Senin, 18 Juli 2011

Ketrampilan Menyimak

Menyimak

Pengertian Menyimak

· Menyimak menurut Tarigan, adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

· Underwood mendefinisikan menyimak adalah kegiatan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan orang, menangkap dan memahami makna dari apa yang didengar. Jadi dengan demikian menyimak adalah keterampilan dalam mencari makna dari bunyi-bunyi dan pola-pola kalimat yang sampai ke telinga.

· Bauer mengemukakan menyimak adalah kemampuan seseorang untuk menyimpulkan makna suatu wacana lisan yang didengar tanpa harus menerjemahkan kata demi kata.

· Selanjutnya Urbana mengatakan menyimak adalah suatu proses penulisan bahasa yang dimaknai ke dalam pikiran (Listening the process by which spoken language is converted to meaning in the mind).

· Maka menyimak adalah proses bahasa yang terdiri dari bunyi-bunyi yang dimaknai atau dipahami yang diproses lewat pikiran atau syaraf pendengaran seseorang.

Tahap–Tahap Menyimak

Secara garis besar terdapat sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai kepada yang bersungguh-sungguh. Adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut.

1. Menyimak secara sadar : menyimak ini bersifat berkala, hanya terjadi saat siswa merasakan terlibat langsung dalam pembicaraan.

2. Menyimak berseling atau ada gangguan : menyimak ini terjadi saat siswa mendengarkan secara intensif tetapi bersifat sementara atau dangkal.

3. Setengah mendengarkan : saat mendengarkan, siswa menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hatinya, mengutarakan apa yang terpendam dalam hatinya.

4. Menyimak bersungguh-sungguh : menyimak secara asyik dan nyata selama pemahaman pasif yang sesungguhnya.

5. Menyimak sekali-kali : pada saat menyimak, perhatian penyimak bergantian dengan keasyikan dengan gagasan yang dikandung oleh kata-kata sang pembicara ke dalam hati dan pikiran penyimak.

6. Menyimak sosiatif : pada saat menyimak, penyimak mengingat pengalaman pribadi sehingga sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan oleh pembicara.

7. Menyimak secara berkala : saat menyimak reaksi penyimak terhadap pembicara secara berkala dengan membuat komentar atau membuat pertanyaan.

8. Menyimak secara saksama : menyimak secara saksama dan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara.

9. Menyimak secara aktif : menyimak untuk mendapatkan serta menemukan pikiran dan pendapat sang pembicara.( Djago Tarigan, 1989, 4 )

Tujuan Menyimak

Tujuan utama menyimak menurut Logan adalah untuk menangkap, memahami atau menghayati pesan ide gagasan yang tersirat pada bahan simakan. Tujuan yang bersifat umum tersebut dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Adapun tujuan menyimak menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan fakta : mendapatkan fakta dapat dilakukan melaui penelitian, riset, eksperimen, dan membaca. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menyimak melalui radio, tv, dan percakapan.

2. Menganalisis fakta : fakta atau informasi yang telah terkumpul dianalisis. Kaitannya harus jelas pada unsur-unsur yang ada, sebab akibat yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan penyimak harus dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak dalam bidang yang sesuai.

3. Mendapatkan inspirasi : dapat dilakukan dalam pertemuan ilmiah atau jamuan makan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ilham. Penyimak tidak memerlukan fakta baru. Mereka yang datang diharapkan untuk dapat memberikan masukan atau jalan keluar berkaitan dengan masalah yang dihadapi.

4. Menghibur diri : para penyimak yang datang untuk menghadiri pertunjukkan sandiwara, musik untuk menghibur diri. Mereka itu umumnya adalah orang yang sudah jenuh atau lelah sehingga perlu menyegarkan fisik, mental agar kondisinya pulih kembali.

Jenis-jenis Menyimak

Menurut Dawson dalam Tarigan, jenis menyimak dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Menyimak ekstensif

Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang penting saja.

Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat:

a. Menyimak sekunder : yaitu sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.

b. Menyimak estetik : dalam menyimak estetik penyimak duduk terpaku menikmati suatu pertunjukkan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku.

c. Menyimak pasif : menyimak pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya penyimak pada saat belajar dengan teliti.

d. Menyimak sosial : menyimak ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang mengobrol, bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang dan saling menyimak satu dengan yang lainnya, untuk merespon yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan atau dikatakan orang.

2. Menyimak intensif

Menyimak untuk jenis ini bahan-bahan yang disimak harus dipahami serta dirinci, diteliti dan lebih mendalam. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan, bimbingan dari guru.

Adapun yang tergolong menyimak intensif ada lima yaitu:

a. Menyimak kritis : menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembicara.

b. Menyimak konsentratif : menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari penyimak agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik.

c. Menyimak kreatif : menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang. Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu.

d. Menyimak interogatif : menyimak interogatif merupakan kegiatan menyimak yang menuntut konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak.

e. Menyimak eksploratori : menyimak eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak dengan tujuan menemukan :

1. hal-hal baru yang menarik

2. informasi tambahan mengenai suatu topik

3. isu, pergunjingan atau buah bibir yang menarik.

Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Menyimak

Menurut ( Tarigan, 1989: 34 ) ada empat faktor untuk menentukan keberhasilan menyimak yaitu:

1. Faktor Pembicara

Ada enam tuntutan yang harus dipenuhi pembicara yaitu;

a. Penguasaan materi : pembicara harus menguasai materi yang akan disampaikan. Pembicara dalam menyampaikan materi harus menguasai, memahami, menghayati apa yang disampaikan pada penyimak.

b. Berbahasa baik dan benar : pembicara dalam menyampaikan isi pembicaraan harus menggunakan ucapan yang jelas, intonasi yang tepat, kalimat yang sederhana dan istilah yang tepat. Selain itu isi pembicaraan harus sesuai dengan tarap penyimaknya.

c. Percaya diri : pembicara harus percaya diri, tampil dengan mantap serta menyakinkan penyimak.

d. Berbicara sistematis : pembicaraan yang disampaikan harus sistematis dan bahan yang disampaikan mudah dipahami.

e. Gaya menarik : pembicara harus tampil menarik dan simpatik, tidak bertingkah laku berlebihan karena akan membuat penyimak beralih dari isi pesan ke tingkah laku yang dianggap aneh.

f. Kontak dengan penyimak : dalam berbicara, pembicara harus kontak dengan penyimak dan menghargai, menghormati serta menguasai para penyimak.

2. Faktor Pembicaraan

a. Aktual : pembicaraan yang disampaikan harus baru atau hangat, karena ini akan menarik dan diminati oleh penyimaknya.

b. Bermakna : pembicaraan yang disampaikan harus bermakna dan berguna bagi penyimaknya Dalam hal ini setiap materi yang disampaikan tidaklah semua bermakna bagi penyimaknya, ini tergantung dari kebutuhan penyimaknya.

c. Sistematis : dalam berbicara, pembicaraan yang disampaikan harus sistematis agar mudah dipahami oleh penyimaknya.

d. Seimbang : Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf kemampuan. Penyimak yaitu mudah dipahami dan berguna bagi penyimaknya.

3. Situasi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam situasi proses menyimak.

a. Ruangan : dalam menyimak, ruangan perlu diperhatikan yaitu ruangan yang memenuhi persyaratan. Misalnya penerangan, tempat duduk, tempat pembicara, luas ruangan dan alat-alatnya.

b. Waktu : waktu sangat penting dalam menyimak karena ini akan mempengaruhi si penyimak. Pilihlah waktu yang tepat misalnya; pada pagi hari saat menyimak masih segar dan rilek.

c. Tenang : suasana dan lingkungan yang tenang serta nyaman sangat mempengaruhi proses menyimak. Apabila suasana kurang tenang, maka proses penyimakan pun kurang berhasil dengan baik.

d. Peralatan : peralatan yang digunakan dalam menyimak harus mudah dioperasikan karena kalau tidak dapat digunakan dan tidak baik akan mengganggu penyimak.


