi – mungkin dalam defense dan entitlement ­ - untuk menemukan cara menghemat uang. Menggali saku televisi publik akan menyakiti kita semua).
-      Sebuah kutipan dapat efektif, jika berasal dari sumber yang terhormat
-      Suatu pertanyaan retoris bisa merupakan penyimpul efektif (jika pemerintah tidak mempertahankan kepentingan anak-anak, lalu siapa?).

C.    KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·            Kalimat    efektif dan komunikatif
·            Struktur kalimat benar  sesuai kaidah tatabahasa baku bahasa Indonesia
·            Diksi variatif, mencerminkan kekayaan  perbendaharaan kata
·            Diksi tepat  dan baku sesuai konteks 
·            Tidak ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·            Tidak terjadi kesalahan ketik
·            Margin, spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan


D.    CONTOH
Membangun Saling Percaya
Situasi Papua yang memanas menciptakan keprihatinan baru bangsa ini. Berbagai pendekatan telah dilakukan, tetapi rantai kekerasan belum bisa disudahi.
Dalam beberapa hari terakhir, serial kekerasan terjadi di bumi Papua. Ada unjuk rasa pekerja PT Freeport soal upah, ada penembakan di kawasan Freeport yang mengakibatkan tiga orang tewas, ada pembubaran Kongres Rakyat Papua III yang berubah menjadi kekerasan, dan terakhir penembakan Kepala Kepolisian Sektor Mulia di Bandara Mulia, Puncak Jaya. Dalam dua pekan terakhir delapan orang tewas!
Menarik apa yang disinyalir peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Adriana Elisabeth, seperti dikutip harian ini, terus berlangsungnya kekerasan di bumi Papua hari-hari terakhir ini menunjukkan siklus kekerasan di Papua belum terputus.
Kekerasan yang terjadi di Papua tak bisa dilepaskan dari sejarah panjang relasi antara Papua dan Jakarta. Terasa adanya ketidakpercayaan yang tulus antara elite Jakarta dan elite Papua. Relasi itu ikut memberikan kontribusi belum ditemukannya solusi hakiki soal Papua. Wajah keindonesiaan di Papua mungkin tidak terlalu ramah bagi warga Papua dan juga mungkin sebaliknya.
Otonomi khusus telah diberlakukan di Papua melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua. Representasi kultural Papua diwadahi dalam Majelis Rakyat Papua yang mempunyai sejumlah tugas dan wewenang. Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah Majelis Rakyat Papua betul-betul telah diperankan sebagai representasi kultural aspirasi Papua? Kalau belum, mengapa itu sampai bisa terjadi?
Kekerasan diyakini bukanlah solusi untuk mengakhiri konflik. Kekerasan yang dilawan kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan baru sehingga akan terjadi spiral kekerasan. Sementara kita sendiri mungkin belum mengetahui secara persis akar masalah terus terjadinya kekerasan di Papua. Akar konflik Papua harus terus digali sehingga kita bisa menemukan solusi yang paling tepat.
Mengutip pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di sejumlah media massa, 16 Agustus 2011, menata Papua dengan hati adalah kunci dari semua langkah untuk menyukseskan pembangunan Papua sebagai gerbang timur wilayah Indonesia.
Dialog adalah solusi damai yang harus terus diupayakan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hukum tentu harus ditegakkan karena membunuh dan menembak orang sampai mati adalah tindak pidana. Pendekatan keamanan harus dilengkapi pendekatan lain, seperti pendekatan kesejahteraan dan pendekatan kultural. Dengan pendekatan yang holistik dan dialog yang tulus, kita meyakini masalah Papua bisa diselesaikan, sebagaimana kita juga bisa menyelesaikan problem di Aceh. Kemungkinan internasionalisasi masalah Papua sejauh mungkin dihindarkan karena potensi untuk itu ada!
Sumber : Kompas | Rabu, 26 Oktober 2011

11.  BERITA DALAM FOTO
(Diberi teks keterangan foto à caption)
A.    SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·       Judul menarik, singkat, dan mempresentasikan topik dalam foto.
·       Panjang caption 2-3 kalimat. 1 kalimat mencakup minimal 5 kata.
·       Urutan penyajian :
-      Judul
-      Foto bertema
-      caption

