Suatu karya sastra menciptakan dunianya sendiri yang berbeda dari dunia nyata. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia karya sastra merupakan fiksi yang tidak berhubungan dengan dunia nyata. Karena menciptakan dunianya sendiri, karya sastra tentu dapat dipahami berdasarkan apa yang ada (intrinsik) atau secara eksplisit tertulis dalam teks tersebut.
Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif) (Herman J. Waluyo. 2002. Apresiasi Puisi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hal. 1)
Unsur Pembentuk Puisi
Puisi terbentuk dari 2 unsur, yaitu :
1. Unsur Intrinsik
Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri.
Unsur intrinsik puisi terbagi menjadi 2, meliputi :
A. Unsur bentuk/kebahasaan, meliputi :
1. Pemadatan bahasa
2. Pemilihan kata khas (diksi)
3. Kata konkret
4. Pengimajian (pencitraan)
5. Irama (ritme)
6. Tata wajah (tipografi
B. Unsur makna, meliputi :
1. Tema
2. Nada dan suasana
3. Perasaan
4. Amanat
2. Unsur ekstrinsik
Yang dimaksud unsur-unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang terdapat di luar teks karya sastra itu.
Unsur ekstrinsik puisi meliputi :
1. Jenis kelamin pengarang
2. Latar belakang pendidikan, suku, agama, sosial-budaya pengarang
3. Pandangan ideologi pengarang
4. dsb
A. UNSUR BENTUK/KEBAHASAAN PUISI
1. Pemadatan Bahasa
Bahasa dipadatkan agar berkekuatan gaib. Maka, puisi berupa kata-kata yang membentuk larik dan bait yang memiliki makna yang lebih luas dari kalimat.
Contoh :
Doa
karya : Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
CayaMu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Bait pertama puisi tersebut terdiri atas tiga larik, yang masing-masing larik tidak dapat disebut kalimat. Kunci utama bait itu adalah kata termangu. Mungkin penyair ingin mengatakan bahwa di dalam kegoyahan imannya kepada Tuhan, (termangu), ia masih menyebut nama Tuhan (dalam doa-doanya). Bait kedua dengan kata kunci susah. Ditafsirkan bahwa penyair sangat sulit berkonsentrasi dalam doa untuk berkomunikasi kepada Tuhan secara total (penuh seluruh). Bait ketiga kata kuncinya adalah lilin. Penyair ingin menyatakan bahwa cahaya iman dari Tuhan tinggal cahaya kecil di lubuk hati penyair yang siap padam (karena kegoncangan iman).
2. Pemilihan Kata Khas (Diksi)
Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan dari aspek dan efek pengucapannya, serta dapat mewakili pikiran dan suasana hati penyair.
Diksi muncul karena adanya :
a. Makna Kias (konotatif)
Contoh :
Aku
Karya Chairil Anwar
Aku ini binatang jalan
Dari kumpulannya terbuang
................................................................. .
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri(h)
Larik binatang jalang dari kumpulannya berbuang dapat diartikan orang yang selalu bersikap memberontak dan berada di luar organisasi formal. Karena yang sakit bukan fisik, tetapi jiwanya, maka luka dan bisa (akan) dibawa berlari. Terus berlari. Dengan berlari itu akan hilang pedih peri(h). Kalau yang luka fisiknya, tentunya akan sulit hilang pedih perihnya dengan dibawa berlari (malah semakin parah pedih dan perihnya). Tetapi, karena yang luka adalah jiwa, maka dengan dibawa berlari (tidak dihiraukan) pedih perih luka itu akan hilang.
b. Lambang (simbol)
Dalam puisi banyak digunakan lambang yaitu penggantian suatu hal/benda dengan hal/benda lain. Ada lambang yang bersifat lokal, kedaerahan, nasional, ada juga yang bersifat universal (berlaku untuk semua manusia). Misal bendera adalah lambing identitas Negara, dan bersalaman adalah lambang persahabatan, pertemuan, atau perpisahan.