4. Penyimak

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri si penyimak.

a. Kondisi : dalam menyimak, kondisi dan mental penyimak harus baik karena ini sangat menunjang dalam menyimak.

b. Konsentrasi : penyimak harus memusatkan perhatian terhadap bahan simakan. Hindari hal-hal yang mengganggu konsentrasi penyimak.

c. Bertujuan : dalam menyimak, penyimak harus mempunyai tujuan agar dalam merumuskan tujuan secara tegas mempunyai arah dan keinginan dalam menyimak.

d. Berminat : penyimak dalam menyimak harus berminat atau berusaha meminati. Bahan yang disimak dikembangkan melalui bimbingan dan latihan yang intensif.

Ciri-ciri Penyimak yang Baik

Setiap manusia yang lahir dalam keadaan yang normal tentu sudah mempunyai potensi yang baik untuk menyimak. Potensi ini perlu dipupuk dan dikembangkan melalui bimbingan dan latihan yang intensif. Tetapi kebiasaan menyimak yang baik hendaknya dipahami oleh seorang penyimak, sehingga dapat menghilangkan kebiasaan-kebiasaan tidak baik yang mereka lakukan dalam proses menyimak. Menurut Anderson berikut ini ciri-ciri penyimak yang baik.

a. Siap fisik dan mental

Penyimak yang baik ialah penyimak yang betul-betul mempersiapkan diri untuk menyimak. Ia memiliki kesiapan fisik dan mental misalnya, dalam kondisi yang sehat, tidak lelah, mental stabil, dan pikiran jernih.

b. Konsentrasi

Penyimak yang baik dapat memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap apa yang disimak. Bahkan ia dapat menghubungkan bahan yang disimak dengan apa yang sudah diketahui.

c. Bermotivasi

Penyimak yang baik mempunyai motivasi atau mempunyai tujuan tertentu. Misalnya; ingin menambah pengetahuan, ingin mempelajari sesuatu. Ada tujuan atau motivasi ini tentunya untuk memotivasi penyimak untuk sungguh-sungguh menyimak.

d. Objektif

Penyimak yang baik adalah penyimak yang selalu tahu tentang apa yang sedang dibicarakan dan sebaiknya penyimak selalu menghargai pembicara, walaupun pembicara kurang menarik penampilannya atau sudah dikenal oleh penyimak.

e. Menyimak secara utuh (menyeluruh)

Penyimak yang baik akan menyimak secara utuh atau keseluruhan. Si penyimak tidak hanya menyimak yang disukai tetapi menyimak secara keseluruhan.

f. Selektif

Penyimak yang baik dapat memilih bagian-bagian yang dianggap penting dari bahan simakan. Tidak semua bahan simakan diterima begitu saja, tetapi ia dapat menentukan bagian yang dianggap penting.

g. Tidak mudah terganggu

Penyimak yang baik tidak mudah terganggu oleh suara-suara yang lain di luar bunyi yang disimaknya. Andaikata ada gangguan yang membedakan perhatiannya, dengan cepat ia kembali kepada bahan yang disimaknya.

h. Menghargai pembicara

Penyimak yang baik adalah penyimak yang menghargai pembicara. Penyimak tidak boleh menganggap remeh terhadap pembicara.

i. Cepat menyesuaiakan diri dan kenal arah pembicaraan

Penyimak yang baik dapat dengan cepat menduga ke arah mana pembicaraan bahkan mungkin ia dapat menduga garis besar isi pembicaraan.

j. Tidak emosi

Penyimak yang baik dapat menyimak dengan baik terhadap pokok pembicaraan serta dapat mengendalikan emosinya dan tidak mencela pembicara.

k. Kontak dengan pembicara

Penyimak yang baik mencoba mengadakan kontak dengan pembicara. Misalnya dengan memperhatikan pembicara, memberikan dukungan kepada pembicara melalui mimik, gerak atau ucapan tertentu.

l. Merangkum

Penyimak yang baik dapat menangkap isi pembicaraan atau bahan simakan. Misalnya dengan membuat rangkuman dan menyajikan atau menyampaikannya sesudah selesai menyimak. Namun perlu diingat, selama menyimak jangan hanya asyik membuat catatan-catatan. Apabila mencatat semua yang diucapkan atau semua yang disampaikan pembicara, sehingga pesan pembicara tidak lagi dapat dipahami.

