Selasa, 22 Februari 2011

Menulis Feature

I. Mengenal Feature

Banyak ragam nama untuk menyebut feature—selain sebagai makanan pelengkap, tentu saja. Yang paling populer dan sering digunakan adalah berita kisah atau karangan khas (kar-khas). Beberapa definisi operasional dari feature, antara lain;

1. Suatu artikel atau karangan yang lebih ringan, atau lebih umum, tentang daya pikat manusiawi, atau gaya hidup, ketimbang berita-lempang (straight news) yang ditulis dari peristiwa yang masih hangat (Mappatoto, 1999 : 3 ).

2. Artikel yang kreatif, kadang-kadang subjektif, yang dirancang terutama untuk menghibur dan memberitahu pembaca tentang peristiwa, situasi atau aspek kehidupan (ibid., hal. 3).

3. Karangan yang melukiskan suatu peryataan dengan lebih terperinci sehingga apa yang dilaporkan hidup dan terganbar dalam imajinasi pembaca (ibid., hal, 3).

4. Laporan kreatif, yang terkadang subjektif, karena bertujuan untuk menyenagkan dan memberi informasi kepada khalayak tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan (Tempo 1979 : 5).

5. Tulisan mengenai kejadian yang dapat menyentuh perasaan ataupun yang menambah pengetahuan pembaca lewat penjelasan rinci, lengkap, serta mendalam. Berita ini tidak terikat akan aktualitas. Nilai utamanya adalah unsur manusiawi atau informasi yang dapat menambah pengetahuan (Siregar dkk, 1998: 156)

6. Cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik. Disebut cerita atau karangan khas, karena feature bukanlah penuturan atau laporan tentang tentang fakta secara lempang sebagaimana dijumpai pada berita langsung (Sumadiria, 2005: 150).

Dari sekian banyak definisi tersebut, ada beberapa hal yang berkaitan dengan sifat berita kisah, atara lain:

1. Beritanya tidak terlalu penting/mendesak tetapi sayang kalau diabaikan.

2. Tidak pas disampaikan lewat straight news, menonjolkan fakta daripada waktu kejadian

3. Menceritakan kebenaran dengan teknik penulisan sastra

4. Berisi opini “objektif” dengan titik berat tinjauan terhadap fakta

5. Uraiannya meliputi latar belakang peristiwa, sebab-akibat, interpretasi dan penjelasan fakta

6. Menyentuh perasan, karenanya cerita yang tersaji harus ringan, bisa menimbulkan tawa, tangis, haru atau senang. Intinya, feature bersentuhan dengan emosi manusia.

7. Gaya penuturannya ringan dan hidup sehingga mampu mengendap dalam imajinasi pembaca.

Feature memliki banyak ragam/jenis dengan kekhasan masing-masing. Berikut penjelasannya:

RAGAM FEATURE

Ragam

Fungsi

(Feature Berita)

(News Feature/sidebar)

Tulisan yang mempunyai cantelan pada berita-beritalempang. Artinya tulisan ini merupakan suplemen dari styraight news, tetapi lebih banyak bercerita tentang manusia, pandnagnnya, perasaannnya, penderitaannya, ketabhannya, harapannya, dan sebagainya. Dngan kata lain, jenis feature ini memaparkan sisi manusiawi persitiwa momentum yang telah diberitakan lewat berita langsung

Feature Sejarah

(Hystorical Feature)

Tulisan yang berusaha merekonstruksi peristiwa sejarah, mengacu kepada keterikatan masa ,ampau dengan masa kini, misalnya pemaparan tentang fakta menarik pada hari proklamasi kemerdekaan, pembantaian Pahlawan Revolusi, lahirnya Hari Pers, dsb.

Feature Minat Insani

(Human Interest Feature)

Menggambarkan kisah manusiawi di tengah kehidupan yang penuh tantangan/rumit menonjolkan hal-hal yang menyentuh perasaan manusiawi. Tidak harus cerita tentang manusia yang masih hidup, bisa saja tulisan tentang manusia yang sudah meninggal, bahkan mengenai mahluk ataupun benda lain yang dapat diungkapkan .