Contoh :
Surat Kepada Bunda tentang Calon Menantunya
Karya : Rendra
…………………
Burung dara jantan yang nakal
Yang sejak dulu kau piara
Kini terbang dan telah menemu jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang yang kaubuatkan
Dan tiada akan pulang
Buat selama-lamanya
…………………
Diri penyair sebagai orang yang setia dilambangkan dengan burung dara jantan.
c. Persamaan Bunyi atau Rima
Pemilihan kata di dalam sebuah baris puisi maupun dari satu baris ke baris lain mempertimbangkan kata-kata yang mempunyai persamaan bunyi yang harmonis. Bunyi-bunyi yang berulang ini menciptakan konsentrasi dan kekuatan bahasa atau sering disebut daya gaib kata seperti mantra.
Contoh :
Doa
Karya : Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
…………………………………..
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
…………………………….
Catatan :
Pemilihan kata khas dapat pula dibentuk dengan menggunakan majas atau gaya bahasa (lihat jenis-jenis majas)
Jenis-jenis rima :
1. Dilihat secara vertikal (persamaan bunyi pada akhir baris dalam satu bait)
a. Rima sejajar (polanya a-a-a-a)
b. Rima kembar (polanya a-a-b-b)
c. Rima berpeluk (polanya a-b-b-a)
d. Rima bersilang (polanya a-b-a-b)
2. Dilihat secara horizontal persamaan bunyi pada setiap kata dalam satu baris)
a. Aliterasi : persamaan bunyi konsonan pada setiap kata dalam satu baris
b. Asonansi ; persamaan vokal pada akhir kata dalam satu baris
4. Kata Konkret
Jika penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret, ia akan memberikan penggambaran dengan kata-kata dengan tujuan agar kata yang dimaksud dapat lebih menggambarkan objek visualnya.
Contoh :
Ballada Terbunuhnya Atmo Karpo
Karya : W.S. Rendra
Dengan kuku-kuku besi, kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat, gosokkan tubuhnya pada pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawipun telanjang
Kuku besi = kaki kuda
Kulit bumi = jalan yang tidak beraspal
Penunggang perampok yang diburu = Atmo Karpo, seorang perampok, yang menunggang kuda
Surai bau keringat basah = perjalanan yang sangat melelahkan
Jenawi (= samurai) pun telanjang = keadaan siap berperang
5. Pengimajian (Pencitraan)
Pengimajian dalam puisi dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
a. Imaji / citraan visual
Pengimajian dengan menggunakan kata-kata yang menggambarkan seolah-olah objek yang dicitrakan dapat dilihat.
Contoh :
Gadis Peminta-minta
Karya : Toto Sudarto Bachtiar
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
b. Imaji / citraan auditif
Pengimajian dengan menggunakan kata-kata ungkapan seolah-olah objek yang dicitrakan sungguh-sungguh didengar oleh pembaca.
Contoh :
Asmarandana
Karya : Goenawan Mohamad
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun
Karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati.
Ketika langit bersih menampakkan bima sakti
…
c. Imaji taktil (perasaan)
Pengimajian dengan menggunakan kata-kata yang mampu mempengaruhi perasaan pembaca sehingga ikut terpengaruh perasaannya.
Contoh :
Yang Terampas dan Yang Putus
Karya : Chairil Anwar
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku
menggigit juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru angin
6. Irama (Ritme)
Irama (ritme) berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Irama juga berarti pergantian keras-lembut, tinggi-rendah, atau panjang-pendek secara berulang-ulang dengan tujuan menciptakan gelombang yang memperindah puisi.
Contoh :
Menyesal
Karya ; Ali Hasjmy
Pagiku hilang / sudah melayang
Hari mudaku / telah pergi
Kini petang / dating membayang
Batang usiaku / sudah tinggi
7. Tata Wajah (Tipografi)
Terkadang bait-bait suatu puisi (terutama puisi modern) tersusun membentuk bentuk tertentu. Hal tersebut memang disengaja oleh pengarangnya dengan tujuan semakin mempertegas tema atau maksud yang ingin disampaikan pengarang.