m. Menilai

Penyimak yang baik ialah proses penilaian terhadap materi yang disampaikan. Pada saat ini penyimak mulai menimbang, memeriksa, membandingkan apakah pokok-pokok pikiran yang dikemukakan si pembicara dikaitkan atau dihubungkan dengan pengalaman atau pengetahuan si penyimak, sehingga ia dapat menilai kekuatan bahan simakan tersebut.

n. Mendengarkan tanggapan

Bagian terakhir dari proses menyimak ialah mengevaluasi bahan simakan. Penyimak mengemukakan tanggapan atau reaksi misalnya, dengan mengemukakan komentar. Reaksi akan terlihat dalam bentuk bahasa dan terpancar dari ucapan-ucapan yang pendek seperti; wah, menarik sekali, bagus, setuju, sependapat dan sebagainya.

Cara Meningkatkan Prilaku Menyimak

Menurut Mc. Cabe dan Bender dalam Tarigan, ada beberapa langkah untuk meningkatkan keterampilan menyimak, yaitu :

a. Menerima keanehan sang pembicara

Penyimak rela atau mau menerima keanehan atau keganjilan yang terdapat pada penampilan pembicara.

b. Memperbaiki sikap

Penyimak tidak berpura-pura menyimak pikirannya telah melayang ke mana-mana.

c. Memperbaiki lingkungan

Pilihlah tempat yang memungkinkan untuk menyimak lebih baik, jangan memilih tempat duduk dekat pintu tempat para partisipan keluar masuk.

d. Meningkatkan pembuatan catatan

Dalam menyimak sebaiknya apa yang disimak harus dicatat inti-intinya saja. Catatan yang baik dan bermutu tidak tergantung pada panjangnya catatan, tetapi pada ketepatan memilih butir-butir gagasan yang penting dalam kalimat.

e. Menyaring tujuan menyimak yang spesifik

Menetapkan tujuan khusus dalam menyimak akan membantu kita memusatkan perhatian pada kegiatan menyimak. Andaikata kita menyimak mempunyai tujuan menangkap garis besar argumen utama sang pembicara, maka sebaiknya kita memusatkan perhatian ke arah yang dituju.

f. Memanfaatkan waktu secara bijaksana

Kecepatan dalam menyimak jauh lebih cepat daripada kecepatan berbicara. Oleh karena itu perlu direncanakan penggunaan waktu secara diferensial. Arahakanlah penyimakan kepada sang pembicara dan ramalkanlah ide-idenya yang baru. Gunakanlah waktu semaksimal mungkin untuk menyimak pembicaraan yang sedang berlangsung.

g. Menyimak secara rasional

Dalam menyimak harus disadari kadangkala kita mereaksi emosional, ini dapat mempengaruhi kegiatan menyimak. Oleh sebab itu kita harus menahan emosi dengan cara memusatkan perhatian pada pembicaraan yang sedang berlangsung.

h. Berlatih menyimak bahan-bahan yang sulit

Dalam menyimak biasakanlah berlatih menyimak bahan atau materi sulit yang diutarakan pembicara. Perluaslah wawasan dengan menerima tantangan karena dengan tantangan maka pengetahuan akan bertambah.

SILABUS UMUM BAHASA INDONESIA KELAS VIII SEMESTER 1 SMP SANTA LAURENSIA TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Ø DESKRIPSI KEGIATAN PEMBELAJARAN

Bahasa Indonesia memiliki peran dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik di Indonesia dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Ø TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Siswa mampu :

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara.

3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa

6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.


Ø SILABUS KEGIATAN PEMBELAJARAN

No.

