DESKRIPSI
TEKNIS ACADEMIC PROMPT BAHASA INDONESIA
LAPORAN
EDU-TRIP
- PRODUK : TEKS SOFT COPY (FILE)
- JENIS PENUGASAN : INDIVIDUAL
- BATAS WAKTU PENGUMPULAN : PALING LAMBAT 10 APRIL 2014
- PROSEDUR PENGUMPULAN :
·
DIKUMPULKAN VIA E-MAIL (padma_sriwilis@yahoo.com)
·
SUBJECT
E-MAIL : AP BAHASA INDONESIA -
EDUTRIP
·
JUDUL
FILE : NAMA SISWA _KELAS_NO.ABSEN_APBI_TUJUAN EDUTRIP
(BEIJING/SINGAPURA/JOGYA
·
CONTOH
: MICHAEL F_8G_22_APBI_JOGYA
·
SELURUH
TEKS DISATUKAN DALAM SATU FILE (FORMAT MS
WORD 2003/2007 dan PDF
1.
REPORTASE/ BERITA AKTUAL / HEADLINES
A.
SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·
Judul
menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·
Panjang
karangan 4-6 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat
mencakup minimal 5 kata.
·
Pola
pengembangan paragraf secara deduktif (umum – khusus)
·
Gagasan
dikembangkan secara lancar, tertata,
urut, dan kohesif
·
Setiap
gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.
·
Bagian-bagiannya
terdiri dari :
-
Pendahuluan/fokus
berita
-
Rincian
atau uraian
-
Penutup
B. ISI
·
Topik
berita relevan dengan peristiwa yang terjadi selama Edu-Trip.
·
Gagasan
tidak menyimpang dari substansi masalah / topik
·
Faktual
dan objektif, informasi tidak direkayasa
atau dimanipulasi
·
Peristiwa
yang disajikan penting (berdampak pada orang lain)
·
Memuat
elemen 5 W + 1 H
C. KEBAHASAAN
DAN MEKANIK
· Kalimat efektif dan komunikatif
· Struktur kalimat benar sesuai kaidah tatabahasa baku bahasa
Indonesia
· Diksi variatif, mencerminkan
kekayaan perbendaharaan kata.
· Diksi tepat dan baku sesuai konteks
· Tidak ada kesalahan penggunaan tanda
baca dan huruf kapital.
· Tidak terjadi kesalahan ketik.
· Margin, spasi, dan format pengetikan
sesuai peruntukan.
D. CONTOH
KLOTER I BERANGKAT JUM’AT
Sidoarjo.
Calon Jemaah Haji (CJH) Sidoarjo dijadwalkan berangkat jumat (15/10). Total CJH
Sidoarjo sebanyak 2.450. Jumlah terebut terbagi menjadi enam kloter. Yakni,
kloter 10, 11,15, 16, 17, dan 18. Mereka akan berangkat pada Jum’at (15/10),
Minggu (17/10), dan senin (18/10)
Kepala seksi
penyelenggara Haji dan Umrah Depag Kabupaten Sidoarjo Misbakhul Munir
menerangkan, jemaah haji akan diberangkatkan dari pendopo Surabaya. Setelah
dikarantina semalam, keesokan harinya mereka terbang ke Arab Saudi.
Untuk
mengurangi kepadatan, Misbakhul menuturkan bahwa pihaknya akan membatasi jumlah
pengantar. “Hanya mobil berstiker yang boleh mengantar. Tapi pengantar dilarang
masuk pendopo,” ujarnya.
Seperti
tahun-tahun sebelumnya, pada saat keberangkatan jemaah haji, lalu lintas di
sekitar Alun-alun Sidoarjo akan padat. Karena itu, dia mengimbau para
pengendara untuk melewati jalur alternatif (Jawa Pos, Sabtu, 9/10/10)
2.
FEATURE (KISAH DI BALIK BERITA /PERISTIWA)
A.
SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·
Judul
menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·
Di
bawah judul dituliskan nama pengarang
·
Panjang
karangan 5-6 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat
mencakup minimal 5 kata.
·
Gagasan
dikembangkan secara lancar, tertata,
urut, dan kohesif.
·
Setiap
gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.
·
Bagian-bagiannya
terdiri dari :
- Identifikasi
- Dekripsi
B.
ISI
·
Menyajikan
fakta-fakta dari suatu peristiwa, dan jalan pikiran penulisnya secara padu dan
dijabarkan dengan gambaran yang jelas dan utuh dan mempengaruhi bertindak atau percaya.
·
Peristiwa
yang disajikan menarik dan tetap aktual.
·
Kreatif
dalam mencari objek tulisan yang khas.
·
gaya
penulisan variatif dan membangkitkan imajinasi pembaca.
·
Diksi,
komposisi kata-kata, kalimat dan paragrafnya tidak monoton, hidup dan variatif.
·
Bersifat
subjektif (tergantung sudut pandang, wawasan, intelektual, ketrampilan, dan
karakter penulis).
·
Meliputi
feature Sejarah (Historical), feature Perjalanan (Travel), feature
keahlian/Tuntunan Ketrampilan (How-to-do-it), feature Ilmiah/Ilmu pengetahuan
Populer (Sciene Report).
C.
KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·
Kalimat efektif dan komunikatif
·
Struktur
kalimat benar sesuai kaidah tatabahasa
baku bahasa Indonesia
·
Diksi
variatif, mencerminkan kekayaan
perbendaharaan kata
·
Diksi
tepat dan baku sesuai konteks
·
Tidak
ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·
Tidak
terjadi kesalahan ketik
·
Margin,
spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan
D.
CONTOH
CANDI BOROBUDUR
Borobudur
adalah candi Hindu-Budha. Candi ini dibangun pada abad ke-19 oleh dinasti
Sailendra yang berasal dari kerajaan Mataram kuno. Borobudur terletak di
Magelang, Jawa Tengah Indonesia.
Borobudur
terkenal ke seluruh penjuru dunia. Konstruksinya mendapat pengauh oleh
arsitektur Gupta India. Candi ini dibangun di atas sebuah bukit setinggi 46
meter dan delapan tangga yang berbentuk undakan batu. Lima tangga yang pertama
berbentuk kotak, dikelilingi oleh tembok yang penuh pahatan yang membentuk
gambar Budha. Tiga tangga di atasnya berbentuk melingkar. Pada tiap tangga
melingkar tersebut terdapat stupa berbentuk lonceng. Keseluruhan gedung
ditutupi oleh stupa besar yang terletak di tengah-tengah lingkaran teratas. Jalan
menuju puncak borobudur yang berbentuk gang terbentang sejauh 4,8 kilometer.
Desain Borobudur yang menyimbolkan struktur alam semesta mempengaruhi gaya
pembuatan candi Angkor di Kamboja.
3.
OPINI/
SOROTAN MASALAH
A.
SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·
Judul
menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·
Di
bawah judul dituliskan nama pengarang
·
Panjang
karangan 4-5 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat
mencakup minimal 5 kata.
·
Gagasan
dikembangkan secara lancar, tertata, urut,
dan kohesif.
·
Setiap
gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.
·
Bagian-bagiannya
terdiri dari :
-
Tesis (pernyataan topik yang akan dibahas)
-
Argumen (-argumen)
-
Rekomendasi (saran penulis sebagai solusi permasalahan
tersebut)
B. ISI
·
Meyakinkan pembaca bahwa sesuatu harus atau tidak
harus dilakukan.
·
Menyajikan
opini yang logis, tajam, dan relevan dengan topik pembahasan.
·
Setiap
opini disertai dengan bukti-bukti berupa fakta-fakta atau kutipan seseorang.
·
Topik
yang diangkat berupa permasalahan yang terkait dengan kegiatan Edu-Trip.
C.
KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·
Kalimat efektif dan komunikatif
·
Struktur
kalimat benar sesuai kaidah tatabahasa
baku bahasa Indonesia
·
Diksi
variatif, mencerminkan kekayaan
perbendaharaan kata
·
Diksi
tepat dan baku sesuai konteks
·
Tidak
ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·
Tidak
terjadi kesalahan ketik
·
Margin,
spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan
D. CONTOH
TEMPAT
SAMPAH BANYAK, SEKOLAH SEHAT
Sebagai
seorang guru, saya meyakini bahwa kesehatan lingkungan sekolah kita dapat
mendukung prestasi anak didik kita. Untuk mewujudkan kesehatan sekolah ini,
kita dapat melakukan banyak hal, salah satunya yaitu dengan cara meningkatkan
jumlah tempat sampah di sekolah
Biasanya,
ketika kita menengok kondisi kelas kita, koridor sekolah, halaman depan dan
halaman belakang sekolah, kita sering menjumpai kertas-kertas, gelas atau botol
air mineral, sedotan, plastik-plastik makanan ringan, berserakan di tempat
tersebut. Benda-benda tersebut sebagian besar berasal dari anak didik kita.
Kondisi ini jelas dapat merusak pemandangan dan mengganggu kesehatan sekolah.
Kertas-kertas dan plastik-plastik yang berserakan dapat menyumbat selokan
sekolah ketika hujan tiba. Gelas dan botol minuman bekas yang berceceran dapat
menjadi sarang tempat berkembangnya nyamuk.
Saya melihat
sebagian besar anak-anak kita telah memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi
untuk menjaga kebersihan sekolah. Mereka seringkali saya jumpai membuang sampah
di tempat sampah. Meskipun demikian, ada juga sebagian dari mereka yang saya
jumpai malas untuk membuang sampah di tempat sampah. Mereka lebih memilih
membuang tempat sampah di pojok kelas, atau bahkan di depan kelas. Ketika saya
tanya mengapa mereka melakukan hal tersebut, sebagian besar dari mereka
menjawab bahwa mereka melakukan hal tersebut karena tempat sampah yang ada,
sangat jauh dari kelas mereka. Mendengar jawaban ini saya menjadi sadar betapa
sedikitnya jumlah tempat sampah di sekolah kita.
Sekolah
seharusnya menyediakan tempat sampah yang cukup untuk sampah-sampah yang
dihasilkan anak didik kita. Sebuah tempat sampah seharusnya diletakkan tiap 10
meter di sekolah kita. Dengan demikian, ketika anak-anak bermaksud membuang
sampah mereka, mereka dapat menemukan tempat sampah tersebut dengan mudah.
Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk membuang sampah sembarangan.
Ketika
sekolah telah dilengkapi dengan tempat sampah yang cukup, murid-murid tidak
akan malas lagi membuang sampah di tempat yang semestinya. Dengan demikian, kebersihan
sekolah kita menjadi terjaga. Oleh sebab itu saya menyarankan marilah kita
tambah jumlah tempat sampah di sekolah kita sehingga sekolah kita menjadi
tempat yang bersih dan sehat bagi anak didik kita.
4.
NARASI PROFIL TOKOH
(siswa, guru, tour guide, wisatawan,
dll)
A. SISTEMATIKA
DAN ORGANISASI KARANGAN
·
Judul
menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·
Di
bawah judul dituliskan nama pengarang
·
Panjang
karangan 4-5 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat
mencakup minimal 5 kata.
·
Gagasan
dikembangkan secara lancar, tertata,
urut, dan kohesif.
·
Setiap
gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.
·
Urutan
penyajian :
-
Identitas
-
Prestasi/keunggulan
-
Pandangan/sifat-sifat
positif/penilaian positif
B.
ISI
·
Menyajikan gambaran
singkat atau riwayat hidup singkat dari seseorang, lembaga, organisasi, benda
ataupun wilayah.
·
Ditulis dengan
singkat namun jelas dan dapat menggambarkan seseorang atau lembaga secara umum.
·
Contoh profil
-
profil sekolah
C.
KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·
Kalimat efektif dan komunikatif
·
Struktur
kalimat benar sesuai kaidah tatabahasa
baku bahasa Indonesia
·
Diksi
variatif, mencerminkan kekayaan
perbendaharaan kata
·
Diksi
tepat dan baku sesuai konteks
·
Tidak
ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·
Tidak
terjadi kesalahan ketik
·
Margin,
spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan
D.
CONTOH
Kardinal
Mgr. Julius Riyadi Darmaatmadja,
S.J. (lahir di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, 20 Desember 1934; umur 79 tahun) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma dari Indonesia
sejak tahun 1994. Ia menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta
dari 11
Januari 1996 sampai dengan 28 Juni 2010. Sebagai kardinal, ia juga turut serta dalam
pemilihan Paus baru pada tahun 2005,
yang akhirnya memilih Paus Benediktus XVI.
Ayahnya,
Joachim Djasman Darmaatmadja, Dan ibunya, Maria Siti Sarpinah, adalah keluarga
yang sederhana. Darmaatmadja masuk Seminari Menengah Yogyakarta dan Seminari Mertoyudan, lalu
masuk Novisiat Serikat Yesus Girisonta tahun 1957.
Ia ditahbiskan sebagai imam pada tanggal 18 Desember 1969 oleh Yustinus
Darmojuwono dan bertugas di Yogyakarta. Kemudian tahun 1978-1981 menjabat Rektor Seminari Menengah
Mertoyudan.
Ditahbiskan
sebagai Uskup Agung Semarang
juga oleh Kardinal Yustinus Darmoyuwono pada
tanggal 29 Juni 1983.
Pada 28 April 1984 Julius Darmaatmaja juga diangkat oleh
Vatikan Roma sebagai Uskup bagi ABRI menggantikan Kardinal Yustinus
Darmojuwono.
5.
INTERVIEW DENGAN TOKOH
(siswa, guru, tour guide, wisatawan,
dll)
A. SISTEMATIKA
DAN ORGANISASI KARANGAN
·
Panjang
karangan berbentuk dialog minimal 10 percakapan.
·
Karangan
diberi judul yang menarik dan relevan dengan topik.
·
Gagasan
dikembangkan secara lancar, tertata,
urut, dan kohesif.
·
Setiap
gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.
B. ISI
·
Hasil
wawancara dengan narasumber
·
Topik
wawancara membahas suatu permasalahan; pewawancara meminta pendapat narasumber
menanggapi permasalahan tersebut dan sarannya untuk solusi permasalahannya.
·
Topik
permasalahan yang diangkat berkaitan dengan Edu-Trip.
C. KEBAHASAAN
DAN MEKANIK
·
Kalimat efektif dan komunikatif
·
Struktur
kalimat benar sesuai kaidah tatabahasa
baku bahasa Indonesia
·
Diksi
variatif, mencerminkan kekayaan
perbendaharaan kata
·
Diksi
tepat dan baku sesuai konteks
·
Tidak
ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·
Tidak
terjadi kesalahan ketik
·
Margin,
spasi, dan format pengetikan
D. CONTOH
Wawancara
dengan Maestro/Tokoh Tari Sunda,
Ibu
Indrawati Lukman
Menurut
Ibu, adakah pihak-pihak (pewaris/ahli waris) yang berusaha untuk menjaga
kelestarian tari-tarian karya Ibu?
Jawab
: Sebenarnya, anak saya tidak seperti saya yang mempunyai minat yang kuat untuk
menari, cuma dia punya keinginan untuk meneruskan usaha saya, dalam artian
melalui Studio Tari Indra…mungkin saja ada penari yang loyal dan mempunyai niat
untuk meneruskan keinginan saya…intinya pengorbanan, dedikasi dan
loyalitas..tanpa itu nggak ada gunanya..Jadi kalau harus disebut langsung siapa
orangnya, saya tidak bisa memastikan.
Bagaimana
perhatian pemerintah terhadap tari-tarian yang dikelola STI?
Jawab
: Ya secara material tidak ada, dana yang rutin sama sekali tidak ada…tetapi
kalau mengenai kegiatan yang memerlukan bantuan seperti pengajuan proposal,
biasanya mereka melihat keperluannya apa, apakah perlu didukung atau tidak,
biasanya mereka harus melakukan pengamatan dan penelitian terlebih dahulu dan
kadang-kadang sangat menyebalkan…
6.
RESENSI BUKU
A.
SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·
Judul
menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·
Di bawah
judul dituliskan nama pengarang
·
Urutan
penyajian :
- Judul
- Identitas buku
- Ringkasan
- Kelebihan/keunggulan buku
- Kelemahan buku
- Saran
B.