Contoh :
Tragedi Winka dan Sihka
Karya : Sutardji Calzoum Bachri
|
|
|
|
|
| kawin |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| kawin |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| kawin |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| kawin |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| kawin |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| ka |
|
|
|
|
|
|
|
|
| win |
|
|
|
|
|
|
|
|
| ka |
|
|
|
|
|
|
|
|
| win |
|
|
|
|
|
|
|
|
| ka |
|
|
|
|
|
|
|
|
| win |
|
|
|
|
|
|
|
| | ka |
|
|
|
|
|
|
|
|
| win |
|
|
|
|
|
|
|
|
| ka |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| winka |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| winka |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| winka |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| winka |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| winka |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| winka |
|
|
|
|
|
|
|
|
| sih |
|
|
|
|
|
|
|
|
| ka |
|
|
|
|
|
|
|
|
| sih |
|
|
|
|
|
|
|
|
| ka |
|
|
|
|
|
|
|
|
| sih |
|
|
|
|
|
|
|
|
| sih |
|
|
|
|
|
|
|
|
| sih |
|
|
|
|
|
|
|
|
| sih |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ka |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| sih |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| sih |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| sih |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| sih |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| sih |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| sih |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| ka |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| ku |
|
|
|
Keterangan :
Winka kebalikan dari kawin, yang dapat diartikan sebagai perkawinan yang gagal. Sihka kebalikan dari kasih, artinya karena perkawinannya gagal, kasih itu menjadi kebencian. Baris menuju ke kanan artinya makin besar tingkatannya, sedangkan baris yang menjauh ke kiri artinya makin mengecil. Sementara larik yang terdiri hanya satu suku kata bias bermakna orang yang kawin itu sudah putus dan menjalani hidup sendiri-sendiri.
B. UNSUR MAKNA PUISI
1. Tema Puisi
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Ciri-ciri tema puisi :
· Tema mengacu pada penyair
· Tema bersifat khusus (diacu dari penyair)
· Objektif (semua pembaca harus menafsirkan sama)
· Lugas (bukan bermakna kias yang diambil dari konotasinya.
Contoh tema-tema dalam puisi :
No. | Jenis Tema | Judul Puisi | Pengarang |
1 | Ketuhanan | YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS kelam dan angin lalu mempesiang diriku, menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
di Karet, di Karet (daerahku yang akan datang) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu; tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku | Chairil Anwar |
|
| Anakku Engkau datang menghintai hidup Engkau datang menunjukkan muka Tapi sekejap matamu kau tutup, Melihat terang anaknda tak suka.
Mulut kecil tiada kau buka, Tangis teriakmu tak kan diperdengarkan Alamat hidup wartakan suka, Kau diam, anakku, kami kau tinggalkan.
Sedikitpun matamu tak mengerling, Memandang ibumu sakit berguling Air matamu tak bercucuran, Tinggalkan ibumu tak berpenghiburan | J.E. Tatengkeng |
|
| Padamu Jua Habis kikis Segera cintaku hilang terbang Pulang kembali aku padamu Seperti dahulu Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu
Satu kekasihku Aku manusia Rindu rasa Rindu rupa Di mana engkau Rupa tiada Suara sayup Hanya kata merangkai hati Engkau cemburu Engkau ganas Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas Nanar aku, gila sasar Sayang berulang padamu jua Engkau pelik menarik ingin Serupa dara dibalik tirai Kasihmu sunyi Menunggu seorang diri Lalu waktu – bukan giliranku Matahari – bukan kawanku. | Amir Hamzah |
|
| CANDI MENDUT Di dalam ruang yang kelam terang Berhala Budha di atas takhta, Wajahnya damai dan tenung tenang, Di kiri dan kanan Bodhisatwa. Waktu berhenti di tempat ini Tidak berombak, diam semata; Azas berlawan bersatu diri, Alam sunyi, kehidupan rata. Diam hatiku, jangan bercita, Jangan kau lagi mengandung rasa, Mengharap bahagia dunia Maya Terbang termenung, ayuhai, jiwa, Menuju kebiruan angkasa, Kedamaian Petala Nirwana. | Sanusi Pane |
|
| DOA kepada pemeluk teguh
Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku di pintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling | Chairil Anwar |
|
| Tuhanku (Penulis blog belum menemukan puisi ini)
| Kirdjo Mulyo |
|
| BALLADA PENYALIBAN JESUS berjalan ke Golgota disandangnya salib kayu bagai domba kapas putih.
Tiada mawar-mawar di jalanan tiada daun-daun palma domba putih menyeret azab dan dera merunduk oleh tugas teramat dicintai dan ditanamkan atas maunya.