B.    ISI
·       Foto jurnalistik terdiri dari visual (foto) berkolaborasi dengan teks yang di antaranya terdiri dari keterangan atau disebut juga dengan description/caption
·       Caption berisi sejumlah kaidah 5W + 1H (what, when, where, who, why + How). Alasannya, tidak semua elemen di dalam foto dapat menjelaskan secara informatif, seperti lokasi, kapan foto tersebut dibuat, siapa di dalam foto tersebut. Maka kaidah 5W + 1H perannya adalah sangat penting.
Contoh :
Tarbini (66) –who-, pedagang poster presiden RI dan pahlawan, sedang membersihkan poster dagangannya yang dijual Rp 15.000 hingga Rp 25.000 –what- Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, -where- Rabu (6/6) –when-. Pria asal Garut ini telah memperdagangkan poster sejak 40 tahun lalu saat Bung Karno masih menjabat. Menurut ayah tujuh anak dan kakek dari dua cucu ini, pembeli poster Bung Karno masih mendominasi hingga saat ini –why-.
·       Teks keterangan foto harus menjelaskan apa yang tampak di foto. Sehingga pembaca puas dan memahami maksud foto itu.
·       Keterangan foto sebaiknya memberi penjelasan tambahan yang tidak tampak dalam foto. Sebagai contoh, suatu foto menggambarkan penjaga gawang yang melompat untuk menangkap bola, tetapi yang tidak kelihatan adalah bagaimana hasilnya. Teks foto harus bisa menjelaskannya.
·       Keterangan foto harus ringkas, padat, tetapi tidak seperti telegram. Tidak seperti judul berita yang menggunakan kata sandang dan penghubung, keterangan foto sebaiknya seperti alinea dalam berita.
·       Keterangan foto harus jelas dan langsung ke tujuannya. Hindari penulis bertele-tele. Jangan mengulang hal-hal yang sudah jelas dalam foto dengan menggunakan ungkapan: seperti yang terlihat, tampak dalam gambar di atas.
·       Penulis teks keterangan foto sebaiknya tidak mengasumsikan apa yang sedang dipikirkan seseorang dalam foto itu atau mencoba menginterpretasikan perasaan dari ekspresinya. Sebaiknya berikan saja fakta-fakta dan serahkan kepada pembaca untuk memutuskan sendiri situasi yang ia lihat.
·       Topik foto relevan dengan peristiwa yang terjadi selama Edu-Trip.
·       Faktual dan objektif, informasi  tidak direkayasa atau dimanipulasi

C.    KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·       Kalimat    efektif dan komunikatif
·       Struktur kalimat benar  sesuai kaidah tatabahasa baku bahasa Indonesia
·       Diksi variatif, mencerminkan kekayaan  perbendaharaan kata.
·       Diksi tepat  dan baku sesuai konteks 
·       Tidak ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital.
·       Tidak terjadi kesalahan ketik.
·       Margin, spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan.

D.    CONTOH


 



















Menutup jalan. Sejumlah buruh merusak pot pohon yang terpasang di pinggir jalan Medan Merdeka, Jakarta, Rabu (05/04). Tindakan buruh tersebut diakibat tuntutan mereka tidak ada tanggapan baik dari Presiden dan Wakil Presiden, sehingga mereka membuat arus lalu lintas di sepanjang jalan Thamrin hingga Sudirman lumpuh total. (Tempo/Fransiskus.S)
A.    What : Membuat arus lalu lintas di sepanjang jalan Thamrin hingga Sudirman lumpuh total
B.    Why : Akibat tuntutan yang tidak mendapat tanggapan baik dari Presiden dan wapres
C.    Who : Sejumlah buruh
D.    Where : Jalan Merdeka Selatan, Jakarta
E.    When : Rabu, 5 April
F.    How : Merusak pot pohon

12.  RENUNGAN : REFLEKSI SEBELUM, SELAMA,
DAN SESUDAH MELAKUKAN EDU-TRIP
A.    SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·       Judul menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·       Panjang karangan 3-4 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat mencakup minimal 5 kata.
·       Gagasan dikembangkan  secara lancar, tertata, urut, dan  kohesif
·       Setiap gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.
·       Bagian-bagiannya terdiri dari :
-     Pendahuluan : peristiwa/pengalaman yang menginspirasi untuk memunculkan refleksi
-     Rincian atau uraian : nilai-nilai yang dapat dipetik dari peristiwa/pengalaman tersebut.
-     Penutup : pernyataan sikap diri yang akan dilakukan di kemudian hari.