Materi

Menyimak

Berbicara

Membaca

Menulis

1

Laporan perjalanan

· Menganalisis laporan

· Menanggapi isi laporan

Menya­mpaikan laporan se­cara lisan dengan ba­hasa yang baik dan benar

Menulis laporan de­ngan baha­sa yang ba­ik dan be­nar

2

Mengajukan Rencana Kegiatan Penelitian

Menulis proposal dan surat dinas berkenaan de­ngan kegi­atan penelitian dengan sis­te­matika yang tepat dan bahasa baku

3

Mewawancarai pengusaha/ wiraswasta

Ber­wa­wan­­cara de­ngan nara­sumber dari berbagai kalangan dengan perhatikan etika ber­wawancara

· Mene­mu­kan infor­masi seca­ra cepat dan tepat dari ensik­lopedi / Bu­­­ku tele­pon de­ngan mem­baca me­mindai

· Mendeskripsikan tem­pat atau arah dalam kon­teks yang se­benarnya se­suai de­ngan yang tertera dalam denah

Menulis petunjuk me­lakukan sesu­atu dengan urutan yang tepat dan meng­guna­kan bahasa yang efektif

4

Membaca Cepat

Menyim­pul­kan isi suatu teks dengan membaca ce­pat 250 kata per menit

Apresiasi Sastra

5

Drama

· Menanggapi unsur pementasan naskah drama

· Menge­valu­asi pemeran tokoh dalam pementasan drama

Mengiden­tifikasi unsur intrinsik teks drama

· Menulis kreatif nas­kah drama 4 babak dengan mem­perhatikan keaslian ide

· Menulis kreatif nas­kah drama 4 babak de­ngan mem­perhatikan ka­idah penu­lisan naskah drama


Ø TUNTUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Siswa diharapkan :

1. berpartisipasi secara aktif dalam diskusi kelas dan kegiatan pembelajaran yang lain.

2. memiliki sikap pro-aktif dan kreatif selama pelajaran berlangsung serta di luar kegiatan pembelajaran.

3. selalu mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan secara tepat waktu.

4. Selalu membawa perlengkapan belajar (buku teks, buku catatan, buku latihan, dan teks-teks yang diperlukan untuk pembahasan materi).

Ø KRITERIA PENILAIAN

Kompetensi siswa akan diukur berdasarkan :

· Tes

ü Kuis (15%) dan Ulangan Harian (30%)

Kuis

Kuis tes tertulis (paper and pencil test) dan bersifat mendadak/tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Kuis berfungsi untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat diberikan lebih dari sekali. Kuis diberi nilai.

Ulangan Harian

Ulangan Harian pun merupakan dapat berupa tes tertulis (paper and pencil test) maupun tes unjuk kerja (demonstrative test) yang diberikan pada akhir bab. Bobot dan tingkat kesulitannya lebih tinggi dari kuis dan lebih bersifat uraian serta penjelasan.

ü Mid Tes (15%) dan Final Tes (25%)

Mid tes

Tes tertulis yang dilakukan di tengah-tengah Semester I dan Semester II. Materi mid diambil dari materi pelajaran yang telah disampaikan.

Final Tes (Ulangan Umum)

Tes tertulis dilakukan pada saat akhir Semester I. Bahan final tes Semester I meliputi seluruh pelajaran di Semester I.

· Tugas -tugas

ü Academic Prompt (25%)

Merupakan bentuk penilaian yang mengukur tingkat kognitif dan keterampilan siswa. Penilaian berdasarkan standar yang tertuang dalam rubrik. Academic Prompt tidak terintegrasi dengan pelajaran yang lain. Standar minimum penilaian meliputi: bobot/isi, penampilan (performa), sistematika, dan kreativitas. Waktu pengerjaan relatif singkat. Beberapa contoh meliputi: debat, diskusi, presentasi, menulis, mendengar, unjuk kerja, bermain peran, dll.

ü Projek (30%)

Projek bersifat kompleks dan menantang, menyerupai kondisi riil dalam kehidupan sehari-hari (simulasi dari keadaan riil orang dewasa). Rentang waktu pengerjaannya lebih panjang dibanding Academic Prompt. Penilaiannya menggunakan rubrik. Projek terintegrasi dengan bidang studi Pendidikan Agama, PKn, dan Bimbingan Konseling (BK), dan berupa tugas individu.