ISI
·
Buku
nonfiksi, disarankan yang berkaitan dengan objek tujuan edu-trip
·
Peresensi
dapat menyebutkan jenis buku tersebut fiksi atau nonfiksi.
·
Dapat
memastikan bahwa buku tersebut merupakan karya asli dari pengarangnya dan bukan
jiplakan dari buku lain yang pernah terbit.
·
Dapat
mendeskripsikan bentuk atau format dari buku itu. Apakah bentuknya, kertas,
ilustrasi cover, jenis huruf yang dipakai, dan sebagainya.
·
Memperhatikan
penggunaan bahasa dalam buku itu, ditinjau dari segi struktur kalimat, gaya
bahasa/style, ungkapan dan lain-lain. Apakah bahasa yang digunakan memakai
bahasa sehari-hari yang segar tidak menjemukan, mudah dimengerti oleh pembaca,
dan sebagainya. Mudah dipahami atau sukar diterima pembaca. Pengujian materi
mendapat perhatian juga dari resentator.
·
Pembahasan
dalam resensi buku meliputi dapat dipandu dengan mengikuti pokok-pokok berikut
ini :
- Organisasi / kerangka penulisan
o
Bagaimanakah
hubungan antar bagian satu dengan yang lain? (hubungan antar paragraf, antar
subbab, dan antar paragraf).
o
Bagaimanakah
sistematika penyusunan buku dan dinamikanya?
- Isi pernyataan penulis
o
Bagaimanakah
bobot ide penulis? (berkualitas atau tidak)
o
Seberapa
kuatkah analisisnya?
o
Bagaimanakah
kelengkapan penyajian datanya?
o
Bagaimanakah
kreativitas pemikirannya?
- Bahasa
o
Bagaimanakah
ejaan yang disempurnakan diterapkan?
o
Bagaimanakah
penggunaan kalimat dan ketepatan pilihan kata di dalamnya?
- Aspek Teknis
o
Bagaimanakah
tata letak (lay out)?
o
Bagaimanakah
tata wajah?
o
Bagaimanakah
kerapian, kebersihan, dan kualitas cetakan?
C.
KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·
Kalimat efektif dan komunikatif
·
Struktur
kalimat benar sesuai kaidah tatabahasa
baku bahasa Indonesia
·
Diksi
variatif, mencerminkan kekayaan
perbendaharaan kata
·
Diksi
tepat dan baku sesuai konteks
·
Tidak
ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·
Tidak
terjadi kesalahan ketik
·
Margin,
spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan
D.
CONTOH
Membentuk Remaja yang Berkepribadian
(sebuah Resensi)
Judul
buku :
Remaja Membangun Kepribadian
Penulis
: Anna Windyartini S
Tahun
terbit : 2008
Penerbit
: Penerbit Nobel Edumedia, Jl. Rawagelam III
No. 4 Kawasan Industri Pulogading, Jakarta Timur.
Tebal
buku : ix +
79 halaman
Harga
:
-
ISI POKOK BUKU
Pada bab pertama (Berbagai Jenis
Keceradasan dalam Diri Manusia), menjelaskan tentang berbagai jenis kecerdasan
dalam diri manusia, dan cara-cara yang dapat ditempuh untuk mengembangkan
intelegesi tersebut. Dalam pembahasan ini diambil dari beberapa sumber yang
cukup terpercaya, yaitu ahli-ahli Internasional yang professional di bidang
intelegensi, diantaranya Howard Gardner yang merupakan psikolog dari
Amerika Serikat yang mengemukakan sepuluh macam intelgensi berdasarkan
penelitiannya yaitu Linguistic Intelligence/ Kecerdasan Linguistik,
Logical-Mathematical Intelligence/ kecerdasan logis-Matematis, Musical
Intelligence/ Kecerdasan Musikal, Bodily-Kinesthetic Intelligence/ Kecerdasan
tubuh-kinestetik, spatial Intelligence/kecerdasan spasial, Interpersonal
Intelligence/kecerdasan Interpersonal, Intrapersonal Intelligence/kecerdasan
Intrapersonal, Naturalist Intelligence/ Kecerdasan Naturalis, Spiritual
Intelligence/ Kecerdasan spiritual, dan Existencial Intelligence/Intelegensi
eksistensial. Tidak hanya itu, pada bab pertama juga dijelaskan cara-cara ampuh
untuk mengembangkan potensi/tingkat intelegensi seorang manusia yang didukung
dari hasil pengamatan dan penelitan ahli..
KARAKTER
ISI BUKU
buku ini menarik dan memiliki ciri khas
dibandingkan buku psikologi remaja lainnya karena gaya bahasa yang digunakan
mampu dicerna dengan baik, tidak hanya itu pembahasan buku ini singkat tapi
dapat membuat pembaca memahami maksudnya, tidak seperti kebanyakan buku yang
terlalu berbelit-belit dalam menyampaikan gagasan. Selain itu penulisan buku
ini didasarkan kepada sumber yang universal karena sumbernya dimulai dari ahli
internasional hingga dari pengalaman masyarakat biasa.
KELEBIHAN
BUKU
1. Buku
ini memiliki pembahasan yang singkat namun mudah dipahami.
2. Buku
ini ditulis berdasar pada gagasan yang dapat dipercaya seperti ahli psikolog
dunia, nasional dan bahkan pengalaman langsung dari masyarakat Indonesia
sehingga tetap menggambarkan karakter belajar orang Indonesia.
3. Contoh-contoh
yang digunakan menarik dan menggugah untuk memotivasi remaja agar lebih
semangat untuk belajar dan meningkatkan potensi diri
KEKURANGAN
BUKU
1.
Masih ada sejumlah kata-kata yang kemungkinan
sulit dicerna oleh pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) padahal seharusnya
buku semacam ini sudah dapat dibaca oleh siswa SMP yang pada saat itu mulai
menginjak masa remaja
2.
Gambar ilustrasi yang digunakan masih kurang
sehingga memungkinkan terjadi kepenatan saat membaca.
3.
Motivasi dalam buku ini harus dianalisis
karena minimnya pemaparan langsung penulis atau sejumlah ahli, seharusnya buku
psikologi remaja semacam ini mengangkat kata-kata bijak ahli tentang materi
yang berkaitan dengan bahasan setiap sub bab.
7.
PUISI BEBAS
A.
SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·
Tema
berkaitan dengan objek tujuan Edu-trip.
·
Judul
menarik dan sesuai dengan tema
·
Di
bawah judul dituliskan nama pengarang
·
Puisi
terdiri dari 3 – 5 bait
B.
ISI
·
Orisinalitas
karya terjaga dan dapat dipertanggungjawabkan.
·
Menggunakan
majas personifikasi dan hiperbola (ditandai dan dinamai)
·
Menggunakan
rima sejajar dan rima berpeluk
C.
KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·
Kalimat
efektif dan komunikatif
·
Diksi
variatif, mencerminkan kekayaan
perbendaharaan kata
·
Diksi
sesuai konteks
D.
CONTOH
Kalau Kamu Aku
Karya : Padma Sriwilis
Kalau
kamu aku pasti tidak akan menganggap biasa
Kalau
kamu aku pasti akan merasa tersiksa
Kalau
kamu aku pasti akan seperti tersengat bisa
Kalau
kamu aku pasti apa artinya rasa
Tapi
kamu bukanlah aku yang kini hanyut dalam
luka (hiperbola)
Hembusan
angin telah menyampaikan kabar sendu
(personifikasi)
Fitnah
itu kau sebarkan dengan suara merdu
Seolah
kau tak tahu siksa di dalam neraka
...
8.
LAPORAN PERJALANAN OBJEK PILIHAN
A.
SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·
Judul
menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·
Di
bawah judul dituliskan nama pengarang
·
Panjang
karangan 5-6 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat
mencakup minimal 5 kata.
·
Gagasan
dikembangkan secara lancar, tertata,
urut, dan kohesif.
·
Setiap
gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.
B.
ISI
·
Penjelasan laporan perjalanan dapat berupa
perjalanan wisata, perjalanan pengamatan suatu objek, atau perjalanan kunjungan
ke suatu tempatLaporan ditulis secara lengkap.