Feature Profil atau Biografi

(Biographical Feature)

Tidak saja berkaitan dengan cerita sukses tetapi juga menceritakan kegagalan seseorang, atau dua-duanya sekaligus. Penceritaan sosok (seseorang/kelompok, organisasi) sikap, tindakan, karakter dan sebagainya. Sketsa menggambarkan banyak aspek kehidupan.

Feature Perayaan Musiman

(Seasonal Feature)

Memaparkan masalah terkait dengan kegiatan musiman (hari besar, puasa, mudik lebaran, natal, liburan sekolah, dan sebagainya)

Feature Petunjuk Praktis

(How To Do It Feature)

Memaparkan cara melakukan atau menghadapi sesuatu, hobi, memilih sesuatu, menjaga kesehatan, bepergian dan sebagainya Menguraikan sesuatu atau bagaimana sesuatu harus dikerjakan. Misal bagaimana membuat tubuh langsing dalam satu bulan? Juga petunjuk tentang cara diet, berolah raga, konsultasi dokter dsb.

Feature Eksplanatory

Memaparkan latar belakang masalah, kecenderungan (tren) wacana yang tengah berkembang di masyarakat dan sebagainya

Feature Ilmiah /

ilmu pengetahuan

(Scientific Feature)

Memaparkan seuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan, misalnya penemuan pembasmi virus, cerita tentang kloning domba di Inggris, perjalanan NASA ke bulan, dsb.

Feature perjalanan (travel feature):

feature yang menuturkan suatu perjalanan ke suatu tempat yang memikat dengan lika-likunya perjalannnya.


II. Perbedaan Feature dengan Berita

Dalam beberapa kesempatan pertanyaan yang selalu muncul adalah: Kalau dikatakan feature termasuk rumpun news atau berita, lantas bagaimana kita mengenali karya feature dalam waktu singkat? Di mana letak perbedaan mendasar antara berita dengan feature? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, perhatikan matriks berikut.

KARAKTERISTIK BERITA VS FEATURE

No

BERITA

FEATURE

KETERANGAN

1

Ditulis dengan teknik melaporkan (to report) suatu peristiwa secara faktual.

Ditulis dengan teknik mengisahkan (to story) suatu situasi, peristiwa, atau keadaan secara faktual.

Berita ditulis dengan gaya laporan yang sifatnya kaku, tegak lurus, ringkas, tegas. Feature ditulis dengan gaya menulis cerita pendek yang bersifat lentur, hidup, memikat.

2

Berisi laporan peristiwa yang sifatnya aktual, faktual, objektif, benar, akurat.

Berisi suatu situasi, keadaan, atau aspek kehidupan yang sifatnya faktual, objektif, benar, akurat.

Laporan fakta atau peristiwa pada berita bersifat to the point.

Cerita faktual pada feature menggunakan alur dan pemantik.

3

Bertujuan hanya memberi tahu atau menyampaikan informasi kepada khalayak (informatif).

Bertujuan memberi tahu atau menyampaikan informasi, tetapi sekaligus menghibur dan membangkitkan emosi kahalayak (informatif dan rekreatif).

Laporan berita hanya menyentuh wilayah kognitif audiens. Cerita feature tak hanya menyentuh kognitif, tetapi juga wilayah afektif.

4

Sangat terikat aktualitas. Berita adalah laporan tercepat peristiwa faktual-terkini, namun mudah basi (out of date).

Tidak terkat aktualitas. Cerita feature bisa dipersiapkan, diliput, ditulis, dan disajikan kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Tahan lama, awet.

Hanya jenis feature news (soft news) yang peliputan dan penyajiannya sangat terikat aktulitas. Pemuatan atau penyajian soft news biasanya digandengkan dengan straigt news.

5

Nama lengkap wartawan atau peliput bisanya tidak dicantumkan. Cukup dengan nama inisial (singkatan ataub akronim).

Nama lengkap wartawan atau reporter penulis cerita feature biasanya dicantumkan lengkap.