B.    ISI
·       Topik refleksi relevan dengan peristiwa/pengalaman yang terjadi selama Edu-Trip.
·       Gagasan tidak menyimpang dari substansi masalah / topik.
·       Syarat menulis refleksi adalah:
-         Terbuka
Seseorang yang hendak menulis refleksi harus memiliki pikiran yang terbuka. Penulis harus bisa melihat suatu pengalaman, kejadian atau masalah dari berbagai sudut pandang.
-         Bertanggungjawab
Seseorang yang menulis refleksi harus dapat mempertanggungjawabkan keberhasilan dan juga kegagalannya berkaitan dengan pengalaman, kejadian atau masalah yang hendak direfleksikan dalam bentuk tulisan
-         Menjadi lebih baik
Penulis refleksi harus memiliki komitmen kuat untuk memperbaiki diri, kelemahan-kelemahan dan kesalahannya sehingga refleksi yang dihasilkan tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain yang membacanya.
·       Dari tiga persyaratan untuk menulis refleksi di atas, terlihat bahwa menulis refleksi tak hanya melibatkan pikiran saja tetapi juga melibatkan perasaan penulisnya. Menulis refleksi membutuhkan pengamatan dan juga kepekaan agar membuatkan hasil refleksi yang bermanfaat.
·       Untuk mulai menulis refleksi pribadi, lakukanlah panduan singkat berikut ini :
1.         Pertama-tama ingatlah kembali pengalaman atau kejadian yang hendak digunakan sebagai bahan refleksi. Penulisan refleksi ini akan sangat terbantu bila penulis terbiasa menulis buku harian. Dari buku harian tersebut penulis bisa membaca kembali pengalaman atau kejadian yang akan dipakai sebagai bahan refleksi.
2.         Kemudian buatlah penilaian sendiri atas pengalaman atau kejadian tersebut. Dalam memberikan penilaian ini bersikaplah obyektif sehingga diperoleh penilaian yang jujur dan sebenar-benarnya.
3.         Renungkan pengalaman dan penilaian tersebut secara kritis dan kreatif.
4.         Selanjutnya carilah jalan menyelesaiannya agar hal-hal buruk bisa diperbaiki dan hal-hal yang baik bisa dipertahankan atau ditingkatkan.
·       Tema tulisan refleksi pun sangat luas, mulai dari tema pendidikan, tema agama, tema sosial, tema kebudayaan, kejadian sehari-hari dan lain sebagainya.
·       Penulisan refleksi pribadi ini sebaiknya menggunakan gaya bertutur atau bercerita sehingga pembaca tulisan refleksi ini tidak merasa digurui. Dengan gaya bertutur atau bercerita ini pula, penulis seperti sedang berbagi pengalaman atau berbagi cerita.
·       Dalam penulisan refleksi pribadi ini, pastikan para pembaca bisa memetik hikmah atau pembelajaran.
·       Panjang tulisan refleksi ini bisa bervariasi tetapi idealnya tulisan ini memiliki panjang kurang lebih 1000 kata.

C.    KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·      Kalimat    efektif dan komunikatif
·      Struktur kalimat benar  sesuai kaidah tatabahasa baku bahasa Indonesia
·      Diksi variatif, mencerminkan kekayaan  perbendaharaan kata.
·      Diksi tepat  dan baku sesuai konteks 
·      Tidak ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital.
·      Tidak terjadi kesalahan ketik.
·      Margin, spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan.

D.    CONTOH

The Most Important Thing

Posted By Jessica Latshaw on July 27, 2012 in I Lift My Eyes Up, Thoughts and Feelings |
My friend is reading the New York Times beside me. Headlines jump out, foreboding words like quarterly loss and cuts and payout and major deals.
It’s anxiety producing stuff, sometimes, reading our country’s headlines. It’s odd for me to think about, but there is so much that goes on in the world around me that I don’t understand at all.
The other day I was walking down Wall Street. I was passing places like Duetsche Bank and JPMorgan Chase and the differences between my life and the lives of those who walk in and out of those buildings on a daily basis seemed without end.
But is that the case?
I’ve nannied for people who work in those buildings. And we’ve ended up talking about basically the same shared wants:
To be known and loved.
To figure out a dream and chase it hard.
How frustrating it is when you’re attached to a loser.
How frustrating isn’t even really the word.
To be healthy.
To laugh and explore the world with good friends.
The nuances and complexities that exist in the relationships with the people who share your last name.
How wonderful they are; how crippling they can be.
It’s amazing, actually–all the people I meet mostly confirm this one thing: no matter where you work or what you do or what you look like, we all are more alike than not. We all live within the bounds of time and space, that great equalizer that slaps every last one of us against the same measuring stick.
I’m reading this beautiful book right now by one of my favorite authors, Barbara Kingsolver. A character in the story is Frida Kahlo, one of the most famous female artists of the twentieth century. In this book, she is quoted as saying, “The most important thing about a person is always what you don’t know.”
And I guess when I see these people who look so different from me–the suits on Wall Street or even a professional athlete, etc.–I need to make room in my mind for the stuff I don’t know about them.
The brokenness. The love recovered. The mother who’s sick. The baby they lost. The grandpa who raised them. The dream they gave up because of being a single mom. The hope they hold that helps them through the darker moments.
There’s so much exposition that we aren’t privy to. The details are vastly different from our own, perhaps. And that’s okay. But the themes–they weave us together in such a way as to almost be familial.
We are more alike than not. And perhaps the most important thing about a person is what you don’t know.

Deep Breath

Posted By jessica on August 4, 2012 in I Lift My Eyes Up, Thoughts and Feelings |
There was a man next to me on the subway platform this morning. He had to catch a train, and I had to catch a bus.
He was sweating, though the depths of the subway will do that to anyone. In fact, if you take a turnip down to the subway platform in August, you still won’t be able to squeeze blood out of it, but I’d bet you could squeeze out a few drops of sweat.
Cause it’s hot down there.
But this man was sweating profusely and asked me if this subway train would take him to Penn.
“It will,” I said.
“When is it coming?” he asked.
Now, if I was privy to that kind of inside information, I’d never wait a second for a train, would I? I’d certainly never run up to an empty platform on a Saturday morning–a sure sign that you just missed the train.
“I don’t know,” I told him. “But can’t be longer than a few minutes.”
The guy was pacing back and forth now, reminding me of the most recently
adopted animals at the zoo. The veterans stopped pacing a long time ago; now you might see them move for mealtimes and cigarette breaks, if you’re lucky.
“Do you think it’d be better for me to just walk?!” he asked me, desperation modulating his voice a little higher than normal.
“Um, no. It’d be a really long walk for you. When’s your train?”
“In a half hour.” He answered fast, making it sound like one four-syllable word.
I smiled and tried to assure him as I told him he’d make it. Cause he would. Penn was not so far away. He’d have enough time to get there and board his train.
But he didn’t know this, so it didn’t matter. I continued to watch him exert the kind of energy that comes from fear and impatience. The kind of energy that we really can’t afford. Not when we need it to live well and stuff.
He was pacing and marching up and down the stairs for goodness knows what reason; he asked others when the subway train would arrive (they didn’t know for sure, either).
He looked a little crazy, though I had no doubt in my mind that he was quite sane. He just didn’t know what I knew: that’d he make his train. That there was enough time. That it was gonna be okay.
Finally, the train showed up and we all boarded. The guy left at 34th and I glanced at my phone.
He had plenty of time; he was fine.
But sometimes it doesn’t matter what the outcome is, cause we lose during the battle, anyway.
We lose to impatience and fear.
Our quality of life suffers and we find ourselves exhausted from all our vain attempts to gain control over a situation that isn’t ours to control.
Now I’m heading into a weekend of recording. There’s a spot of rainbow right above my head; I see it outside the bus window, and I’ll take that for the promise that it is. I’m hoping to do my very best with everything I can control. And with everything else? I’ll relax. And realize that it’ll be okay. In time, it’ll be okay.