·
Laporan perjalanan berisi fakta-fakta
mengenai semua hal yang berhubungan dengan kegiatan.
·
Fakta-fakta yang dituliskan dalam laporan
merupakan gambaran objektif dari semua hal yang telah dilakukan baik saat
persiapan, saat perjalanan atau kunjungan objek, maupun saat perjalanan pulang.
Dengan demikian, pembaca akan memperoleh gambaran yang jelas tentang perjalanan
tersebut.
·
Menggunakan bahasa baku (Ejaan yang Disempurnakan),
komunikatif, lugas, dan santun.
·
Disajikan secara sistematis berdasarkan :
-
urutan
peristiwa (kronologis) : Teknik pengembangan berdasarkan
urutan waktu memuat kronologis atau urutan kegiatan dengan menggunakan adik
simba (a = apa, di = di mana, k = kapan, si = siapa, m = mengapa, dan ba =
bagaimana). Urutan waktu yang digunakan dapat berupa jam atau hari.
contoh :
Pada
saat liburan kami sekelas mengadakan acara di Pantai Senggigi Mataram. Kami
berangkat dari sekolah pada hari Minggu pagi pukul 6.00 WITA. Cukup banyak
jalan yang dilewati, salah satunya adalah jalan Ampenan. Sesampainya di
Senggigi, waktu sudah menunjukkan pukul 7.00. Kami beristirahat sejenak untuk
melepas lelah. Pada pukul 7.30 baru mengadakan aktivitas dengan berbagai
kegiatan. Setelah puas, kami pulang pada pukul 16.00. Perjalanan cukup lancar
sehingga kami tiba di sekolah sekitar pukul 17.00 WITA.
-
urutan
tempat : Teknik
pengembangan berdasarkan urutan tempat digunakan untuk menggambarkan
objek, orang, dan manusia. Melalui teknik ini, aspek yang dikembangkan akan
lebih detail dan lengkap.
contoh :
Penggambaran lokasi/tempat
pembibitan jagung pioner berikut ini. Tempat pembibitan jagung pioner tidak
jauh dari kantor kecamatan.,kira-kira lima kilometer ke utara. Tempat
pembibitan itu terletak di sebelah timur gedung SD Negeri
Kahuripan dan sebelah selatan gedung pertemuan. Tempat itu tepatnya di
Desa Sumber Rejo.
·
Menyajikan
fakta-fakta dari suatu peristiwa, dan jalan pikiran penulisnya secara padu dan
dijabarkan dengan gambaran yang jelas dan utuh dan mempengaruhi bertindak atau percaya
·
Peristiwa
yang disajikan menarik dan tetap aktual.
·
Kreatif
dalam mencari objek tulisan yang khas.
·
gaya
penulisan variatif dan membangkitkan imajinasi pembaca.
·
Diksi,
komposisi kata-kata, kalimat dan paragrafnya tidak monoton, hidup dan variatif.
C.
KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·
Kalimat efektif dan komunikatif
·
Struktur
kalimat benar sesuai kaidah tatabahasa
baku bahasa Indonesia
·
Diksi
variatif, mencerminkan kekayaan
perbendaharaan kata
·
Diksi
tepat dan baku sesuai konteks
·
Tidak
ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·
Tidak
terjadi kesalahan ketik
·
Margin,
spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan
D.
CONTOH
Perjalanan Wisata ke Tangkuban Perahu
Beberapa
hari yang lalu saya sempat berwisata ke Gunung Tangkuban Perahu.
Sebelumnya, saya cari-cari informasi tentang tempat wisata ini. Walaupun
sewaktu di kelas VII dulu, saya bersama-sama teman sekolah pernah
mengunjungi tempat wisata ini, tetapi saya masih belum memahami lokasinya.
Kemudian, saya mencari informasi melalui internet di Google dan menemukan
beberapa website yang cukup membantu saya. Untuk menuju Gunung Tangkuban
Perahu, saya melewati Bandung, saya pikir menuju ke Bandung dari Bekasi
sudah sangat mudah dengan adanya Tol Cipularang. Dari Bekasi ke Bandung hanya
membutuhkan waktusekitar 1,5 jam. Begitu kami keluar tol langsung disambut
dengan kemacetan. Di sini juga banyak penjual Peta Bandung dengan ukuran
yang cukup besar dan harga lima belas ribuan (setelah ditawar). Akan tapi,
sayang peta ini tidak sampai ke objek wisata Tangkuban Perahu karena tempat
tersebut berada di utara Bandung. Dari Bandung waktu sudah siang (kirakira
pukul 12.00), maka kami tidak sempat jalan-jalan di Kota Bandung dan
langsung menuju objek wisata Tangkuban Perahu. Kami ke arah Bandung Utara,
Lembang dan naik terus menuju Gunung Tangkuban Perahu. Perjalanan cukup
lancar karena jalannya cukup bagus. Kirakira 30 menit kami sudah sampai
di Lembang. Dari lembang ini perjalanan masih kira-kira empat puluh menit
untuk bisa sampai GunungTangkuban Perahu. Di sepanjang perjalanan banyak
warung jagung bakar dan sate kelinci. Sayang kami tidak sempat mampir
karena hampir sampai.
Ada
dua pintu masuk. Kami naik dari pintu atas dengan membayar Rp34.000 untuk satu
mobil dan dua penumpang. Setelah pintu gerbang ini,ternyata masih sekitar 4 Km
untuk sampai puncak Tangkuban Perahu. Jalannya tidak terlalu bagus sehingga
harus hati-hati. Ada beberapa lubang kecil sepanjang jalan ini yang harus
dihindari. Ada tempat perhentian bus parkir karena tidak diperkenankan sampai
puncak. Setelahitu kami bertemu dengan perhentian mobil-mobil. Arah tersebut
ternyata tempat masuk ke Kawah Domas. Kami tidak mampir karena ingin
segera sampai puncak gunung Tangkuban Perahu. Sesampainya di puncak Tangkuban Perahu,
ternyata sudah cukup ramai dengan pengunjung. Parkiran mobil sudah
hampir penuh. Ada beberapa tukang foto, dan penjual souvenir-souvenir
khas Tangkuban Perahu. Ada juga kuda yang bisa disewa jika kita
tidak ingin lelah jalan-jalan. Beruntung sesampainya di puncak cuaca cerah
dan tidak berkabut, sehingga kami bisa menyaksikan kawah Tangkuban Perahu dengan
jelas (walaupun dalam jarak yang jauh, tidak boleh mendekat karena kawah masih
aktif sehingga bisa mengeluarkan gas berbahaya. Setelah puas berkeliling
dan melihat pamandangan yang indah tersebut, kami melihat ada jalan
setapak yang dilalui oleh para pengunjung yang ternyata jalan menurun tersebut
mengarah ke arah Kawah Domas dengan jalan kaki. Kami penasaran dan akhirnya
kami ikut turun menyusuri jalan tersebut untuk melihat dari dekat Kawah Domas.
Di sepanjang perjalanan kami ditawari telur mentah yang bisa direbus di Kawah Domas.
Selain itu ada juga jasa pemandu perjalanan yang bisa mengantar kita ke
Kawah Domas dengan biaya 25 ribu (setelah ditawar dari 50 ribu).
Perjalanan ke Kawah Domas memang sangat melelahkan, jalan menurun dan agak
licin. Jarak yang kirakira 1,2 Km terasa sangat jauh dan melelahkan, untunglah
ada pemandu yang tidak henti-hentinya bercerita tentang kawah Domas atau
cerita tentang kondisi hutan di situ. Sesampainya di Kawah Domas, kami melihat
pemandangan yang menakjubkan. Meskipun terasa melelahkan, sungguh tidak sia-sia
perjalanan kami. Karena di situ kami bisa melihat dari dekat aktivitas kawah,
bahkan bisa merasakan panasnya kawah. Terdapat banyak kawah di antara
bebatuan. Bau belerang cukupmenyengat, tetapi setelah terbiasa tidak menjadi masalah.