Pada berita, nama lengkap wartawan tidak dicantumkan lebih banyak karena pertimbangan teknis jurnalistik dan alasan politis keamanan.

6

Berita mencerminkankarya kolektif institusional suatu media massa.

Feature dicitrakan sebagai cerminan karya kreatif individual seorang wartawan atau reporter.

Karena berita dianggap sebagai karya kolektif institusional, maka pada berita tidak terdapat hak cipta. Pada cerita feature, terdapat hak cipta penulisnya.

7

Selalu mencantumkan baris tanggal (date line) pada teras berita (lead)

Tidak mencantumkan tanggal (date line) pada awal intro cerita atau paragraf pertama.

Sebagian media cetak, hanya mencantumkan nama tempat cerita feature terjadi (setting atau lokasi peristiwa).

8

Karena disajikan dengan pola piramida terbalik, maka berita dapat dipotong pada bagian bawah sesuai dengan keperluan editing tanpa mengubah dan mengganggu isinya.

Karena ditulis tak hanya berpola piramida terbalik, maka setiap bagian feature sama pentingnya satu sama lain sehingga pada bagian bawah tidak bisa dipotong begitu saja.

Berita disusun dengan skala prioritas, sangat penting (lead), penting (bridge, perangkai), cukup penting (body, tubuh berita), kurang penting (leg, kaki). Untuk feature, semua bagian sama penting.

9

Ditulis dengan menggunakan judul yang dicetak tebal, tegak lurus, mengesankan format tegas (hard news).

Ditulis dengan menggunakan judul yang dicetak miring (italics), tipis, mengesankan informal dan santai (soft news)

Dalam tradisi penulisan berita, judul tegak lurus digunakan untuk berita format straight news, judul dicetak miring digunakan untuk format soft news dan feature.

10

Disusun dengan menggunakan pola piramida terbalik dan rumus 5W+1H (S)

Tidak perlu menggunakan pola piramida terbalik. Bisa juga dengan pola induktif, kronologis, logis, topikal, atau spasial.

Meski tidak menggunakan pola piramida terbalik, setiap unsur 5W+1H (S), harus terdapat dalam karya feature

11

Ditulis dengan gaya bahasa standar jurnalistik yang sifatnya lurus, lugas, ringkas dan to the point.

Ditulis dengan gaya bahasa jurnalistik sastra, merujuk pada gaya penulisan fiksi cerita pendek yang hidup, segar, lincah, fleksibel, meski bahan bakunya adalah fakta.

Karena ditulis dengan teknik mengisahkan (to story), teknik menulis cerita pendek, maka karya cerita feature bersifat naratif ekspresif. Sedangkan berita lebih banyak bersifat eksplanatif dan produktif.


III. Menentukan Resep untuk Hidangan Feature yang Lezat

A. Lead.

Jika sebuah tulisan feature diibaratkan seorang gadis, judul adalah mahkota atau rambut, sedangkan lead adalah wajahnya. Wajah cantik, umumnya punya daya pikat yang tinggi, sekaligus membentuk kesan pertama. Makin bagus lead, makin merangsang pembaca untuk menelusuri ‘lekuk-lekuk tulisan selanjutnya’. Nah, sekarang bagaimana menulis lead yang baik? Cermati pedoman di bawah ini!

Pedoman penulisan lead

· Lead atau pembuka harus ditulis singkat padat dan sesuai tema. Lead punya fungsi sebagai magnet awal sebuah tulisan. Artinya, daya tarik tulisan juga sangat bergantung pada kemampuan jurnalis menyajikan lead. Penguasaaan bahasa, termasuk peribahasa maupun majas sangat mendukung pembuatan lead yang bagus.

· Hindari memulai lead dengan angka. Jangan menulis: “5 Orang tewas dalam kecelakaan pesawat terbang..” Lebih baik menggunakan : “Lima orang tewas….”

· Jangan mengobral kata-kata ilmiah yang tidak lazim dipakai.

· Tulislah dalam alinea pendek.