Mentari meleleh segala menetes dari luka dan leluhur kita Ibrahim berlutut, dua tangan pada Bapa: - Bapa kami di sorga telah terbantai domba paling putih atas altar paling agung. Bapa kami di sorga berilah kami bianglala !
ia melangkah ke golgota jantungnya berwarna paling agung mengunyah dosa demi dosa dikunyahnya dan betapa getirnya.
Tiada jubah terbentang di jalanan bunda menangis dengan rambut pada debu dan menangis pula segala perempuan kota.
Perempuan ! mengapa kau tangisi diriku dan tiada kau tangisi dirimu? Air mawar merah dari tubuhnya menyiram jalanan kering jalanan liang-liang jiwa yang papa dan pembantaian berlangsung atas taruhan dosa.
Akan diminumnya dari tuwung kencana anggur darah lambungnya sendiri dan pada tarikan napas terakhir bertuba: - Bapa selesailah semua ! | W.S. Rendra |
|
| SENANDUNG NATAL Nyanyi suci di dalam hati Mengalun setanggi sesela hati Adik mengapa dikau sendiri Bersama abang mari ziarah ke gereja suci
Sunyi hati di gelap hari Serangga mati di nyala api Kristus janganlah pergi sertai kami dalam sepi jalan sendiri
Dan bulan, kerinduan yang dalam menikam nurani pengembara di perlawatan Tuhan di palungan betapa pun kebesaran Manusia nikmat tertidur di peristirahatan
Nyanyi suci di malam sepi Mengalun hati diayun setanggi Adik mari berlutut di sini Tuhan hadir bagi insani
Sunyi suci di gelap dini Berayun hati digetar nyanyi Dan adik mari bukakan diri Kristus istirahatlah di hati kami
Kristus! Lindungilah dan berkati Ajar kami berendah hati Dan biarlah tanganmu suci di dahi kami tersilang aman abadi | Suparwoto Wiraatmadja |
|
| Doa Betapapun, ya Allah jangan palingkan WajahMu Betapapun kusandang dosa-dosaku dan dengan rasa malu aku datang menghadapMu | Budiman S. Hartoyo |
|
| Perahu Kertas Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di tepi kali; alirnya Sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan. “Ia akan singgah di bandar-bandar besar,” kata seorang lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan berbagai gambar warna-warni di kepala. Sejak itu kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari perahu yang tak pernah lepas dari rindu-mu itu. Akhirnya kau dengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya, “Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit.” | Sapardi Djoko Damono |
|
| Siapakah Engkau Aku adalah Adam yang telah memakan apel itu; Adam yang tiba-tiba sadar Kehadirannya sendiri Terkejut dan merasa malu Aku adalah Adam yang kemudian mengerti Baik dan buruk, yang mencoba lolos Dari dosa ke lain dosa; Adam yang selalu mengawasi diri sendiri Dengan rasa curiga Dan berusaha menutupi wajahnya Akulah tak lain Adam yang menggelepar Dalam jarring waktu dan tempat Tak tertolong lagi dari kenyataan; Firdaus yang hilang; Lantaran kesadaran dan curiga yang berlebih Atas Kehadirannya sendiri Aku adalah Adam Yang mendengar suara Tuhan : Selamat berpisah, Adamdalah Adam i.110mbiar, 1955 kan tipografi pada puisinya? atinya dengan menggunakan kata-kata tertentu, yaitu : | Sapardi Djoko Damono |
|
| 99 Untuk Tuhanku Tuhanku kususun 99ku agar sampai pada O dan kulahirkan kembali 1–ku sampai 99ku yang baru. Tuhanku kususun 99 nafasku untuk meniru-Mu mendekati watak-Mu dan menjadi hati-Mu Tuhanku ini bukan pusi bukan keindahan ini hanya cinta sunyi yang jadi menggelikan karena kuucapkan. Tuhanku aku hanya kepunyaan-Mu aku tidak asli aku tak sejati aku hanya mulut-Mu jiwa menganga menunggu-Mu tiba dari dunia ke dunia dari semesta ke semesta | Emha Ainun Najib |
|