Ada banyak kawah di situ dengan air yang seperti air mendidih. Kami
memilih kawah yang paling besar (diameter kurang lebih 2meter) dan mengeluarkan
telur mentah yang tadi kami beli. Telur dimasukkan dalam plastik dan
diikat agar tidak jatuh ke dasar kawah.Setelah itu telur tersebut dimasukkan
kawah dan diikatkan di bebatuan. Sambil menunggu telur masak, kami melihat
pemandangan di situ dan sesekali merendam kaki di air kawah (tentuyang tidak
terlalu panas). Setelah puas menikmati indahnya Kawah Domas, kami segera
kembali ke parkir mobil yang ada di puncak Tangkuban Perahu. Cuaca hujan rintik-rintik,
sehingga sepanjang perjalanan kembali ke parkiran mobil, kami kehujanan.
Kami cukup panik karena berjalan di tengah hutan yang tidak ada tempat
untuk berteduh dan turun hujan sehingga jalan yang menanjak itu
menjadi licin. Untung hujan tidak terlalu deras sehingga kami bisa
sampai parkiran mobil. Setelah itu, kami kembali ke Jakarta. Akhirnya kami
sampai di rumah pukul 22.00 dengan selamat.
Sumber
: www.laporan perjalanan wisata.com
9.
APRESIASI KARYA SENI
(LUKISAN, PATUNG, KARYA SASTRA)
A.
SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·
Judul
menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·
Di
bawah judul dituliskan nama pengarang
·
Panjang
karangan 4-5 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat
mencakup minimal 5 kata.
·
Gagasan
dikembangkan secara lancar, tertata,
urut, dan kohesif.
·
Setiap
gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.
B.
ISI
·
Apresiasi
seni ialah suatu proses penghayatan karya seni yang diamati dan penghargaan
pada karya seni itu sendiri serta penghargaan pada penciptanya. Dari sudut
pandang bahasa, kata apresiasi (appreciation) dengan kata kerja to
appreciate, artinya berarti menentukan atau menunjukkan nilai atau menilai,
menilai bobot karya, menikmati dan akhirnya menghayati. Secara umum apresiasi
dapat diartikan sebagai kesadaran menilai lewat penghayatan suatu karya.
·
Suatu
cara / proses melihat, mendengar, menghayati dan membandingkan suatu karya seni
untuk dinilai / dinikmati dari segi keindahanya.
·
PROSES APRESIASI
SENI
Terdapat berbagai cadangan oleh beberapa pakar pendidikan seni mengenai proses
apresiasi. Feldman (1967) dan smith (1967) mencadangkan aktiviti-aktiviti apresiasi seni berasaskan kepada proses persepsi dan intelektual melalui empat tahap:
a) Menggambarkan
b) Menganalisa
c) Tafsiran
d) Penilaian
Terdapat berbagai cadangan oleh beberapa pakar pendidikan seni mengenai proses
apresiasi. Feldman (1967) dan smith (1967) mencadangkan aktiviti-aktiviti apresiasi seni berasaskan kepada proses persepsi dan intelektual melalui empat tahap:
a) Menggambarkan
b) Menganalisa
c) Tafsiran
d) Penilaian
a)
MENGGAMBARKAN
Mengamati hasil seni dan menggambarkab sifat-sifat tampak seperti warna, garisan,
bentuk, rupa, jalinan dan elemen-elemen gubahan iaitu prinsip dan struktur
Mengamati hasil seni dan menggambarkab sifat-sifat tampak seperti warna, garisan,
bentuk, rupa, jalinan dan elemen-elemen gubahan iaitu prinsip dan struktur
b)
MENGANALISIS
-
Menganalisa
perhubungan sifat-sifat tampak seperti unsure-unsur seni, prinsip
dan stuktur
dan stuktur
-
Menganalisa kualiti
ekspresif seperti mood dan suasana
-
Menghauraikan stail
sesuatu karya
c)
TAFSIRAN
-
Mencari makna-makna
yang tedapat pada sifat-sifat tampak seperti subjek,
simbol, unsur-unsur seni, prinsip, strktur, corak dan bahan.
simbol, unsur-unsur seni, prinsip, strktur, corak dan bahan.
-
Mencari
metafora-metafora (ibarat/kiasan) dan analogi-analogi
(persamaan) untuk
menjelaskan makna tersebut.
menjelaskan makna tersebut.
d)
PENILAIAN
-
Membuat penilaian
berdasarkan kepada criteria yang bersesuaian seperti
keaslian, gubahan, teknik dan fungsi.
keaslian, gubahan, teknik dan fungsi.
-
Menilai hasil seni
berdasarkan kepada pengertiannya dari segi individu, social,
·
keaagamaan dan
kepercayaan, sejarah serta keseniaannya.
·
Kreatif
dalam mencari objek tulisan yang khas.
·
gaya
penulisan variatif dan membangkitkan imajinasi pembaca.
·
Diksi,
komposisi kata-kata, kalimat dan paragrafnya tidak monoton, hidup dan variatif.
C.
KEBAHASAAN DAN MEKANIK
·
Kalimat efektif dan komunikatif
·
Struktur
kalimat benar sesuai kaidah tatabahasa
baku bahasa Indonesia
·
Diksi
variatif, mencerminkan kekayaan
perbendaharaan kata
·
Diksi
tepat dan baku sesuai konteks
·
Tidak
ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·
Tidak
terjadi kesalahan ketik
·
Margin,
spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan
D. CONTOH
Apresiasi Pementasan Sendratari Ramayana
Sendratari merupakan sebuah pertunjukan yang memadukan
antara seni tari dan drama, yang mengisahkan sebuah cerita tanpa dialog di
antara pemain-pemainnya, biasanya hanya dipandu oleh seorang dalang.
Pertunjukan ini diiringi oleh musik gamelan dan melibatkan hingga ratusan
pemain yang mengenakan kostum jawa dengan kain batik sebagai ciri khasnya.
Di kompleks Candi Prambanan, pertunjukan jenis ini secara
reguler dipentaskan, namanya Sendratari Ramayana atau dikenal juga dengan
istilah Ramayana Ballet. Sesuai dengan namanya, lakon yang dimainkan pun
tentang kisah Ramayana yang memang sudah sangat terkenal di masyarakat
Indonesia. Kisah Ramayana itu sendiri tergambar dalam bentuk relief di Candi
Siwa, salah satu candi yang ada di kompleks Candi Prambanan. Panggung yang
megah berlatar Candi Prambanan, semakin indah dengan sorot lampu yang
menonjolkan warna-warna cerah kostum para pemainnya.
Sendratari Ramayana berkisah tentang usaha Rama dalam
untuk menyelamatkan Shinta yang diculik oleh Rahwana, raja dari negeri Alengka.
Jika dilihat pada relief Candi Siwa, jalan ceritanya memang lumayan panjang.
Tetapi dalam pertunjukan ini, cerita itu dirangkum dalam
empat babak, yaitu: penculikan Shinta, perjalanan Hanoman ke Alengka, kematian
Kumbakarna dan Rahwana, serta pertemuan kembali Rama dan Shinta. Narasi dalam
pertunjukan ini disampaikan dalam bahasa Jawa, Indonesia, dan Inggris.
Pertunjukan Sendratari Ramayana digelar di teater terbuka
Kompleks Candi Prambanan, Jl. Raya Yogya-Solo KM 16, Prambanan. Lokasinya yang
berada di jalur bus antar-provinsi membuat tempat ini mudah dicapai, baik dari
Surabaya, Solo, atau Klaten. Wisatawan yang berangkat dari Yogyakarta bisa
menggunakan TransYogya, meski sebaiknya menggunakan taksi atau kendaraan umum
karena angkutan umum di Yogyakarta beroperasi sampai pukul 18.00 WIB. Harga
tiketnya berkisar antara Rp 50.000–Rp 200.000. [TimIndonesiaExploride/IndonesiaKaya]
10. EDITORIAL
/ TAJUK UTAMA/CATATAN REDAKSI
A.
SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·
Judul
menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·
Di
bawah judul dituliskan nama pengarang
·
Panjang
karangan 4-5 paragraf. 1 paragraf terdiri dari minimal 5 kalimat. 1 kalimat
mencakup minimal 5 kata.
·
Gagasan
dikembangkan secara lancar, tertata,
urut, dan kohesif.