· Pakai kata kerja, kurangi kata sifat, gunakan kata-kata konkret. Perhatikan contoh ini: “Seorang lelaki tua yang kelelahan bekerja di sawahnya...” Bandingkan dengan: Seorang lelaki tua yang membajak di sawa , kepalanya menunduk, napasnya tersengal...”. Kalimat pertama menggunakan akta sifat, kalimat kedua menggunakan kata kerja. Kara sifat memberitahu (to tell), kata kerja menggambarkan tindakan (to show).

· Jangan gunakan kalimat hafalan seperti: “Sebagaiman pernah dikabarkan…”, “Sebagaimana diketahui…”, Berkaitan dengan….”

· Gunakan kalimat pendek, sekitar 30 kata. Hindari kalimat majemuk yang panjang walaupun benar menurut tata bahasa. Bila pembaca bingung dan “njlimet”, penulis gagal berkomunikasi. Namun jangan fanatik terhadap kalimat-kalimat pendek.

· Pilah-pilah lead yang rumit menjadi dua atau tiga kalimat.

Catatan:

Salah satu cara menuji apakah lead “bicara” atau tidak, ialah membacanya keras-keras. Kalau nafas terasa habis dan tersengal-sengal ketika membacanya, berarti lead terlalu panjang. Lead yang sering digunakan dalam pemberitaan radio dan televisi pasti intro “bicara”. Intro semacam ini menurut Serikat Penerbit Surat Kabar di AS terdiri paling banyak 35 kata.

BENTUK-BENTUK LEAD

No

Bentuk Lead

Pengertian

Contoh

1

Lead Ringkasan

Pembukaan berita kisah yang mengungkapkan inti cerita yang akan disampaikan kepada pembaca.

“ Sejumlah 185 yang orang tewas akibat ledakan bom di Bali beberapa waktu lalu kebanyakan adalah turis dari Australia yang selama ini sering menghabiskan akhir pekan di Pulau Dewata...”

2

Lead Bercerita/Narasi

Menceritakan suatu keadaan sedemikian rupa, seolah-olah pembaca berada dalam situasi yang digambarkan sehingga menajdikan pembaca sebagai tokoh utama dalam cerita

“Batu-batu beasr menengadah mengancam sekitar 60 meter di bawah, ketika Ableh berjuntai di ujung tambang pada lereng curam, sementara angin kencang berdesir di sebelagh utara puncak Merapi.

3

Lead Deskriptif

Pembukaan feature yang menciptakan gambaran pemikiran pembaca tentang seorang tokoh, atu tempat kejadian dan kondisi

“ Gelembur mukanya petunjuk dimakan zaman, tetapi semangatnya memberi kekaatan bagi Abdullah untuk mengantungi 1 juta per bulan dari hasil guratannya pada potongan kayu ...”

4

Lead Kutipan

Pembukaan feature yang mengutip kalimat-kalimat yang diucapkan tokoh-tokoh terkenal.

“ Rakyat banyak, sobat, adalah seekor binatang buas yang menakjubkan”, kata Soekarno…”

5

Lead Pertanyaan

Kalimat tanya sekaligus jawabannya dengan tujuan untuk menantang, memberi tahu atau menjawab rasa ingin tahu pembaca.

Apakah cara terbaik menjadikan kota Yogyakarta tetap bersih? Usahakan rumah sendiri bersih terlebih dahulu..”

6

Lead Sapaan

Mengajak berdialog dengan pembaca, melengkapi cerita yang disampaiakan.

“Kebakaran hutan yang berulang menyebabkan penumpukan partikel dan menimbulkan penyakit kronis yang bisa berakibat fatal, khususnya bagi pengidap paru-paru obstruktif kronis, asma, dan tuberkulosis…”

7

Lead Kontras

Pembukaan feature yang mempertentangkan seseorang dengan orang lain atau sebuah keadaan dengnan keadaan lain.