| Sujud Sujud...Bagaimana engkau hendak bersujud pasrah Sedang wajahmu yang bersih sumringah Keningmu yang mulia dan indah begitu pongah minta sajadah agar tak menyentuh tanah Apakah kau melihatnya seperti iblis saat menolak menyembah Bapamu dengan congkak Tanah hanya patut diinjak, tempat kencing dan berak Membuang ludah dan dahak atau paling jauh hanya lahan pemanjaan nafsu, serakah dan tamak Apakah kau lupa bahwa tanah adalah Bapa darimana ibumu dilahirkan Tanah adalah ibu yang menyusuimu dan memberi makan Tanah adalah kawan yang memelukmu dalam kesendirian Dalam perjalanan panjang menuju keabadian Singkirkan saja sajadah mahalmu Ratakan keningmu ..Ratakan heningmu ..Tanahkan wajahmu Pasrahkan jiwamu, Biarlah rahmat agung Allah membelaimu Dan terbanglah kekasih Bagimu..Bagimu kutancapkan kening kebanggaanku pada rendah tanah Telah kuamankan sedapat mungkin imanku.. Kuselamat selamatkan Islamku..Kini dengan segala milik-Mu ini Kuserahkan kepada-Mu Allah...Terimalah Kepala bergengsi yang terhormat ini..dengan kedua mata yang mampu menangkap gerak gerik dunia Kedua telinga yang dapat menyadap kersik kersik berita Hidung yang bisa mencium wangi parfum hingga borok manusia Mulut yang sanggup menyulap kebohongan jadi kebenaran Seperti yang lain hanyalah sepersekian percik tetes anugerah-Mu Alangkah amat mudahnya Engkau melumatnya Allah Sekali Engkau lumat terbanglah cerdikku..terbanglah gengsiku..terbanglah kehormatanku Terbanglah kegagahanku..Terbanglah kebanggaanku..terbanglah mimpiku terbanglah hidupku Allah jika terbang terbanglah sekarang pun aku pasrah Asal menuju haribaan-Mu...Rahmatmu | Mustofa Bisri |
|
| Doa Ahasyah | Mustofa Bisri |
2 | Kemanusiaan | Gadis Peminta-minta setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil senyummu terlalu kekal untuk kehal duka tengadah padaku, pada bulan merah jambu tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa ingin aku ikut gadis kecil berkaleng kecil pulang ke bawah jembatan yg melulur sosok hidup dari kehidupan angan-angan yg gemerlapan gembira dari kemayaan riang duniamu lebih tinggi dari menara katedral melintas-lintas di atas air kotor, tapi yg begitu kau hafal jiwa begitu murni, terlalu murni untuk bisa membagi dukaku kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil bulan di atas itu, tak ada yang punya dan kotaku, oh kotaku hidupnya tak lagi punya tanda | Toto Soedarto Bachtiar |
|
| Orang-Orang Miskin Orang-orang miskin di jalan, yang tinggal di dalam selokan, yang kalah di dalam pergulatan, yang diledek oleh impian, janganlah mereka ditinggalkan. Angin membawa bau baju mereka. Rambut mereka melekat di bulan purnama. Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala, mengandung buah jalan raya. Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa. Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya. Tak bisa kamu abaikan. Bila kamu remehkan mereka, di jalan kamu akan diburu bayangan. Tidurmu akan penuh igauan, dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka. Jangan kamu bilang negara ini kaya karena orang-orang berkembang di kota dan di desa. Jangan kamu bilang dirimu kaya bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya. Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu. Dan perlu diusulkan agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda. Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa. Orang-orang miskin di jalan masuk ke dalam tidur malammu. Perempuan-perempuan bunga raya menyuapi putra-putramu. Tangan-tangan kotor dari jalanan meraba-raba kaca jendelamu. Mereka tak bisa kamu biarkan. Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol. Mereka akan menjadi pertanyaan yang mencegat ideologimu. Gigi mereka yang kuning akan meringis di muka agamamu. Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap akan hinggap di gorden presidenan dan buku programma gedung kesenian. Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah, bagai udara panas yang selalu ada, bagai gerimis yang selalu membayang. Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau tertuju ke dada kita, atau ke dada mereka sendiri. O, kenangkanlah : orang-orang miskin juga berasal dari kemah Ibrahim | W.S. Rendra |
3 | Patriotisme | DIPONEGORO Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri Menyediakan api.
Punah di atas menghamba Binasa di atas ditindas Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai
Maju Serbu Serang Terjang | Chairil Anwar |
|
| KRAWANG-BEKASI Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi. Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat Berikan kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi | Chairil Anwar |
|
| PAHLAWAN TAK DIKENAL Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring Tetapi bukan tidur, sayang Sebuah lubang peluru bundar di dadanya Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang Dia tidak ingat bilamana dia datang Kedua lengannya memeluk senapan Dia tidak tahu untuk siapa dia datang Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang wajah sunyi setengah tengadah Menangkap sepi padang senja Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu Dia masih sangat muda Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun Orang-orang ingin kembali memandangnya Sambil merangkai karangan bunga Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring Tetapi bukan tidur, sayang Sebuah peluru bundar di dadanya Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda | Toto Soedarto Bachtiar |
|
| Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini Tidak ada pilihan lain Kita harus Berjalan terus Karena berhenti atau mundur Berarti hancur Apakah akan kita jual keyakinan kita Dalam pengabdian tanpa harga Akan maukah kita duduk satu meja Dengan para pembunuh tahun yang lalu Dalam setiap kalimat yang berakhiran “Duli Tuanku ?” Tidak ada lagi pilihan lain Kita harus Berjalan terus Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan Dan seribu pengeras suara yang hampa suara Tidak ada lagi pilihan lain Kita harus Berjalan terus. | Taufiq Ismail |
|
| Negeriku mana ada negeri sesubur negeriku? sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung perabot-perabot orang kaya didunia dan burung-burung indah piaraan mereka berasal dari hutanku ikan-ikan pilihan yang mereka santap bermula dari lautku emas dan perak perhiasan mereka digali dari tambangku air bersih yang mereka minum bersumber dari keringatku mana ada negeri sekaya negeriku? majikan-majikan bangsaku memiliki buruh-buruh mancanegara brankas-brankas ternama di mana-mana menyimpan harta-hartaku negeriku menumbuhkan konglomerat dan mengikis habis kaum melarat rata-rata pemimpin negeriku dan handai taulannya terkaya di dunia mana ada negeri semakmur negeriku penganggur-penganggur diberi perumahan gaji dan pensiun setiap bulan rakyat-rakyat kecil menyumbang negara tanpa imbalan rampok-rampok dibri rekomendasi dengan kop sakti instansi maling-maling diberi konsesi tikus dan kucing dengan asyik berkolusi | Mustofa Bisri |
4 | Cinta Tanah Air | Tanah Sunda Ke mana pun berjalan, terpandang daerah remah Ke mana pun ngembara, kujumpa manusia hati terbuka membuka menerima Pabila pun ngembara, kujumpa suara rindu bersenandung duka Pabila pun bertemu, menggetar hati sawah lepas terhampar luas dunia hijau muda Riak sungai pagi-pagi Angin keras menyibak rambut di dahi Dan kulihat tanah penuh darah tubuh beku terbaring kuyu menggapaikan tangan sia-sia berseru pun sia-sia Ah, di mana kau bukakan rangkuman ku kan menetap di sana kapan pun kaulambaikan tangan ku kan datang menekankan jantung ke tanah hitam | Ayip Rosidi |
5 | Kisah kasih antara pria dan wanita | Romansa (Puisi masih dalam pencarian)
| W.S. Rendra |
|
| Surat kepada Bunda Tentang Calon Menantunya…. Bunda yang tercinta akhirnya ku temukan juga jodohku seseorang yang bagai engkau sederhana dalam tingkah dan bicara serta sangat menyayangiku. terpupuslah sudah masa-masa sepiku hendaknya berhenti gemetar rusuh hatimu yang baik itu yang selalu mencintaiku karena kapal yang berlayar telah berlabuh dan di tambatkan dan sepatu yang berat serta nakal yang dulu biasa menempuh jalan-jalan yang mengkhawatirkan dalam hidup wanita penuh manja kini telah aku lepaskan dan berganti dengan sandal rumah yang tentram jinak. dan sederhana bundaku… burung dara betina yang nakal yang sejak dulu kau pelihara kini terbang dan telah menemukan jodohnya ia telah meninggalakan kandang yang kau buat dan mungkin akan menjengukmu sesekali bundaku… aku telah menemukan jodohku jangan kau cemburu hendaknya hatimu yang baik itu mengerti pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi begitu kata alam. begitu kau mengerti