·
Setiap
gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.
B.
ISI
·
Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu
media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau
kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak
redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap
resmi media yang bersangkutan.
·
Isinya menyikapi situasi yang berkembang selama berlangsungnya kegiatan Edu-Trip.
·
Tidak
ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya, seperti halnya menulis berita atau
features.
·
Karakter dan kepribadian pers terdapat
sekaligus tercermin dalam tajuk rencana. Tajuk rencana pers yang berkualitas
memiliki ciri di antaranya :
-
Hati-hati; tidak gegabah memberikan opini tentang permasalahan
yang belum pasti kebenarannya.
-
Normatif; menggunakan ragam bahasa baku
-
Cenderung konservatif (bersikap
mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi yg berlaku)
-
Sedapat mungkin menghindari pendekatan kritis
yang tajam
-
Pertimbangan aspek politis lebih besar dari
aspek sosiologis
·
Karakteristik
Penulisan Editorial
Editorial adalah suatu artikel yang
menyajikan pendapat atas isu-isu surat kabar. Editorial writer mengembangkan argumen dan berusaha
untuk membujuk para pembaca untuk berpikir sebagaimana yang mereka lakukan.
Editorial dimaksudkan untuk membujuk opini publik, mempromosikan pemikiran
kritis, dan kadang-kadang menyebabkan orang-orang bertindak atas suatu isu.
Intinya, editorial merupakan berita dogmatis.
·
Ciri-ciri Editorial
1.
Pengantar,
body dan simpulan seperti berita yang lain.
2.
Penjelasan
obyektif dari suatu isu, terutama isu-isu kompleks
3.
Suatu
angle berita yang tepat waktu
4.
Opini
dari sudut pandang yang berlawanan yang menyangkal secara langsung terhadap isu
penulis
5.
Opini
penulis dikirimkan dalam cara-cara profesional. Editorial yang baik tidak
melibatkan isu-isu pribadi dan menghindari taktik persuasi yang picik.
6.
Alternatif
solusi terhadap masalah atau isu yang sedang dikritik. Seseorang dapat mengomel
mengenai suatu masalah, tetapi editorial yang baik harus menggunakan pendekatan
pro-aktif untuk menciptakan situasi yang lebih baik dengan menggunakan kritik
yang konstruktif dan memberi solusi.
7.
Simpulan
yang ringkas dan padat yang meringkas opini penulis.
·
Empat
Tipe Editorial
1.
Explain
atau interprt (menjelaskan atau
menginterpretasikan) : editor sering menggunakan editorial ini untuk
menjelaskan cara surat kabar meliput subyek kontroverial atau sensitif. School
newspaper dapat menjelaskan aturan sekolah baru atau usaha-usaha student-body
tertentu.
2.
Kritis
: editorial ini secara konstruktif
mengkritik tindakan, keputusan atau siutasi dan menyediakan solusi terhadap
masalah yang diidentifikasi. Dimaksudkan agar pembaca melihat permasalahannya
bukan solusi.
3.
Persuasi
(membujuk) : persuasi editorial
ditujukan untuk melihat solusi, bukan masalah. Dari paragraf pertama, pembaca
akan mendukung tindakan positif. Pengesahan politis merupakan contoh yang baik
dari persuasi editorial.
4.
Pujian
: editorial ini memuji orang atau
organisasi untuk sesuatu yang baik.
·
Menulis
Editorial
1.
Mengambil
suatu topik penting yang memiliki angle berita terkini dan menarik perhatian
pembaca.
2.
Mengumpulkan
informasi dan fakta; meliputi laporan obyektif; melakukan riset.
3.
Nyatakan
opini anda dengan singkat dalam pernyataan tesis
4.
Menjelaskan
isu obyektif sebagai wartawan akan menceritakan mengapa situasi ini penting
5.
Berikan
sudut pandang yang berlawanan dengan fakta dan kutipannya.
6.
Menyangkal
(menolak) sisi lain dan kembangkan kasus anda menggunakan fakta, detail,
gambar, kutipan. Ambil sisi logis yang lain.
7.
Ijinkan
suatu point yang berlawanan – harus memiliki beberapa point bagus yang anda
yakin akan membuatnya tampak rasional
8.
Ulangi
kata kunci untuk menguatkan suatu gagasan dalam pikiran pembaca
9.
Berikan
solusi yang realistis terhadap masalah di luar pengetahuan umum. Mendorong
pemikiran kritis dan reaksi pro-aktif.
10. Ditutup dengan simpulan yang
menyatakan kembali komentar pembuka anda (statemen tesis)
11. Kurang lebih 500 kata : gunakan kata
kerja : jangan gunakan “Saya”.
·
Suatu
Contoh Struktur
I.
Lead
dengan penjelaskan obyektif dari suatu isu/kontroversi
-
Meliputi
5 W dan 1 H (Anggota kongres, usaha untuk mengurangi anggaran, mengurangi
pendanaan televisi publik, tatap muka … )
-
Tarik
fakta dan kutipan dari sumber yang relevan
-
Riset
tambahan jika diperlukan
II.
Menyajikan
Opini Pertama Anda
-
Ketika
penulis tidak setuju dengan sudut pandang tsb. Identifikasi orang-orang
(terutama orang-orang yang menentang anda). (Republicans merasa perlu
menguranginya; stasiun kabel yang lain dapat mengambilnya, hanya pemirsa kaya
televisi publik)
-
Gunakan
fakta dan kutipan untuk menyatakan opini mereka secara obyektif
-
Berikan
posisi yang kuat terhadap oposisi tsb. Anda tidak akan mendapatkan apapun dalam
menyangkal posisi yang lemah.
III.
Menyangkal
secara Langsung Keyakinan Oposisi
-
Anda
dapat mengawali artikel anda dengan transisi (Republicans yakin televisi
publik merupakan “bak pasir bagi orang kaya”. Statistik menunjukkan kebanyakan
orang yang menonton televisi publik memiliki kurang dari $40.000 per tahun).
-
Tarik
fakta dan kutipan lain dari orang-orang yang mendukung posisi anda
-
Ijinkan
suatu point yang valid dari oposisi yang akan membuat anda tampak rasional,
seseorang yang telah mempertimbangkan semua opsi (waktu fiskal adalah sulit,
dan kita dapat mengurangi sebagian pembiayaan untuk seni, bagaimanapun… )
IV.
Memberi
Analogi/Alasan Original yang lain
-
Untuk
mempertahankan posisi Anda, berikan alasan dari yang kuat ke paling kuat
(mengambil uang televisi publik berarti merampok anak-anak dari pendidikan …)
-
Gunakan
sebuah literasi atau sindiran budaya yang meminjamkan kredibilitas dan
intelegensi (Kita perlu memandang Kaisar yang memilikinya … )
V.
Membuat
simpulan
-
Memberi
solusi pada masalah atau tantangan agar pembaca tahu (Kongres harus melihat
dimana pemborosan terjadi – mungkin dalam defense dan entitlement -
untuk menemukan cara menghemat uang. Menggali saku televisi publik akan
menyakiti kita semua).
-
Sebuah
kutipan dapat efektif, jika berasal dari sumber yang terhormat
-
Suatu
pertanyaan retoris bisa merupakan penyimpul efektif (jika pemerintah tidak
mempertahankan kepentingan anak-anak, lalu siapa?).
C. KEBAHASAAN
DAN MEKANIK
·
Kalimat efektif dan komunikatif
·
Struktur
kalimat benar sesuai kaidah tatabahasa
baku bahasa Indonesia
·
Diksi
variatif, mencerminkan kekayaan
perbendaharaan kata
·
Diksi
tepat dan baku sesuai konteks
·
Tidak
ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital
·
Tidak
terjadi kesalahan ketik
·
Margin,
spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan
D. CONTOH
Membangun Saling Percaya
Situasi
Papua yang memanas menciptakan keprihatinan baru bangsa ini. Berbagai
pendekatan telah dilakukan, tetapi rantai kekerasan belum bisa disudahi.