“Sepuluh tahun lalu ketika Mang Tohari membeli Rumah Makan EMB, fisiknya masih kuat dan warna rambutnya masih hitam legam. Sekarang muka Mang Tohari sudah dipenuhi kerut dan rambutnya sudah memutih. Tetapi, tidak satupun yang berubah dengan babangunan fisikl Rumah makan Andalas…”

8

Lead Penggoda (Teaser)

kalimat pembuka yang akan menggoda pikiran pembaca dengan cara yang agak aneh, seakan teka-teki agar pembaca tertarik pada tuliasn tersebut

“Sepuluh sisir bagi Yuli, seorang perias rambut berarti uang kontan. Tetapi sepuluh sisir bagi Anton berarti lembaran kertas. Dengan rata-rata sepuluh sisir pada satu tandan pisang. Ia memperoleh keuntungan bersih…”

9

Lead Gabungan

Penggandengan teras kutipan dengan deskripsi atau kombinasi lainnya.

“Saya tidak membunuh satu manusia pun,” bantah Sumanto sambil mengusap air matanya dan menyeka keringatnya yang menetes dari sudut keningnya dalam sidang pengadilan…”

10

Lead Menuding Langsung

Menyapa pembaca, melibatkan mereka sejak di awal tulisan

”Pernahkah Anda bemimpi menjadi anggota DPR, dihormati, disanjung dan beergelimang harta? Jika Iya, waspadalah....”

11

Lead dialog

Menyajikan tanya jaab, dialog, atau percakapan langsung

”berapa lama menjadi pengungsi di barak ini?”

”Dua bulan”

B. Body/Tubuh karangan dan Transisi/Peralihan

Setelah lead, yang tak kalah pentingnya adalah isi. Bagian ini merupakan substansi. Kalau lead ibarat wajah, isi adalah citra, kualitas sekaligus eksistensi ‘tubuh’ itu sendiri. Wajah cantik, tidak akan berarti apa-apa tanpa kualitas dalam diri, itu ibaratnya. Begitu pula halnya sebuah news-feature, kualitasnya ditentukan isi. Kualitas (presisi) data, fakta, kredibilitas narasumber dan cara penyajian menopang kualitas tulisan fature. Demikian pula halnya penjelasan isi, bermanfaat untuk memuluskan pemahaman pembaca.

C. Penutup/Ending

Ending, nah ini yang juga tak kalah besar peranannya dalam membangun feature. Memulai atau menutup cerita, bisa disebut sama mudahnya, namun juga bisa dikataka sama sulitnya. Bagian ini, jika dibuat secara bagus akan mampu memberikan jawaban pada purpose, pada tujuan ditulisnya feature. Empati penulis atau jurnalis bisa dititipkan pada bagian ini. Ending yang bagus, acapkali bisa membangkitkan rasa penasaran pembaca.

BENTUK-BENTUK PENUTUP

No

Jenis Penutup

Penjelasan

Contoh

1

Penutup Ringkasan

Besifat ikhtisar, mengikuti ujung-ujung bagian cerita yang lepas-lepas dan menunjuk kembali ke lead.

”Kesulitan memperoleh bahan baku bagi perajin perak di Kotagede akhirnya mempunyai akibat ganda. Sentra perajin perak terancam gulung tikar di satu pihak, dan di lain pihak toko cencera mata akan tutup pula”.

2

Penutup Penyengat

Penutup cerita yang bertujuan menggetkan pembaca dengan kesimpulan yang tidak terduga.

”Menghadapi kenyataan getir akan langkanya bahan bajku perak, perajin Kotaede tak kehabisan akal dengan menjadikan alumunium sebagaio bahan baku penngganti”.

3

Penutup Klimaks

akhir sebuah cerita yang besifat kronologis

semakin terjepit sekarang terutama disebabkan oleh kesulitan bahan baku”.

4

Penutup Tak Ada Penyelesaian/

Mengngantung

Penutup yang ditulis dengan meninggalkan sebuah pertanyaan pokok yang tak terjawab

”Apakah keadaan hidup segan matipun enggan yang menimpa petrajin perak di tanah air pertanda awal akan punahnya warisan budaya bangsa?”