sebagai mana dulu ibumu melepas engkau menikah dengan ayahku. dan bagai ibu ayahku melepasnya untuk menikahimu tentu sangatlah berat tetapi itu harus! bunda… akhirnya tak akan begitu berat apabila telah dimengerti apabila telah disadari. aku akan baik-baik saja dengan suamiku ia yang akan bertanggung jawab penuh atas diriku, kebahagiaanku, kesedihanku ia yang akan menjadi ayah dari anak-anakku kelak ia yang pertama akan aku lihat setiap aku terbangun dari tidurku ia yang terakhir akan aku lihat sebelum aku menutup mata bundaku… do’akan kami dalam membangun mahligai rumah tangga yang sakinah, mawadah, warohmah… bunda…aku sayang menyayangimu… anakmu… | W.S. Rendra |
|
| Surat Cinta Kutulis surat ini kala hujan gerimis bagai bunyi tambur yang gaib, Dan angin mendesah mengeluh dan mendesah, Wahai, dik Narti, aku cinta kepadamu ! Kutulis surat ini kala langit menangis dan dua ekor belibis bercintaan dalam kolam bagai dua anak nakal jenaka dan manis mengibaskan ekor serta menggetarkan bulu-bulunya, Wahai, dik Narti, kupinang kau menjadi istriku ! Kaki-kaki hujan yang runcing menyentuhkan ujungnya di bumi, Kaki-kaki cinta yang tegas bagai logam berat gemerlapan menempuh ke muka dan tak kan kunjung diundurkan Selusin malaikat telah turun di kala hujan gerimis Di muka kaca jendela mereka berkaca dan mencuci rambutnya untuk ke pesta Wahai, dik Narti dengan pakaian pengantin yang anggun bunga-bunga serta keris keramat aku ingin membimbingmu ke altar untuk dikawinkan Aku melamarmu, Kau tahu dari dulu: tiada lebih buruk dan tiada lebih baik dari yang lain... penyair dari kehidupan sehari-hari, orang yang bermula dari kata kata yang bermula dari kehidupan, pikir dan rasa Semangat kehidupan yang kuat bagai berjuta-juta jarum alit menusuki kulit langit: kantong rejeki dan restu wingit Lalu tumpahlah gerimis Angin dan cinta mendesah dalam gerimis. Semangat cintaku yang kuta batgai seribu tangan gaib menyebarkan seribu jaring menyergap hatimu yang selalu tersenyum padaku Engkau adalah putri duyung tawananku Putri duyung dengan suara merdu lembut bagai angin laut, mendesahlah bagiku ! Angin mendesah selalu mendesah dengan ratapnya yang merdu. Engkau adalah putri duyung tergolek lemas mengejap-ngejapkan matanya yang indah dalam jaringku Wahai, putri duyung, aku menjaringmu aku melamarmu Kutulis surat ini kala hujan gerimis kerna langit gadis manja dan manis menangis minta mainan. Dua anak lelaki nakal bersenda gurau dalam selokan dan langit iri melihatnya Wahai, Dik Narti kuingin dikau menjadi ibu anak-anakku! | W.S. Rendra |
|
| Senja di Pelabuhan Kecil ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali, kapal, perahu tiada berlaut menggembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. ada juga kelepak elang menyinggug muram, desir hari lari berenang menuju bujuk pangkal akanan. tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak Tiada lagi. Aku sendiri. berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai ke empat, sedu penghabisan bisa terdekap | Chairil Anwar |
6 | Kerakyatan atau demokrasi | Rakyat Rakyat ialah kita jutaaan tangan yang mengayun dalam kerja di bumi di tanah tercinta jutaan tangan mengayun bersama membuka hutan-hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di kota menaikkan layar menebar jala meraba kelam di tambang logam dan batubara Rakyat ialah tangan yang bekerja Rakyat ialah kita otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka yang selalu berkata dua adalah dua yang bergerak di simpang siur garis niaga Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka Rakyat ialah kita beragam suara di langit tanah tercinta suara bangsi di rumah berjenjang bertangga suara kecapi di pegunungan jelita suara bonang mengambang di pendapa suara kecak di muka pura suara tifa di hutan kebun pala Rakyat ialah suara beraneka Rakyat ialah kita puisi kaya makna di wajah semesta di darat hari yang beringat gunung batu berwarna coklat di laut angin yang menyapu kabut awan menyimpan topan Rakyat ialah puisi di wajah semesta Rakyat ialah kita darah di tubuh bangsa debar sepanjang masa | Hartoyo Andangjaya |
7 | Keadilan sosial (protes sosial) | Sajak Burung-Burung Kondor Angin gunung turun merembes ke hutan, lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas, dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau. Kemudian hatinya pilu melihat jejak-jejak sedih para petani – buruh yang terpacak di atas tanah gembur namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya. Para tani – buruh bekerja, berumah di gubug-gubug tanpa jendela, menanam bibit di tanah yang subur, memanen hasil yang berlimpah dan makmur namun hidup mereka sendiri sengsara. Mereka memanen untuk tuan tanah yang mempunyai istana indah. Keringat mereka menjadi emas yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa. Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan, para ahli ekonomi membetulkan letak dasi, dan menjawab dengan mengirim kondom. Penderitaan mengalir dari parit-parit wajah rakyatku. Dari pagi sampai sore, rakyat negeriku bergerak dengan lunglai, menggapai-gapai, menoleh ke kiri, menoleh ke kanan, di dalam usaha tak menentu. Di hari senja mereka menjadi onggokan sampah, dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai, dan sukmanya berubah menjadi burung kondor. Beribu-ribu burung kondor, berjuta-juta burung kondor, bergerak menuju ke gunung tinggi, dan disana mendapat hiburan dari sepi. Karena hanya sepi mampu menghisap dendam dan sakit hati. Burung-burung kondor menjerit. Di dalam marah menjerit, bergema di tempat-tempat yang sepi. Burung-burung kondor menjerit di batu-batu gunung menjerit bergema di tempat-tempat yang sepi Berjuta-juta burung kondor mencakar batu-batu, mematuki batu-batu, mematuki udara, dan di kota orang-orang bersiap menembaknya. | W.S. Rendra |
8 | Pendidikan / budi pekerti | Menyesal Pagiku hilang sudah melayang, Hari mudaku sudah pergi Kini petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi Beta lengah di masa muda Kini hidup meracun hati Miskin ilmu, miskin harta
Ah, apa guna kusesalkan Menyesal tua tiada berguna Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di hari pagi Menuju arah padang bakti. | Ali Hasjmi |
|
| Surat dari Ibu Pergi ke dunia luas, anakku sayang pergi ke dunia bebas! Selama angin masih angin buritan dan matahari pagi menyinar daun-daunan dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Selama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau Jika bayang telah pudar dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman boleh engkau datang padaku! Kembali pulang, anakku sayang kembali ke balik malam! Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita “Tentang cinta dan hidupmu pagi hari” | Asrul Sani |
2. Nada dan Suasana Puisi
Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, (sungguh-sungguh), patriotic, belas kasih (memelas), takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor, (bergurau), mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dsb.
Contoh-contoh nada puisi
1. Puisi bernada kagum
Pahlawan Tak Dikenal
Karya : Toto Sudarto Bachtiar
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda
Siasat,
Th IX, No. 442
1955
2. Puisi bernada pujian
Teratai
Kepada Ki hajar Dewantara
Karya : SanusiPane
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai;
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun berseri Laksmi mengarang;
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gemilang mulia.
Teruslah, O Teratai Bahagia
Berseri di kebun Indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.
Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkau turut menjaga Zaman
(Pujangga Baru, 1963))
3. Puisi bernada pasrah
Derai-derai Cemara
Karya : Chairil Anwar
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
(Kerikil tajam, 1945)
3. Perasaan dalam Puisi
Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan dapat kita tangkap kalau puisi itu dibaca keras dalam deklamasi. Membaca puisi dengan suara keras akan lebih membantu kita menemukan perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut.
4. Amanat Puisi
Amanat, pesan, atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan berdasarkan cara pandang pembaca, amanat tidak lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.
Contoh amanat puisi “Doa” karya Chairil Anwar
DOA
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943
Amanat yang dapat diambil :
a. Setelah kita merasa menjalani hidup dengan salah, hendaknya kita kembali ke jalan Tuhan.
b. Tuhan selalu menerima manusi ayang bertobat.
c. Tobat adalah jalan menuju kebaikan.
d. Jangan menutup diri terhadap pengampunan Tuhan sebab hanya dengan ampunanNya, hidup kita dapat menjadi lebih baik.