Dalam
beberapa hari terakhir, serial kekerasan terjadi di bumi Papua. Ada unjuk rasa
pekerja PT Freeport soal upah, ada penembakan di kawasan Freeport yang
mengakibatkan tiga orang tewas, ada pembubaran Kongres Rakyat Papua III yang
berubah menjadi kekerasan, dan terakhir penembakan Kepala Kepolisian Sektor
Mulia di Bandara Mulia, Puncak Jaya. Dalam dua pekan terakhir delapan orang
tewas!
Menarik apa
yang disinyalir peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Adriana Elisabeth,
seperti dikutip harian ini, terus berlangsungnya kekerasan di bumi Papua
hari-hari terakhir ini menunjukkan siklus kekerasan di Papua belum terputus.
Kekerasan
yang terjadi di Papua tak bisa dilepaskan dari sejarah panjang relasi antara
Papua dan Jakarta. Terasa adanya ketidakpercayaan yang tulus antara elite
Jakarta dan elite Papua. Relasi itu ikut memberikan kontribusi belum
ditemukannya solusi hakiki soal Papua. Wajah keindonesiaan di Papua mungkin
tidak terlalu ramah bagi warga Papua dan juga mungkin sebaliknya.
Otonomi
khusus telah diberlakukan di Papua melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001
tentang Otonomi Khusus Papua. Representasi kultural Papua diwadahi dalam
Majelis Rakyat Papua yang mempunyai sejumlah tugas dan wewenang. Namun, yang
menjadi pertanyaan, apakah Majelis Rakyat Papua betul-betul telah diperankan
sebagai representasi kultural aspirasi Papua? Kalau belum, mengapa itu sampai
bisa terjadi?
Kekerasan
diyakini bukanlah solusi untuk mengakhiri konflik. Kekerasan yang dilawan
kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan baru sehingga akan terjadi spiral
kekerasan. Sementara kita sendiri mungkin belum mengetahui secara persis akar
masalah terus terjadinya kekerasan di Papua. Akar konflik Papua harus terus
digali sehingga kita bisa menemukan solusi yang paling tepat.
Mengutip
pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di sejumlah media massa, 16
Agustus 2011, menata Papua dengan hati adalah kunci dari semua langkah untuk
menyukseskan pembangunan Papua sebagai gerbang timur wilayah Indonesia.
Dialog
adalah solusi damai yang harus terus diupayakan dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Hukum tentu harus ditegakkan karena membunuh dan menembak
orang sampai mati adalah tindak pidana. Pendekatan keamanan harus dilengkapi
pendekatan lain, seperti pendekatan kesejahteraan dan pendekatan kultural.
Dengan pendekatan yang holistik dan dialog yang tulus, kita meyakini masalah
Papua bisa diselesaikan, sebagaimana kita juga bisa menyelesaikan problem di
Aceh. Kemungkinan internasionalisasi masalah Papua sejauh mungkin dihindarkan
karena potensi untuk itu ada!
Sumber : Kompas | Rabu, 26 Oktober 2011
11. BERITA
DALAM FOTO
(Diberi teks keterangan foto Ã
caption)
A.
SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·
Judul
menarik, singkat, dan mempresentasikan topik dalam
foto.
·
Panjang
caption 2-3 kalimat. 1
kalimat mencakup minimal 5 kata.
·
Urutan penyajian :
-
Judul
-
Foto bertema
-
caption
B.
ISI
·
Foto jurnalistik terdiri dari visual (foto)
berkolaborasi dengan teks yang di antaranya terdiri dari keterangan atau
disebut juga dengan description/caption
·
Caption
berisi
sejumlah kaidah 5W + 1H (what, when, where, who, why + How). Alasannya, tidak semua elemen di dalam
foto dapat menjelaskan secara informatif, seperti lokasi, kapan foto tersebut
dibuat, siapa di dalam foto tersebut. Maka kaidah 5W + 1H perannya adalah
sangat penting.
Contoh :
Tarbini (66) –who-, pedagang poster
presiden RI dan pahlawan, sedang membersihkan poster dagangannya yang dijual Rp
15.000 hingga Rp 25.000 –what-
Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, -where-
Rabu (6/6) –when-.
Pria asal Garut ini telah memperdagangkan poster sejak 40 tahun lalu saat Bung
Karno masih menjabat. Menurut ayah tujuh anak dan kakek dari dua cucu ini,
pembeli poster Bung Karno masih mendominasi hingga saat ini –why-.
·
Teks keterangan foto harus menjelaskan apa
yang tampak di foto. Sehingga pembaca puas dan memahami maksud foto itu.
·
Keterangan foto sebaiknya memberi penjelasan
tambahan yang tidak tampak dalam foto. Sebagai contoh, suatu foto menggambarkan
penjaga gawang yang melompat untuk menangkap bola, tetapi yang tidak kelihatan
adalah bagaimana hasilnya. Teks foto harus bisa menjelaskannya.
·
Keterangan foto harus ringkas, padat, tetapi
tidak seperti telegram. Tidak seperti judul berita yang menggunakan kata
sandang dan penghubung, keterangan foto sebaiknya seperti alinea dalam berita.
·
Keterangan foto harus jelas dan langsung ke
tujuannya. Hindari penulis bertele-tele. Jangan mengulang hal-hal yang sudah
jelas dalam foto dengan menggunakan ungkapan: seperti yang terlihat, tampak
dalam gambar di atas.
·
Penulis teks keterangan foto sebaiknya tidak
mengasumsikan apa yang sedang dipikirkan seseorang dalam foto itu atau mencoba
menginterpretasikan perasaan dari ekspresinya. Sebaiknya berikan saja
fakta-fakta dan serahkan kepada pembaca untuk memutuskan sendiri situasi yang
ia lihat.
·
Topik
foto relevan dengan
peristiwa yang terjadi selama Edu-Trip.
·
Faktual
dan objektif, informasi tidak direkayasa
atau dimanipulasi
C. KEBAHASAAN
DAN MEKANIK
· Kalimat efektif dan komunikatif
· Struktur kalimat benar sesuai kaidah tatabahasa baku bahasa
Indonesia
· Diksi variatif, mencerminkan
kekayaan perbendaharaan kata.
· Diksi tepat dan baku sesuai konteks
· Tidak ada kesalahan penggunaan tanda
baca dan huruf kapital.
· Tidak terjadi kesalahan ketik.
· Margin, spasi, dan format pengetikan
sesuai peruntukan.
D. CONTOH
Menutup jalan. Sejumlah
buruh merusak pot pohon yang terpasang di pinggir jalan Medan Merdeka, Jakarta,
Rabu (05/04). Tindakan buruh tersebut diakibat tuntutan mereka tidak ada
tanggapan baik dari Presiden dan Wakil Presiden, sehingga mereka membuat arus
lalu lintas di sepanjang jalan Thamrin hingga Sudirman lumpuh total. (Tempo/Fransiskus.S)
A.
What : Membuat arus lalu lintas di sepanjang jalan
Thamrin hingga Sudirman lumpuh total
B.
Why : Akibat tuntutan yang tidak mendapat tanggapan
baik dari Presiden dan wapres
C.
Who : Sejumlah buruh
D.
Where : Jalan Merdeka Selatan, Jakarta
E.
When : Rabu, 5 April
F.
How : Merusak pot pohon
12. RENUNGAN : REFLEKSI
SEBELUM, SELAMA,
DAN SESUDAH
MELAKUKAN EDU-TRIP
A.
SISTEMATIKA DAN ORGANISASI KARANGAN
·
Judul
menarik, singkat, dan mempresentasikan isi karangan.
·
Panjang
karangan 3-4 paragraf. 1 paragraf terdiri dari
minimal 5 kalimat. 1 kalimat mencakup minimal 5 kata.
·
Gagasan
dikembangkan secara lancar, tertata,
urut, dan kohesif
·
Setiap
gagasan utama didukung oleh gagasan penjelas secara memadai.
·
Bagian-bagiannya
terdiri dari :
-
Pendahuluan :
peristiwa/pengalaman yang menginspirasi untuk memunculkan refleksi
-
Rincian atau uraian :
nilai-nilai yang dapat dipetik dari peristiwa/pengalaman tersebut.
-
Penutup :
pernyataan sikap diri yang akan dilakukan di kemudian hari.
B. ISI
·
Topik
refleksi
relevan dengan peristiwa/pengalaman
yang terjadi selama Edu-Trip.
·
Gagasan
tidak menyimpang dari substansi masalah / topik.
· Syarat
menulis refleksi adalah:
-
Terbuka
Seseorang yang hendak menulis refleksi harus memiliki
pikiran yang terbuka. Penulis harus bisa melihat suatu pengalaman, kejadian
atau masalah dari berbagai sudut pandang.
-
Bertanggungjawab
Seseorang yang menulis refleksi harus dapat
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan juga kegagalannya berkaitan dengan
pengalaman, kejadian atau masalah yang hendak direfleksikan dalam bentuk
tulisan
-
Menjadi
lebih baik
Penulis refleksi harus memiliki komitmen kuat untuk
memperbaiki diri, kelemahan-kelemahan dan kesalahannya sehingga refleksi yang
dihasilkan tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain
yang membacanya.
· Dari
tiga persyaratan untuk menulis refleksi di atas, terlihat bahwa menulis
refleksi tak hanya melibatkan pikiran saja tetapi juga melibatkan perasaan
penulisnya. Menulis refleksi membutuhkan pengamatan dan juga kepekaan agar
membuatkan hasil refleksi yang bermanfaat.
· Untuk mulai menulis refleksi pribadi,
lakukanlah panduan singkat berikut ini :
1.
Pertama-tama ingatlah kembali pengalaman atau
kejadian yang hendak digunakan sebagai bahan refleksi. Penulisan refleksi ini
akan sangat terbantu bila penulis terbiasa menulis buku harian. Dari buku harian
tersebut penulis bisa membaca kembali pengalaman atau kejadian yang akan
dipakai sebagai bahan refleksi.
2.
Kemudian buatlah penilaian sendiri atas
pengalaman atau kejadian tersebut. Dalam memberikan penilaian ini bersikaplah
obyektif sehingga diperoleh penilaian yang jujur dan sebenar-benarnya.
3.
Renungkan pengalaman dan penilaian tersebut
secara kritis dan kreatif.
4.
Selanjutnya carilah jalan menyelesaiannya
agar hal-hal buruk bisa diperbaiki dan hal-hal yang baik bisa dipertahankan
atau ditingkatkan.
· Tema
tulisan refleksi pun sangat luas, mulai dari tema pendidikan, tema agama, tema
sosial, tema kebudayaan, kejadian sehari-hari dan lain sebagainya.
· Penulisan
refleksi pribadi ini sebaiknya menggunakan gaya bertutur atau bercerita
sehingga pembaca tulisan refleksi ini tidak merasa digurui. Dengan gaya
bertutur atau bercerita ini pula, penulis seperti sedang berbagi pengalaman
atau berbagi cerita.
· Dalam
penulisan refleksi pribadi ini, pastikan para pembaca bisa memetik hikmah atau
pembelajaran.
· Panjang
tulisan refleksi ini bisa bervariasi tetapi idealnya tulisan ini memiliki
panjang kurang lebih 1000 kata.
C. KEBAHASAAN
DAN MEKANIK
·
Kalimat efektif dan komunikatif
·
Struktur
kalimat benar sesuai kaidah tatabahasa
baku bahasa Indonesia
·
Diksi
variatif, mencerminkan kekayaan
perbendaharaan kata.
·
Diksi
tepat dan baku sesuai konteks
·
Tidak
ada kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital.
·
Tidak
terjadi kesalahan ketik.
·
Margin,
spasi, dan format pengetikan sesuai peruntukan.
D. CONTOH
The Most Important Thing
My friend is reading
the New York Times beside me. Headlines jump out, foreboding words like quarterly loss and cuts and payout and major deals.
It’s anxiety
producing stuff, sometimes, reading our country’s headlines. It’s odd for me to
think about, but there is so much that goes on in the world around me that I
don’t understand at all.
The other day I was walking down Wall
Street. I was passing places like Duetsche Bank and JPMorgan Chase and the
differences between my life and the lives of those who walk in and out of those
buildings on a daily basis seemed without end.
But is that the case?
I’ve nannied for
people who work in those buildings. And we’ve ended up talking about basically
the same shared wants:
To be known and loved.
To figure out a dream and chase it hard.
How frustrating it is when you’re
attached to a loser.
How frustrating
isn’t even really the word.
To be healthy.
To laugh and explore the world with good
friends.
The nuances and complexities that exist
in the relationships with the people who share your last name.
How wonderful they are; how crippling they can be.
How wonderful they are; how crippling they can be.
It’s amazing,
actually–all the people I meet mostly
confirm this one thing: no matter where you work or what you do or what you
look like, we all are more alike than not. We all live within the bounds of
time and space, that great equalizer that slaps every last one of us against
the same measuring stick.
I’m reading this
beautiful book right now by one of my favorite authors, Barbara Kingsolver. A
character in the story is Frida Kahlo, one of the most famous female artists of
the twentieth century. In this book, she is quoted as saying, “The most
important thing about a person is always what you don’t know.”
And I guess when I
see these people who look so different from me–the suits on Wall Street or even
a professional athlete, etc.–I need to make room in my mind for the stuff I
don’t know about them.
The brokenness. The
love recovered. The mother who’s sick. The baby they lost. The grandpa who
raised them. The dream they gave up because of being a single mom. The hope
they hold that helps them through the darker moments.
There’s so much exposition that we
aren’t privy to. The details are vastly different from our own, perhaps. And
that’s okay. But the themes–they weave us together in such a way as to almost
be familial.
We are more alike
than not. And perhaps the most important thing about a person is what you don’t know.
Deep Breath
There was a man next
to me on the subway platform this morning. He had to catch a train, and I had
to catch a bus.
He was sweating,
though the depths of the subway will do that to anyone. In fact, if you take a
turnip down to the subway platform in August, you still won’t be able to
squeeze blood out of it, but I’d bet you could squeeze out a few drops of
sweat.
Cause it’s hot down there.
But this man was
sweating profusely and asked me if this subway train would take him to Penn.
“It will,” I said.
“When is it coming?”
he asked.
Now, if I was privy
to that kind of inside information, I’d never wait a second for a train, would
I? I’d certainly never run up to an empty platform on a Saturday morning–a sure
sign that you just missed the train.
“I don’t know,” I
told him. “But can’t be longer than a few minutes.”
The guy was pacing
back and forth now, reminding me of the most recently
adopted animals at the zoo. The veterans stopped pacing a long time ago; now you might see them move for mealtimes and cigarette breaks, if you’re lucky.
adopted animals at the zoo. The veterans stopped pacing a long time ago; now you might see them move for mealtimes and cigarette breaks, if you’re lucky.
“Do you think it’d be
better for me to just walk?!” he asked me, desperation modulating his voice a
little higher than normal.
“Um, no. It’d be a
really long walk for you. When’s your train?”
“In a half hour.” He
answered fast, making it sound like one four-syllable word.
I smiled and tried to
assure him as I told him he’d make it. Cause he would. Penn was not so far
away. He’d have enough time to get there and board his train.
But he didn’t know
this, so it didn’t matter. I continued to watch him exert the kind of energy
that comes from fear and impatience. The kind of energy that we really can’t
afford. Not when we need it to live well and stuff.
He was pacing and
marching up and down the stairs for goodness knows what reason; he asked others
when the subway train would arrive (they didn’t know for sure, either).
He looked a little
crazy, though I had no doubt in my mind that he was quite sane. He just didn’t
know what I knew: that’d he make his train. That there was enough time. That it
was gonna be okay.
Finally, the train
showed up and we all boarded. The guy left at 34th and I glanced at my phone.
He had plenty of
time; he was fine.
But sometimes it
doesn’t matter what the outcome is, cause we lose during the battle, anyway.
We lose to impatience
and fear.
Our quality of life
suffers and we find ourselves exhausted from all our vain attempts to gain
control over a situation that isn’t ours to control.
Now I’m heading into
a weekend of recording. There’s a spot of rainbow right above my head; I see it
outside the bus window, and I’ll take that for the promise that it is. I’m
hoping to do my very best with everything I can control. And with everything
else? I’ll relax. And realize that it’ll be
okay. In time, it’ll be okay.