5

Penutup Ajakan Bertindak

Penutup dengan lontaran saran, seryuan, atau ajakan untyuk melakukan tindakan tertentu yang dianggap relevan.

”Pengalaman perajin perak di Kotagede menuntut perhatian semua pihak untuk peduli, terutama menyangkut pelestarian aset budaya”.


IV. Bahasa adalah Segalanya

Tugas utama seorang penulis feature adalah membantu orang untuk mengerti apa yang terjadi di sekitar mereka dengan bahasa yang sederhana. Ia harus menyederhanakan bahasa untuk pembaca. Singkat kata, penulis feature harus pandai memilah kejadian dan pokok permasalahan yang paling rumit sekalipun, lalu menerjemahkannya ke dalam bahasa yang mudah dimengerti.

Kriteria Kalimat Efektif:

Disusun sesuai struktur bahasa Indonesia yang baku

Ada kesatuan dan keutuhan pikiran dalam setiap kalimat

Ada kejelasan hubungan kalimat yang satu dengan yang lain (kalimat sebelum dan sesudahnya)

Hubungan logis antara bagian-bagian kata dalam kalimat yang mampu menggambarkan konsep pikiran

Setiap kata dalam kalimat memiliki fungsi yang jelas, tidak bertubrukan dan atau mubazir

Memperhatikan konsistensi pemakaian ragam bahasa formal dan atau informal (akrab, gaul)

Melakukan variasi pilihan kata, urutan kata dalam kalimat, perbandingan kata dan panjang pendek kalimat

V. Beberapa Hal yang Penting Diperhatikan dalam Penulisan Feature

1. Secara umum fungsi berita kisah mengisahkan sebuah peristiwa kepada pembaca, karena itu kuncinya adalah membangun suasana.

2. Lead (teras) adalah bagian yang sangat penting dalam penulisan berita kisah karena menjadi magnet bagi pembaca.

3. Body karangan features bersifat bebas, artinya strukturnya tidak terikat dengan struktur piramida terbalik atau blok. Namun tetap harus menjawab enam pertanyan pokok jurnalistik

4. Penutup sama pentingnya dengan lead sehingga harus memberi kesan yang kuat di hati pembaca.

5. Penulis berita kisah harus mampu melakukan proses “penginderaan” dan “penalaran” sejak reportase sampai penulisan. Penginderaan menangkap

kenyataan-kenyataan yang ada di lingkungan sekitar dan memungkinkan manusia memperoleh pengalaman, perangkat emosional sehingga memungkinkan manusia memberi penilaian atas apa yang dialaminya. Penalaran bertugas menghubung-hubungkan berbagai hasil penginderaan dan diungkapkan dengan bahasa.

6. Keberhasilan penulisan feature adalah ketepatan pemakaian angle atau sudut pandang. Jika anglenya tepat dan kuat, maka akan memikat pembaca untuk mengikuti lebih lanjut.

7. Penulisan feature ibarat proses melukis. Penulis harus menyajikan tulisan seperti lukisan yang bisa dilihat, diraba, dipandang, bahkan tercium “baunya”.

8. Feature yang baik harus mengandung beberapa hal antara lain: fokus, anekdot, drama, purpose, organization, detail dan lainnya.

Fokus

Merupakan sumbu alur cerita atau dikenal dengan istilah “bandul” cerita. Feature bagus sebaiknya memiliki alur cerita yang jelas dan harus terjaga jangan melenceng kepermasalahan lain

Anekdot

penuturan tentang kesaksian sumber berita terkait dengan topik utama yang hendak ditulis. Anekdot berfungsi menguatkan dan menghidupkan alur ceritera tulisan. Penulisannya bisa kutipan langsung maupun tak langsung.

Drama

merupakan urutan alur cerita disertai dengan penjelasan.

Purpose

tujuan penulisan. esensi yang hendak disajikan pada pembaca. Purpose sekaligus menjawab pertanyaan “what is the signicance of the feature

Organization

koherensi atau logika cerita. Termasuk pemilihan nara sumber serta ketepatan tuturan atau pendapat responden.

Detail

merupakan kekuatan ekstra yang mendukung sebuah feature. Termasuk dalam hal ini antara lain: ketelitian atau presisi dalam merinci sisi-sisi lain yang menjadi bagian dari topik penulisan feature. Dibutuhkan juga keahlian menggambarkan dan menginterpretasikan data dan fakta.

IV. Bekal sebelum Menulis Feature

1. Sebagaimana menulis berita straight-news, dalam menulis feature diperlukan kemampuan mengendus berita dan menentukan sumber berita yang kredibel.

2. Memerlukan kemampuan menggali fakta lebih mendalam dan memilih angle penulisan yang tepat. Untuk itu, terlebih dahulu belajarlah menjadi pendengar, penanya, pengamat, dan pencatat yang teliti dan baik.

3. Ingat, jangan mendebat narasumber ketika ada kesalahan menjawab pertanyaan. Untuk menghindari kesalahan jawaban dari narasumber, usahakan dengan pertanyaan ulang atau penjelasan yang dimaksudkan.

4. Kumpulkan data atau fakta sebanyak mungkin. Tentukan fokus penulisan dengan pilihan angle yang paling menarik. Kemudian, seleksi data sesuai dengan pilihan angle atau fokus yang akan ditulis. Tulisan feature yang bagus adalah yang khas dan tidak ‘membebek’ sebagaimana dimuat koran atau majalah lain.

5. Asah kemampuan menuangkan ide dengan presisi bahasa, segar, pilihan diksi dan kalimat setepat mungkin. Ingat, menulis feature jauh berbeda dengan menulis skripsi. Gunakan kalimat ringkas, jelas dan tidak kaku. Caranya, disamping terus berlatih menulis juga harus diimbangi membaca. Konon, membaca adalah mengisi otak dengan pengetahuan. Semakin banyak diisi, semakin gampang kita memuntahkan kembali. Nah, pemuntahan itulah ‘bisa tersalurkan’ menjadi aktivitas menulis.

7. Selanjutnya, yang tidak kalah penting dalam menulis feature adalah kemapuan menarik kseimpulan, karena kemapuan inilah yang membuat feature dapat dilogika.

PENARIKAN KESIMPULAN

Penalaran Deduktif

Penalaran yang dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang umum (premis umum/mayor) diikuti pernyataan khusus (premis khusus/minor) menarik kesimpulan terhadap hal yang khusus. Penalaran demikian disebut juga silogisme.

Penalaran Induktif

Penalaran yang dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa khusus menuju kepada kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus tersebut.

Macam-macam penalaran induktif:

Generalisasi: perumusan kesimpulan umum berdasarkan data/kejadian-kejadian yang bersifat khusus.

•Sebab-akibat: dimulai dengan fakta-fakta yang menjadi sebab menuju kesimpulan yang menjadi akibat.

•Akibat-sebab: dimulai pada fakta-fakta yang menjadi akibat lalu kita analisis untuk mencari sebabnya.

• Analogi adalah pengambilan kesimpulan dengan asumsi bahwa jika dua atau beberapa hal memiliki banyak kesamaan, maka aspek lain pun memiliki kesamaan.

VII. Jadi…..

Tulisan ini hanyalah permulaan, seorang (calon) penulis harus tetap banyak mencoba menulis dan terus membaca. Tidak cukup itu, penulis juga harus berani melakukan ekperimentasi kemampuan teknis berbahasa. Ingat pepatah lama. Bisa karena biasa.

Untuk bisa menulis feature tak cukup hanya dengan pelatihan, apalagi makalah yang super singkat ini. Butuh proses panjang dan yang paling penting adalah terus mencoba. Pelatihan hanyalah medium pemacu semangat. Tanpa mencoba dan mencoba, kemampuan menulis tidak akan pernah terwujud.

Teruslah menulis karena gagasan seseorang akan terus diingat bila disampaikan lewat tulisan, tetapi akan mudah dilupakan bila disampaikan lewat omongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar